Penelitian tentang perubahan sistem belajar menjadi hybrid learning menunjukkan bahwa regulasi diri berkontribusi sebesar 46.2% terhadap penyesuaian diri dan secara signifikan berdampak terhadap adaptasi.
Dengan pola pikir ini, kita akan menjadi pribadi yang terbuka sehingga proses adaptasi menjadi lebih mudah.Â
2. Latih dirimu dengan pertanyaan "What if?"
Salah satu cara untuk melatih kemampuan adaptasi adalah dengan memperkirakan apabila sesuatu terjadi. Tidak ada alat untuk mengukur seberapa baik kemampuan adaptasi seseorang, tetapi dengan memberikan stimulus "What if?", kita jadi lebih siap melihat kondisi tidak biasa dan memberikan solusi atas kondisi tidak ideal tersebut.
Dalam karir, kamu bisa menanyakan dirimu "Bagaimana jika pekerjaan saat ini tergerus oleh modernisasi? Apakah saya cukup terlatih melakukan alternatif pekerjaan lain?" atau "Bagaimana jika saya tidak memiliki kepuasan yang cukup terhadap kinerja saya sendiri? Apakah sistem lain mungkin lebih efisien?"Â
Ketika hal tersebut terjadi, kita jadi terbiasa untuk beradaptasi pada opsi dan kesempatan baru.
3. Willing to Learn and Agile Learning
Keinginan untuk belajar kemampuan baru memudahkan kita untuk menghadapi perubahan dalam kehidupan. Responsif terhadap sistem-sistem terbaru, mendekatkan diri dengan teknologi, dan menemukan potensi lain dalam diri akan membantu kita untuk tetap relevan di setiap situasi.
Sedangkan agile learning adalah proses belajar hal baru dengan cepat tanpa melupakan pembelajaran sebelumnya. Dalam kesuksesan karir, orang-orang yang cepat belajar dan memposisikan diri akan lebih mudah menata hidupnya. Mental inilah yang membantu untuk mudah beradaptasi dan menjadikan kita tetap relevan dengan perubahan yang ada. Â
Baca juga: Grit dalam Karakter Na Hee Do di Twenty Five Twenty One (2022).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H