Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

82% Orang Alami Imposter Syndrome: Kenali Ciri dan Cara Mengatasinya!

29 September 2023   12:21 Diperbarui: 1 Desember 2023   22:54 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, pencapaian adalah hasil kerja yang sesungguhnya. Karena itulah orang yang mengalami syndrome ini cenderung sulit menerima pujian.

Sebaliknya, ketika mereka gagal mencapai suatu goals atau membuat kesalahan pada tugas penting yang diberikan, Imposter Syndrome akan menginternalisasi kesalahan tersebut dan percaya bahwa tidak ada yang bisa diubah, mereka memang tidak berbakat, atau bodoh. 

Mereka cenderung tidak toleran terhadap kesalahan kecil yang mereka perbuat dan berpikir bahwa "Jika memang kompeten seperti apa yang orang lain katakan, seharusnya saya tidak melakukan kesalahan itu" Padahal, human error dan kegagalan adalah hal yang wajar. Satu kesalahan dan kegagalan tidak menggambarkan keseluruhan diri kita.

Dr. Valerie Young meneliti 'perasaan menipu' yang dirasakan oleh para high achiever dan berhasil mengkategorikan Imposter Syndrome menjadi lebih spesifik ke dalam 5 tipe kompetensi yang dimiliki oleh pengidap Imposter Syndrome. 

Apa dampak Imposter Syndrome?

Sebenarnya, alasan mengapa pengidap Imposter Syndrome adalah orang yang justru berkompeten adalah karena mereka berada di lingkungan kompetitif. Otak manusia terus memastikan bahwa mereka melakukan semua hal yang cukup dan diperlukan sehingga terus menerus merasa ragu. 

Tetapi, jika pencapaian didorong dari keraguan yang tertanam dalam diri, hal ini akan berdampak negatif pada kesehatan mental. Seorang ahli saraf bernama Tara Swart menyatakan bahwa rasa takut akan "ketahuan" pada pengidap Imposter Syndrome menimbulkan kecemasan karena kadar hormon stress menjadi tinggi. 

Saat seseorang merasa tidak layak karena melihat lebih banyak orang lain yang lebih hebat, perasaan itu berkorelasi dengan serotonin dan dopamin yang semakin rendah. Serotonin akan berpengaruh terhadap suasana hati sedangkan dopamin mempengaruhi kepercayaan diri dan motivasi. Itulah mengapa imposter syndrome selalu melakukan kritik keras pada dirinya.

Cara mengatasi Imposter Syndrome

Rayakanlah kemenangan kecilmu

Saat orang lain memberikan ucapan selamat, jangan menyangkal dan resapi afirmasi positif yang diberikan orang lain. Berhenti mempercayai hal negatif tentang diri untuk menyangkal kemampuanmu. Rayakan kemenangan-kemenanganmu meskipun hanya kemenangan yang kecil.

Kamu dapat meluangkan waktu untuk mengingat upaya yang sudah kamu lakukan untuk mencapainya. Merayakan kemenangan juga dilakukan dengan melihat kesalahan sebagai proses. Dengan begitu, kamu lebih menginternalisasi keberhasilanmu daripada kesalahanmu.

Pupuk validasi internal diri

Untuk menjadi orang yang layak dan diapresiasi, kamu tidak perlu selalu melihat apakah ada orang yang lebih baik. Latihlah dirimu untuk tidak melihat orang lain sebagai kompetisi dan mulai pupuk validasi internal diri. Mengerjakan beban kerja lebih banyak hanya untuk lari dari insecurity akan berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalmu. Ketika kamu percaya bahwa kualitas diri tidak ditentukan dari faktor eksternal, kamu akan fokus pada bahkan pencapaian terkecilmu.

Lifelong learning

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun