Sebagaimana kebiasaan anak kecil yang memiliki sifat ingin tahu demikian pula dengan saya saat menunggu bakso pesanan.
“Pak, kok dikasih garam dua kali…?,” tanyaku.
“Bukan, yang ini garam, yang ini moto” jawabnya.
Waktu terus berlalu, perubahan terus terjadi tetapi kenangan akan telur dadar campur cabe merah uleg serta bakso langganan masih terpatri di benak dan lidah. Nenek semakin renta dan tidak sampai hati memintanya untuk membuatkan telur dadar dengan campuran cabe merah uleg saat berkunjung ke rumah nenek.
Penjual bakso keliling langganan masa kecil juga sudah tidak pernah lewat lagi. Karena rindu bakso khas desa nenek maka pencarian bakso dimulai namun setelah ketemu rasanya tidak sama dengan rasa bakso langganan waktu kecil dulu.
Hingga hari ini, setiap kali usai makan bakso, sekitar lima belas menit kemudian muncul rasa mual dan sakit kepala. Awalnya kurang begitu memperhatikan namun setiap kali selesai makan bakso selalu muncul gejala yang sama. Sampai setiap kali memesan bakso harus ada pesan tambahan yang tidak boleh lupa, tidak memakai moto. Tetapi hasilnya tetap sama, selesai makan bakso rasa mual dan pusing menyerang tidak lama kemudian.
Kata literatur atau informasi di internet menyebutkan, hal itu merupakan sebagian dari gejala penyakit yang disebut Chinese Restaurant Syndrome karena terlalu banyak makanan yang mengandung MSG. Pertanyaan kemudian muncul mengapa setiap kali habis makan bakso masih mengalami rasa mual dan sakit kepala walau hanya memakan baksonya, kuah tidak ikut disrutup dan tanpa tambahan moto atau vitsin. Kalau tidak keliru, baksonya itu sendiri sudah diberi moto.
Apakah berbahaya mengkonsumsi MSG atau moto, terkait dengan gejala atau tanda Chinese Restaurant Syndromeyang saya alami. Jawabannya ada dalam putusan Permenkes no.722 tahun 1988 tentang tambahan bahan makanan yang menyebutkan MSG aman dikonsumsi dengan penggunaan secukupnya.
Demikian pula menurut para ilmuwan dan badan kesehatan dunia yang memasukkan MSG sebagai bahan tambahan pangan yang aman untuk manusia. Bahkan Food and Drug Administration (FDA) semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Amerika Serikat berpendapat bahwa tidak ada bukti ilmiah apa pun yang membuktikan bahwa MSG menyebabkan lesi otak dan penyakit kronis. (Kompas.com,7/3/2011). Lesi otak istilah kedokteran untuk menunjukkan adanya suatu cedera atau kerusakan jaringan dalam otak dan lesi otak sangat bervariasi jenisnya.
Tetapi mengapa masakan nenek, ibu, istri, ibu mertua dan masakan yang saya buat sendiri dengan menambahkan sedikit MSG atau moto, saya tidak mengalami gejala Chinese Restaurant Syndrome ?
Jawaban sepertinya terletak dalam jumlah atau ukuran pemakaian moto atau micin.