Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menilik Kali Code: Wajah Baru Pemukiman Kumuh di Kaki Gunung Merapi

21 Maret 2023   09:07 Diperbarui: 21 Maret 2023   09:14 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak orang percaya selalu ada suatu hal istimewa di Jogja. Kota ini banyak dikunjungi mereka yang tertarik dengan kisah romantisme, sejarah, bahkan mitos-mitos daerah tertentu. Namun, Jogja lebih dari itu -ia juga menjadi saksi bagaimana suatu perjuangan kemanusiaan dibentuk oleh warganya. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengenal lebih jauh lagi mengenai Kali Code. Sebuah tempat yang awalnya dikenal sebagai pemukiman kumuh di bantaran sungai, namun disulap untuk menjadi desa wisata yang menarik untuk dikunjungi. 

Kali Code memiliki arti penting bagi masyarakat Yogyakarta, terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai ini. Air yang bersumber langsung dari kaki Gunung Merapi sering digunakan oleh penduduk setempat untuk kehidupan sehari-hari, mulai dari minum, mandi, sampai dengan pengairan lahan sawah. Selain itu, kecantikan dan keunikan dari Kali Code menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara -mulai dari pesona jembatan Gondolayu, sampai dengan angkringan yang menyediakan jajanan lokal. 

Namun, siapa sangka wajah Kali Code saat ini menyimpan banyak cerita dan proses panjang dibaliknya. Pernah dikenal sebagai permukiman kumuh di masa lalu, Kali Code sekarang berhasil menjadi tempat yang cantik dan layak huni. Berikut merupakan kisah menarik dari wajah baru permukiman kumuh di kaki gunung merapi ini. 

Mengenal Masa Lalu Kali Code 

Yogyakarta merupakan kota yang menjadi saksi dari banyak cerita- kota yang kompleks dan dinamis. Banyak sekali keberagaman sosial yang dapat ditemui di kota ini, salah-satu yang masih jarang diekspos adalah cerita mereka dari kawasan kumuh. Dalam studi 'Rumah untuk Wong Cilik: Penataan Permukiman Kumuh Lembah Kali Code Yogyakarta' oleh Elly Ratnasari, dikatakan bahwa keberadaan permukiman kumuh di Yogyakarta seringkali berasosiasi dengan keberadaan sungai. Salah-satu yang sering disorot adalah permukiman di bantaran Sungai Code, yang berbatasan langsung dengan Malioboro. 

Pada tahun 1980an, permukiman di sepanjang lembah Kali Code sering dianggap sebagai kawasan yang dapat 'mengganggu pemandangan'. Konon, bantaran kali Code merupakan hunian dari masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki tempat tinggal. 

Saat itu, masih banyak rumah kardus yang menjadi tempat tinggal masyarakat setempat. Warga juga tidak memiliki tempat tinggal yang layak serta pencahayaan yang terbatas. Mereka harus hidup dengan kondisi seadanya, tidur beralaskan kardus hingga makanan yang kurang. Bahkan seringkali warga menjadi sasaran penertiban Satpol PP saat menjelang kedatangan tamu dari luar kota atau negara. 

Stigma mengenai permukiman kumuh dan kemiskinan semakin lekat dengan masyarakat di kawasan lembah Code. Tentunya, pemerintah daerah Yogyakarta menganggap hal tersebut sebagai permasalahan yang tidak dapat diabaikan. Dengan alasan berbagai alasan ditambah adanya bahaya dari banjir, pemerintah setempat membuat kebijakan bahwa lembah Code akan dibebaskan dari permukiman pada tahun 1983. 

Jasa Besar Romo Mangunwijaya

Wacana penggusuran pada saat itu mendapat banyak sekali penolakan, salah-satunya dari Romo Mangunwijaya. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau lebih dikenal dengan Romo Mangun, merupakan seorang rohaniawan Katolik, budayawan, dan arsitek yang membela masyarakat Kali Code untuk dapat tetap tinggal di permukiman yang sudah lama mereka tempati. 

Bersama dengan masyarakat setempat, Romo Mangun terjun secara langsung dan berkarya untuk membebaskan permukiman Kali Code dari rencana penggusuran. Dari tahun 1983, mereka perlahan mulai menata kembali permukiman kumuh di bantaran Sungai Code. Romo Mangun harus melalui banyak sekali dukungan dan juga hambatan dalam setiap prosesnya. Namun usahanya akhirnya berhasil, permukiman yang dikenal kumuh disulap menjadi lebih tertata sampai tahun 1986. 

Berbagai apresiasi dan penghargaan menandai keberhasilan pembangunan wajah baru Kali Code pada saat itu. Menteri Lingkungan Hidup saat itu, Emil Salim, memberikan apresiasi dan dukungannya atas usaha Romo Mangun untuk mengubah permukiman Code menjadi lebih layak ditinggali. Romo Mangun juga mendapatkan penghargaan Internasional di bidang arsitektur untuk karyanya di bantaran Kali Code, Aga Khan Award pada tahun 1992. 

Pesona Baru Kali Code 

Upaya pembaharuan wajah pemukiman sepanjang kali Code masih menjadi perhatian banyak pihak. Mulai dari pemerintah, institusi swasta, komunitas sampai dengan masyarakat Yogyakarta ikut serta menjadikan kawasan ini hunian yang layak dan destinasi wisata yang atraktif. 

Kampung Code sekarang sudah terpelihara dengan baik, serta menjelma menjadi sebuah karya yang bernilai seni tinggi berkat jasa masyarakat. Ada banyak hal yang dapat dinikmati di kampung Code, rumah-rumah yang ada sudah dicat warna-warni sehingga menyerupai destinasi wisata yang ada di Rio de Janeiro, Brazil. Pemandangan ini dapat dilihat secara langsung oleh para wisatawan dari atas jembatan Gondolayu. 

Selain itu, warga setempat juga berkontribusi secara aktif untuk mengembangkan potensi dari wisata Kali Code. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai kerajinan dan kuliner yang dapat dinikmati ketika mengunjungi kawasan ini. Tak hanya itu, penerapan konsep ekowisata juga mulai dikembangkan oleh masyarakat kawasan Kali Code. Mulai dari pengolahan sampah, limbah, dan juga sungai Code sendiri. 

Pembangunan yang ada masih terus berjalan dengan harapan tergalinya potensi wisata dan ekonomi di Kawasan pemukiman kali Code. Berbagai usaha yang dilakukan masyarakat dan pemerintah pada akhirnya terbayarkan dengan dikenalnya Kali Code sebagai wisata ikonik di Indonesia. 

Dari Kali Code, kita belajar bahwa setiap usaha menjadi elemen penting untuk mendukung perkembangan suatu daerah. Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dan tokoh masyarakat dapat menghasilkan gerakan positif di masyarakat. Bagi beberapa orang, Kali Code bukan sekedar tempat tinggal maupun destinasi wisata -ia merupakan saksi dari sebuah proses berbagai pihak di Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun