Mohon tunggu...
Dr Kurniasih Mufidayati MSi
Dr Kurniasih Mufidayati MSi Mohon Tunggu... Dosen - Politisi

Anggota Komisi IX DPR RI (Kesehatan, Ketenagakerjaan, Pengawasan Obat dan Makanan) Fraksi PKS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apa yang Menjadi Tantangan Kualitas Kesehatan di Indonesia?

13 November 2019   22:46 Diperbarui: 14 November 2019   05:38 4789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kenaikan iuran kesehatan. (sumber: kompas/Didie SW)

Terjadinya defisit yang besar dan terus meningkat dalam pengelolaan BPJS Kesehatan sesungguhnya menyiratkan adanya persoalan besar dalam pembangunan kesehata di Indonesia. 

Keuangan BPJS terkuras untuk biaya pengobatan peserta BPJS di seluruh Indonesia yang sekaligus menunjukkan banyaknya peserta yang memerlukan pengobatan, peawatan intensif ataupun penanganan yang membutuhkan dana yang besar. 

Faktanya Indonesia memang sedang menghadapai persoalan kesehatan yang serius. Kita belum lagi selesai dengan persoalanan penyakit menular dan penyakit akibat kemiskinan yang sudah terjadi sejak awal kemerdekaan, kini sudah dihadapi oleh penyakit akibat gaya hidup tidak sehat yang meningkatkan resiko kematian dan biaya pengobatan yang mahal.

Tantangan Berat Pembangunan Kesehatan

Hasil pengukurahn Indeks kesehatan global (Global Health Indeks) menunjukkan kondisin yang memprihatinkan bagi Indonesia. Indonesia menempati urutan ke 101 dari 149 negara dalam indeks tahun 2017 didasarkan pada kesehatan fisik, mental, infrastruktur kesehatan dan perawatan guna pencegahan berbagai wabah atau penyakit. 

Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding Singapura yang berada di posisi kedua. Dibandingkan negara ASEAN lainnya pun posisi Indonesia masih kalah seperti oleh Thailand yang menempati posisi 35 dan Malaysia menempel Thailand di posisi 38. Indonesia bahkan kalah dari Vietnam yang berada di posisi 69 atau Laos di posisi 94.

Beberapa indikator utama dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) yang dilakukan tahun lalu setidaknya menunjukkan masih banyaknya tantagan yang dihadapai dalam pembangunan sektor kesehatan. 

Tingkat Gizi Buruk dan Gizi kurang dari hasik Riskesda 2018 menunjukkan angka 17,7%. Meskipun membaik dibanding 2013 yang mencapai 19,6%, namun angka ini masih lebih tinggi dari target di RPJMN yaitu sebesar 17%. 

Bahkan khusus untuk tingkat Gizi Kurang, dalam 5 tahun, pengurangan hanya sebesar 0,1% dari 13,9% di 2013 menjadi 13,8% di 2018. Selanjutnya untuk gizi pendek dan sangat pendek atau yang dikenal dengan istilah Stunting, masih di angka 30,8%. 

Meskipun tingkat stunting meningkat cukup baik dibanding 2013 yang berada di kisaran 37,2%, namun masih jauh dari target WHO sebesar 20%. Porporsi Gizi Kurus pada Balita dalam 5 tahun terakhir juga hanya turun sebesar 0,1% dari 6,8% di 2013 menjadi 6,7% di 2018.

Dari sisi kesehatan ibu, kondisi yang memprihatinkan adalah meningkatnya proporsi Anemia ibu hamil dari 37,1% di 2013 menjadi 48,9% di 2018. Padahal Indonesia juga masih menghadapai Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan yang tinggi yaitu 305 per 1000 kelahiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun