Kita seharusnya malu.
Sandera kita yang di serah-terima-kan dan di jemput diperbatasan, tetapi action kita seolah habis bertempur membebaskan sandera...
Pemerintah dengan tegas menyatakan TIDAK TUNDUK PADA KEJAHATAN, dan kita semua percaya bahwa pemerintah benar-benar tidak mengeluarkan uang untuk tebusan, tetapi kalau perusahan membayar, seharusnya ini disampaikan terbuka.
Ingat, kita harus bekerja sama dengan Filipina. Tanpa mengurangi rasa hormat akan nyawa para sandera, dengan bersikap tidak terbuka, Indonesia dianggap telah bermain mata dengan kelompok teroris Abu Sayyaf.
Ketika 10 WNI kita dibebaskan oleh Abu Sayyaf pada 26 Maret 2016 lalu, berbagai media massa Filipina menyangsikan pernyataan Indonesia, karena tidak ada tradisi sandera Abu Sayyaf dibebaskan dengan cuma-cuma.
Wali kota Jolo, Hussin Amin bahkan marah dengan pemberitaan pembayaran uang tebusan tersebut dan mengatakan dia menyambut baik pembebasan sandera asal Indonesia tersebut, namun juga mengaku tidak tahu menahu mengenai apakah uang tebusan telah dibayar.
"Jika pembebasan itu dilakukan dengan imbalan uang, maka mereka yang membayar telah mendukung Abu Sayyaf. Uang ini akan digunakan membeli lebih banyak senjata dan digunakan sebagai dana mobilisasi oleh penjahat ini."
Mengapa WNI menjadi target kelompok teroris Abu Sayyaf? Mungkin bukan uang, tetapi mereka ketagihan sama rengginang, rempeyek dan oleh-oleh dari kita pada diplomasi total pertama?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H