Terdengar dari jauh, suara mereka yang didengar oleh Mamah Bayu. Mamah Bayu yang kaget dengan kehadiran Adel dan langsung bertanya apa tujuan ia kemari. ”Eh Adel, kamu mau ngapain disini? Bayu ada salah sama kamu?” Adel pun menjawab, ”Tidak tante, sebenarnya Bayu ingin bilang sesuatu kepada tante tentang perasaan Bayu selama ini.”. Bayu pun ikut kaget dengan apa perkataan Adel.
Bayu menghembuskan nafas yang panjang dan memulai dengan baik, disemangati oleh teman baiknya Adel yang memberikannya saran. Mamah Bayu pun mulai menyimak apa yang ingin disampaikan oleh anaknya.
”Mah, sebenarnya aku capek hidup dikekang seperti ini. Aku capek setiap hari harus dipantau sama kalian, aku mau main sama temen-temenku aja susah kayaknya. Apalagi akhir-akhir ini Mamah mengadakan les untuk aku tanpa persetujuan aku. Aku bisa apa mah sebagai anak? Aku cuma bisa mengiyakan apa yang ingin mamah berikan ke aku meski aku pun belum memutuskan apa yang aku inginkan. Mamah pernah tidak sih nanya ke aku, apa maunya Bayu, apa Bayu seneng dengan perlakuan Mamah dan Papah seperti ini? pernah tidak kalian menanyakan anak kalian bagaimana harinya di sekolah ataupun bagaimana keseharian di rumah? tidak kan. Jujur aku terkadang suka sedih karena tidak mendapatkan ’hak’ aku di rumah ini Mah. Aku seperti burung yang di ’sangkar’ terus-terusan oleh kalian dan aku tidak bisa melihat seisi dunia dalam hidup ini. Aku cuma ingin bebas dari semuanya, Mah. Biarkan aku hidup selayaknya aku remaja yang senang bermain bersama teman sebaya aku.”
Keheningan pun berlangsung sangat lama, air mata Bayu mulai mengalir sedikit demi sedikit dan makin deras. Ia pun sedih sekaligus senang akan apa yang bisa dia katakan dengan jujur selama hidupnya. Mamahnya dan Adel ikut bersedih dengan apa yang dikatakan oleh Bayu. Adel pun bangga dengan perkataan Bayu dan terlihat derasnya air mata Mamah Bayu yang mengalir deras, ia pun ikut bangga akan perkataan anaknya itu, ia merasa bersalah dengan didikannya selama ini. Mamah Bayu pun langsung memeluk anaknya itu dan Bayu pun membalas pelukan balik dengan erat kepada Mamahnya. Mamah Bayu pun mulai berkata.
”Mamah minta maaf ya Bayu. Kamu selama ini ternyata tersiksa dengan keadaan ini. Mamah tau kesalahan pada mamah ini banyak. Soal les nanti mamah akan bicarakan kepada Papah kamu agar diberhentikan dan kamu bisa melakukan apa yang kamu inginkan. Maafkan kami berdua ya nak atas perlakuan kami. Kalau kamu tidak berbicara jujur seperti ini, mamah mungkin tidak akan tau isi hati kamu, Nak.”. Ia mulai membelai rambut anak semata wayangnya itu, ia tidak ingin kehilangannya dan meninggalkan luka apa yang ia taburi kepada anaknya. Suasana pun menjadi lebih ’hangat’ dibandingkan hari-hari lainnya.
Mamah Bayu yang baru tersadar akan apa kehadiran Adel yang sedang menyaksikan mereka berdua dan mengatakan, ”Aduh maaf ya Neng Adel, jadi melihat hal yang tidak mengenakkan begini.” Adel pun menjawab, ”Tidak apa-apa Tante, aku senang kalo akhirnya Bayu jujur dan bisa main PS bareng aku lagi hehe. Kalau gitu aku pulang dahulu ya, misi aku udah selesai membebaskan Bayu.” Adel pun melambaikan tangan kepada mereka berdua dan memasuki rumahnya yang disebrang itu. Mereka pun membalasnya dan mulai memasuki rumah.
Hari demi hari, Bayu dan Adel terlihat sering berangkat dan pulang sekolah berbarengan, hal ini menjadi dampak positif dan kehidupan baru bagi Bayu. Ia akan lebih sering menghabiskan waktu bermain dengan Adel dan teman-teman sebayanya yang dikelas dibandingkan di ’sangkarkan’ oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah berdamai dengan keadaan dan Bayu hidup dengan senang selama hidupnya berkat teman baiknya Adel dan tentunya kejujuran dari perkataan hatinya selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H