Urban farming, atau pertanian perkotaan, adalah kegiatan budidaya tanaman di perkotaan dengan menyesuaikan kondisi lingkungan yang ada. Penerapan konsep ini didasari oleh permasalahan keterbatasan lahan untuk budidaya tanaman khususnya di perkotaan. Urban farming menjadi kegiatan produktif yang dapat dilakukan oleh masyarakat.Â
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan sebagai kegiatan pemberdayaan serta meningkatkan kesejahteraan namun bertujuan untuk menguatkan rasa kebersamaan dan gotong royong yang terjadi di masyarakat perkotaan. Meskipun tantangan masih ada, seperti regulasi dan keterbatasan lahan, urban farming memiliki potensi besar dalam hal keberlanjutan, ketahanan pangan, dan kualitas hidup di kota-kota modern.
Budidaya microgreens adalah salah satu alternatif urban farming yang popular belakangan ini. Microgreens merupakan sistem budidaya tanaman yang dipanen lebih awal mulai dari 10 sampai 14 hari setelah proses semai. Penanaman microgreens tergolong mudah, murah, dan kaya akan nutrisi, serta sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem imun dan gizi masyarakat. Adapun jenis tanaman yang dapat dibudidayakan secara microgreens antara lain sayuran, tanaman herba, herbal aromatik, serta tanaman lainnya yang dapat dikonsumsi.
Saat ini terjadi kenaikan minat konsumen terhadap microgreens yang memiliki nilai kandungan nutrisi yang lebih tinggi serta rasa yang dianggap lebih kuat daripada sayuran dewasa. Sementara pemanfaatan lahan yang sempit dengan membudidayakan tanaman sayuran microgreens belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan budidaya microgreens  pada skala industri rumah tangga, sehingga mampu menambah pendapatan ekonomi masyarakat walau dalam lingkup yang kecil.
Produk yang dihasilkan berupa jenis sayuran yang dapat dimafaatkan sebagai bahan pangan yang sehat dan ekonomis sehingga mengurangi ketergantungan masyarakat untuk membeli sayuran dari pasar. Hal tersebut juga dapat mendukung diversifikasi pangan (pemanfaatan sumber daya lokal) dan peningkatan nilai tambah masyarakat.
Kegiatan yang bersifat terampil ini diharapkan dapat menambah informasi baru dalam penerapan urban farming melalui budidaya microgreens dengan sederhana dan murah yang dapat diimplementasikan secara mudah oleh masyarakat sehingga kebutuhan pangan sayur-sayuran dapat dihasilkan secara mandiri oleh masyarakat kota dan juga untuk menumbuhkan motivasi kepada masyarakat untuk membudidayakan tanaman yang lebih sehat dan ekonomis di rumah masing-masing, serta menumbuhkan minat berbisnis masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan budidaya microgrrens ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada Masyarakat yang terintegrasi dengan program Kuliah Kerja Nyata mahasiswa prodi Biologi UNJ yang bekerja sama dengan warga RT 04/RW 09, Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sosialisasi dan pelatihan budidaya microgreens ini disampaikan maupun dipandu secara langsung oleh perwakilan tim dosen yaitu Pinta Omas Pasaribu, S.Si., M.Si dan dilanjutkan oleh tim mahasiswa (Anita Adhiyaksa, Garry Alexandanro, Novika Dwi Ramadhani dan Shafira Nabiilah, Mahasiswa Angkatan 2021 Prodi Biologi UNJ) untuk kegiatan praktiknya. Sosialisasi dimulai dengan penyampaian materi terkait pengenalan microgreens, manfaat, alat dan bahan yang digunakan dalam budidaya microgreens, cara penanaman hingga proses pemanenan serta produk yang dihasilkan dari budidaya microgreens. Â
Pelatihan budidaya microgreens dilakukan secara bertahap meliputi persemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan pascapanen. Pada prinsipnya perbanyakan tanaman sayuran microgreen dapat dilakukan dengan berbagai macam media tanam, mulai dengan yang sederhana sampai yang rumit. Pada kesempatan kali ini, implementasi media tanam cocopeat dengan wadah persemaian food pack/food box/rak+tray dirasa yang paling cocok dan mudah dilakukan oleh masyarakat dalam perbanyakan tanaman sayuran karena keterbatasan tempat yang dimiliki warga RT 04/09. Adapun benih tanaman sayuran microgreens yang dipakai adalah benih bayam merah, kangkung, sawi, pakcoy, dan brokoli, karena tanaman ini termasuk jenis tanaman yang paling banyak dikonsumsi oleh kebanyakan warga Indonesia.
Tim dosen, mahasiswa dan warga bersama-sama mengimplementasikan on the spot cara penyemaian benih, penanaman benih pada wadah yang telah di isi media tanam cocopeat, penyiraman, pemanenan microgreen serta pembuatan salad yang menggunakan sayuran dari hasil panen microgreens.
Kegiatan workshop dan pelatihan ini berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang sangat positif. Hal ini terlihat dari antusias para peserta untuk menanyakan berbagai informasi mengenai teknik budidaya sayuran microgreens selama pelatihan berlangsung. Dari pelatihan tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas warga RT 04 RW 09 Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur masih belum mengenal budidaya microgreens.
Dengan demikian pelatihan ini mampu memberikan wawasan baru maupun alternatif dalam meningkatkan pangan sayuran masyarakat kota khususnya bagi warga RT 04 RW 09 Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Oleh karena itu, diharapkan warga yang mengikuti kegiatan workshop ini mampu menerapkan keterampilan menanam budidaya microgreens sehingga berdampak pada peningkatan pola hidup sehat dan peningkatan ketahanan pangan keluarga. Harapannya keterampilan budidaya microgreens dengan konsep urban farming dapat diterapkan oleh lingkungan sekitar sehingga semakin banyak rumah tangga yang dapat merasakan manfaat dari budidaya microgreens.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H