Mohon tunggu...
Lucy AmandaLestari
Lucy AmandaLestari Mohon Tunggu... Freelancer - amateur writer

Go lucky fun person

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hindari Menjadi Deadliner, Dekati Skala Prioritas

6 Juni 2023   17:41 Diperbarui: 6 Juni 2023   17:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Besar kemungkinan deadline menjadi makanan sehari-hari bagi tiap kalangan, semua dapat merasakannya, tanpa terkecuali. Deadline sendiri ialah beban tanggung jawab yang memiliki batas waktu tertentu. Lantas apa jadinya jika deadline yang diberikan dalam jumlah banyak hingga menggunung? Khalayak tentunya perlu mencicil tanggungan agar sedikit demi sedikit berkurang.

Problematikanya adalah kini bermunculan sang deadliner, yaitu khalayak yang mengerjakan pekerjaan ketika sudah dekat dengan tenggat waktu yang diberikan, padahal pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dari jauh hari. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa khalayak merasa nyaman dengan menjadi deadliner, karena telah terbiasa ataupun alasan lainnya yang mendukung, seperti lebih fokus pada pekerjaan yang ada. Tetapi adapula deadliner negatif.

Deadliner negatif sengaja menunda-nunda, selalu menunggu hingga menit terakhir untuk membenahi pekerjaan. Kemudian sekiranya sudah dekat pada waktu yang ditentukan, khalayak akan memforsir diri untuk menyelesaikan pekerjaan dengan segala keterbatasan yang berpotensi menimbulkan burnout. Seiring waktu, deadliner kronis dapat menyebabkan penurunan produktivitas, bahkan mengusik kesehatan yang lebih serius seperti gangguan kecemasan, dan bahkan masalah kesehatan fisik seperti penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

Selain mengacaukan kesehatan, sang deadliner memungkinkan membawa malapetaka beruntun. Seumpamanya ketika deadliner tidak dapat menyerahkan pekerjaannya tepat waktu kepada pihak berkaitan, maka pihak lain harus menunggu sang deadliner sampai jangka waktu yang tidak menentu, mendatangkan tertundanya pekerjaan akibat ulah si deadliner.

Berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Perbuatan terasa berat, akan menghasilkan hasil yang baik di kemudian hari. Pada dasarnya, deadline membantu gambaran tentang bagaimana memprioritaskan tanggung jawab. Pentingnya perlu mengevaluasi diri dalam mengatur waktu secara efektif, dan mencari sistem bekerja yang paling efektif, seperti menetapkan skala prioritas agar terhindar dari kelelahan.

Menetapkan skala prioritas bisa dimulai dari membuat penyusunan daftar pekerjaan dengan mengkategorikan berdasarkan tingkat urgensinya, gunakan skala 1-10. Pertimbangan skala didasari oleh kerealistisan segala konsekuensi yang dihadapi, dan terakhir fokus pada pekerjaan yang paling krusial. Selamat tinggal deadliner! Selamat datang skala prioritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun