Oleh: Najwa Khabiza Egaikmal - Content Writer Intern Growth Center
Lifelong learner adalah sebutan untuk seseorang yang belajar sepanjang hayat. Maknanya, proses pembelajaran itu tidak bertumpu pada waktu atau usia, melainkan pada keberlanjutan dan motivasi diri.
"The moment when you get out of your comfort zone, you grow. It is the moment ketika kita mau untuk nggak ngerti lagi, belajar dari nol lagi." - Dian Sastro
Dian Sastro pernah membagikan pengalaman tentang bagaimana ia kemudian menerapkan siklus belajar seorang lifelong learner dalam sebuah episode podcast Gita Wirdjawan.Â
Perjalanannya sebagai lulusan filsafat yang bertekad untuk jadi sutradara ia tekuni betul-betul. Ia juga menekuni ranah akting untuk mempelajari dunia perfilman lebih dekat. Tidak berhenti di sana, ia mengambil S2 Manajemen Keuangan di Universitas Indonesia. Sebuah perjalanan menjadi orang yang "serba-bisa."
Sebagai seorang lifelong learner, Dian bertekad menguasai berbagai bidang meskipun harus merayap dari dasar. Komitmennya pada proses belajar ia lakukan dengan menerima bahwa ia bukan the smartest person in the room sehingga memaksanya bertanya pada orang lain, mencari, dan menggali informasi-informasi baru.
Selain itu, lifelong learner juga tidak terbatas pada pengetahuan saja tetapi juga meaning making, nilai-nilai kehidupan, penerapan kebiasaan, dan lain-lain.Â
Namun, dinamika kehidupan yang cepat membuat perubahan menjadi konstan. Siklus belajar bukan lagi tentang menambah dan menambah, tetapi menambah dan melupakan. Sebab ada beberapa hal yang tidak lagi relevan dan tidak bisa terus menerus diingat sebagai pelajaran.Â
Siklus belajar ini yang dikenal dengan learn, unlearn, and relearn.
Learn, unlearn, and relearn adalah tentang kembali ke titik nol. Mempelajari cara baru atau bidang lain yang belum kita kuasai.Â
Alvin Toffler mengatakan sebuah kutipan populer tentang siklus belajar ini, "Buta huruf di abad 21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan, dan belajar kembali."
Yuk, kita pahami lebih lanjut!
Siklus Learn, Unlearn, and Relearn: Mengejar Relevansi
Learn, unlearn, and relearn adalah siklus belajar dengan mendapatkan informasi dan pengetahuan, melupakan bagian yang tidak lagi diperlukan, dan pada prosesnya kembali mempelajari pembaharuan yang ada.
Tujuan dari melakukan siklus belajar ini adalah agar pengetahuan dan kemampuan yang kita miliki seirama dengan realitas pada saat ini.Â
Learn
Misalnya, sewaktu SD di tahun 2015, kamu belajar bahwa Indonesia memiliki 34 provinsi. Akan tetapi, kamu perlu melupakan pengetahuan itu untuk belajar kembali bahwa di tahun 2023, provinsi di Indonesia sudah ada 38 provinsi.
Proses ini disebut dengan learning di mana kamu mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan menerapkannya informasi dalam pekerjaan.
Unlearn
Seiring berjalannya waktu, realitas berubah. Untuk menjadi seseorang yang relevan, kamu harus melupakan bagian dari pengetahuan lama yang kini tidak lagi efektif. Proses ini disebut unlearning.
Unlearn adalah fase di mana kamu memilih untuk tidak melanjutkan apa yang biasanya kamu lakukan, telah kamu pelajari, dan kamu pegang teguh dalam waktu yang lama.
Pada prosesnya, kamu akhirnya mengetahui keberadaan teknik-teknik baru dalam pekerjaamu, seperti semakin memanfaatkan perkembangan digital. Atau perspektif baru yang selama ini tidak pernah kamu ketahui.Â
Hal ini secara tidak langsung membawa kamu pada kondisi melupakan informasi sebelumnya dan tidak melanjutkannya lagi di masa depan.
Relearn
Relearning berarti kamu kembali mengadopsi sesuatu yang baru dan menerapkannya. Dengan mengganti cara-cara dan pemahaman lama menuju cara baru untuk tetap relevan.Â
Siklus belajar ini mengejar sebuah kata bernama relevan. Perubahan dunia yang konsisten membuat kita harus selalu up to date dengan kondisi terbaru untuk mencapai pertumbuhan diri yang berkelanjutan.
Melakukan siklus belajar learn, unlearn, and relearn juga membuat kita menjadi pribadi yang adaptif dan siap sedia menghadapi keadaan tidak pasti. Siklus belajar ini juga menjadi bagian dari keterbukaan pikiran dan menghindari kita dari keraguan terhadap hal-hal yang tidak familiar dengan kita.
Kamu bisa jadi lifelong learner kalau kamu memiliki keinginan untuk mengembangkan diri lewat pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman baru setiap hari. Pertama-tama, dengan memiliki keyakinan bahwa segala hal dapat dipelajari tanpa batasan waktu, meskipun kita tidak menyandang status sebagai pelajar atau mahasiswa.
Membentuk diri sebagai seorang lifelong learner dengan learn, unlearn, and relearn mengakui bahwa sebagai manusia kita tidak mungkin diam di tempat dan berada dalam zona nyaman.
Seperti apa yang dikatakan Dr. Margie Warrel dalam Forbes, siklus belajar learn, unlearn, and relearn adalah tentang merangkul ketidaknyamanan alami yang muncul karena melepaskan yang lama dan menguasai yang baru.
Baca Juga: Karir Cemerlang dengan Kemampuan Adaptasi
Bagaimana Cara Otak Belajar?
Saat mempelajari sesuatu, otak membentuk koneksi antar neuron dan menjadikannya sebuah ingatan atau memori.Â
Koneksi antar neuron ini menjadi semakin kuat ketika kita mengulangi apa yang kita pelajari atau mengulang percaya terhadap sebuah pemikiran. Oleh karena itulah, ketika mempelajari suatu hal, lama kelamaan kita akan merasa familiar dan menganggapnya mudah.
Melihat cara otak belajar, proses unlearning adalah hal yang paling sulit dari ketiga siklus belajar ini. Sebab manusia cenderung sulit melupakan kebiasaan dan pemahaman yang telah lama mereka percaya.
Apalagi, siklus belajar ini tidak hanya berlaku untuk hal-hal yang bersifat pekerjaan tetapi juga tentang value hidup yang dipegang, kepercayaan, dan antusiasme pada bidang tertentu.
Akan tetapi, untuk mengejar relevansi dan kebutuhan di dunia nyata, proses unlearning dalam rangka melemahkan koneksi antar neuron tetap perlu untuk dilakukan. Supaya kita memberikan ruang bagi otak mempelajari perspektif, pengalaman, dan pengetahuan baru dan beranjak ke fase berikutnya, relearning.Â
Selain resisten terhadap perubahan, siklus belajar ini juga melatih kemampuan kita untuk keluar dari zona nyaman. Koneksi antar neuron yang kuat dan membentuk memori itu menciptakan rasa familiar yang membuat kita nyaman.Â
Kemudahan dan kenyamanan yang berlebihan saat melakukan sesuatu pada faktanya membuat diri kita tidak berkembang dan berada di situ-situ saja. Bahkan lebih parahnya, mengidap closed mindset.Â
Keadaan ini secara tidak langsung membentuk kualitas semangat kita dalam mempelajari suatu hal dan menyempurnakan misi sebagai seorang lifelong learner sejati. Yang tidak hanya belajar sepanjang hayatnya tetapi juga mampu mengatasi perubahan di depan mata.
Baca Juga: Semua Tergantung Mindset: Ini Cara Keluar dari  Zona Nyaman!
---
Untuk memaksimalkan pertumbuhan diri yang maksimal, memiliki kemampuan adaptasi memang diperlukan. Secara spesifiknya, siklus belajar learn, unlearn, and relearn dapat membantu kamu untuk memilah bagian dari hidup kita yang tidak lagi relevan dan efektif untuk dibawa hingga akhir hayat.Â
Lifelong learner sejati adalah mereka yang membuka diri pada pengetahuan, inovasi, kemampuan, dan perspektif-perspektif baru dalam hidup. Jadilah satu diantara yang lainnya dengan mempelajari banyak hal di kelas Kognisi.id!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H