Mohon tunggu...
Isman Afandi
Isman Afandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Assik aja

menulis berarti menambah panjang umur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lelah Menghadapi Banjir

23 Januari 2014   15:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelah Menghadapi Banjir

Sudah hampir seminggu sudah hujan menyetubuhi bumi Jabodetabek sehingga para warga penghuni rumah komplek sederhana, komplek rumah mewah maupun rumah kumuh merasakan airyang kedatangaannya tidak dikehendaki karena merusak seluruh atau sebagian harta mereka.

Akibat dari genangan ini menyebabkan pertama penghuni rumah sibuk mengemasi barang2 perabotan untuk diungsikan , kedua para aparat desaseperti Pak Rukun tetangga, Pak Lurah, Pak Dan ramil, Pak Pemadam Kebakaran sampai aparatur pemerintah daerah sibuk mengevakuasi korban , sibuk mememengang dan bicara dengan HT dari pada HP, sibuk membuat dapur umum atau Posko korban banjir

Kalau di baca literature nya sejarah, Kota Jakarta sudah banjir sejak jaman penjajahan belanda , penjajahan jepang, masa proklamasi sampai sekarang tapi tetap saja banjir tak terselesaikan , sudah beberapa puluh tenaga dan pikiran yang terkuras untuk menyelesaikanmasalah banjir.

Beberapa Tahun kemarinpemerintah Jakarta melakukan mencoba melakukan terobosan dengan cara melakukan normalisasi kanal, membuat sumur resapan serta pengerukan beberapa waduk serta pembuatan kanal pun tidak menyelesaikan banjir yang datang. Sayapun sebagai warga lelah juga dengan banjir setiap tahun

Beberapa hari yang lalu tiga pucuk pinpinan daerah Jawa Barat, Banten dan Jakarta melakukan rapat unutk memecahkan masalah banjir ini. Dari kesepakatan merekalahirlah beberapa solusi yakni pembuatan sodetan kali Ciliwung menuju Kali Cisadane ( namun solusi ini mendapatkan ketidak setujuanpemilik area cisadane dan sekotarnya, solusi kedua yakni pembuatan waduk di daerah bogor tapi dengan sarat yakni warga bogor bersediatapi jalan raya menuju puncak diperlebar cepat oleh dinas pekerjaan umum.

Menurut saya kalo kita membangun lagi dua waduk di daerah bogor tentu membuat memperbesar kerusakan lingkungan kedepan. Kenapa kita tidak membuat jalan tol baru dari pintu air katulampa sampai Tanjung Periuk sekalian jalan ini berfungsi sebagai alat pembuang air menuju laut dengan menambah alat drainase. Kemudian para developer di perketat diberikan izin membuka lahan serta membangun untuk perumahan, serta perumahan yang akan dibuat itu minimal rusunawa atau apaterment dengan harga terjangkau oleh masyarakat.

Salam

Dari penikmat banjir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun