"Women have minds and souls as well as just hearts, and they've got ambition and talent as well as just beauty. And I am sick of people saying love is all a woman is fit for." - Jo March
Sering perempuan dihadapkan dengan pilihan sulit, antara mimpi atau cinta. Hal inilah yang menjadi premis dalam film Little Women yang tayang tahun 2019 lalu. Film ini mengisahkan tentang Jo March (Saoirse Ronan), satu dari empat bersaudara yang memiliki mimpi untuk menjadi penulis.Â
Mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang penulis tentulah tidak mudah. Berbagai tantangan muncul dari luar seakan mengkritisi keinginan Jo hanya sebuah omong kosong belaka dan menyuruhnya untuk segera menikah. Tapi, apakah perempuan tidak boleh punya bermimpi dan memiliki cita-cita?
Karakter Perempuan dengan Mimpinya
Selain karakter Jo March yang menarik, ada tiga karakter lain yang ditampilkan dalam film ini. Mereka adalah saudara kandung dari si tokoh utama tersebut. Ada Meg March (Emma Watson), Amy March (Florence Pugh), dan Beth March (Eliza Scanlen).Â
Keempatnya digambarkan memiliki cita-citanya tersendiri, secara langsung maupun tidak langsung. Jo dengan keinginannya menjadi penulis seperti Louisa May Alcott memiliki keberanian lebih dalam menyuarakan impiannya. Karakternya yang memilih untuk tampil apa adanya memberikan kesan kontradiktif dengan kondisi pada saat itu.
Berbeda dengan kakak sulungnya, Meg March yang juga memiliki bercita-cita untuk hidup berkecukupan. Ia menyukai kemewahan dan paling feminim di antara saudaranya. Namun, ia juga gemar menjahit kain dan pakaian, hal ini diperlihatkan dalam beberapa adegan. Untuk mencapai keinginan dan kebutuhannya, ia memutuskan untuk menikah dan menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik.
Selanjutnya ada karakter Amy March yang sempat ramai dibicarakan karena banyak penonton yang tidak menyukainya. Padahal Amy sangat berbakat dalam bidang melukis. Ia sempat diajak ke Paris dan memanfaatkannya untuk mempelajari dunia seni lebih jauh. Walau terkesan manja dan angkuh, namun ia berani dalam mengambil keputusan dan rela melakukan perjuangan untuk mengejar mimpinya menjadi pelukis.
Terakhir, Bet March adalah anak ketiga di keluarga March. Ia dikisahkan sempat mengidap demam berdarah. Karakternya yang cukup pendiam membuatnya terkesan tenang dan dijuluki sebagai malaikat di rumah. Beth juga punya mimpi, ia sangat menyukai musik. Bahkan keluarga Laurence, tetangga mereka, memberikan piano untuk menyalurkan impiannya tersebut. Di tengah keterbatasannya, ia tetap semangat berlatih piano untuk meraih impiannya sebagai musisi.Â
Keempat pemeran utama tersebut  menyalurkan mimpinya dengan caranya tersendiri. Ada pengaruh karakter diri dan kombinasi lingkungan yang memainkan dinamika dalam mencapai cita-cita oleh setiap karakter tersebut.Â
Gambaran Sosial terhadap Perempuan
Film ini berlatar belakang tahun 1868 dengan genre drama keluarga. Di masa tersebut, tuntutan kepada perempuan untuk menikah masih begitu tinggi. Jo masih harus berjuang dengan keras membungkam batasan-batasan yang diberikan kepada perempuan pada saat itu untuk bekerja.