Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Pilkada atau Pilpres Harus Fitnah dan Hoaks?

11 Oktober 2018   19:15 Diperbarui: 11 Oktober 2018   19:33 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh menyedihkan setiap ada plikada atau pilpres di republic kita selalu diliputi dengan ketegangan, hoax yang membuat keributan, saling menyalahkan dan saling mengadu karena merasa difitnah dst-nya. 

Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, walaupun saat berkampanye menimbulkan ketegangan, namun tidak seperti negeri ini, rakyat yang tidak mengenal politik, terutama yang dibawah garis kemiskinan, begitu mudah digerakan dengan berbagai issiu yang berdampak kekerasan, dengan politik uang cukup memberi sedikit uang Sernilai  untuk bias makan sehari dua atau sedikit sembako sudah mampu menggerakan massa untuk menjatuhkan lawan politik dengan cara yang sulit diukur dengan kepercayaan yang dianut.

Zaman HOAX  melalui media, begitu mudah dibuat karena efektif untuk memancing / memperkeruh suasana, maka tidak heran berita hoax bisa datang dari mana saja tanpa harus bertanggungjawab. bahkan hoax saat ini sudah bisa digunakan sebagai alat memicu kegaduhan massive. misalnya yang barusan dilakukan oleh RS, dimana sudah menggoncangkan  masyarakat saling menuduh tanpa harus di cross check lebih dulu. bahkan diadakan konferensi pers yang dilakukan oleh tokoh-tokoh politik dan capres yang sedang terlibat ikut menggoreng issiu yang tdak benar. anehnya salah satu tokoh yang diminta jadi saksi RS oleh kepolisian  juga dipolitisir dengan mengerahkan massa. apa maksud tu semua ?    

Begitu rendahnya nilai seseorang politikus, tidak lagi berpihak pada rakyat, sebaliknya memperalat rakyat kecil sebagai tumbal untuk memenuhi ambisinya. mengapa harus berbuat demikian? Bukankah bangsa kita adalah bangsa yang beradab, memiliki budaya santun  yang seharusnya itu ditonjolkan dalam pesta demokrasi.

Australia, saat election, bisa berjalan begitu baik, bahkan dinegeri ini  setiap warga negara wajib untuk ikut, dengan dikenakan sanksi jika tidak ikut pemilihan.   Penggantian presiden begitu mudah tanpa harus ada kegaduhan. bahkan presiden bisa diturunkan oleh usulan partai pengusung, sehingga dalam satu periode jabatan presiden bisa diganti tengah jalan, bahkan diganti lagi jika tidak cocok oleh partai yang mengusungnya. dinegeri ini rakyat tidak ambil pusing atau ikutan turun dijalan protes dan membuat kegaduhan. 

cukup semua itu dilakukan diinternal partai dan saat pemilu cukup partai beradu gagasan untuk memperleh dukungan rakyat. Rakyat diberi kebebasan, tanpa harus dilibatkan menjadi korban politik. cukup hanya dilibatkan saat election  memilih bebas partai apa yang akan dipilih tanpa harus ada intimidasi. dikotak suara tidak nampak aparat keamanan yang berjaga, apalagi membawa senjata.   

Tokoh-tokoh politik termasuk yang duduk di DPR/MPR, bukankah mereka orang yang berpendidikan, beragama yang nampaknya sangat soleh. bahkan sudah study banding kemancanegara untuk saling belajar menimpa ilmu yang baik. 

Namun  sangat disayangkan ilmu tidak membawa dampak, selalu cara-cara yang buruk / pencitraan / fitnah dan hoax yang dijadikan alat mencari pengaruh / dukungan oleh elit politik yang tidak bertanggungjawab.  

Tidak bisakah elit politik kita belajar menjadi dewasa, benar-benar santun, bukan dibuat-buat, seperti srigala yang  berbulu domba, menerkam saat lawannya lemah.

Pemilu masih cukup lama, sampai tahun 2019 April, namun saat ini sudah ketegangan terjadi dimana-mana, saling melontar fitnah dan hoax yang memanas.  boleh-boleh saja jika itu merupakan strategi, tapi janganlah rakyat kecil diperalat, kasihan mereka menanggung beban berat. hanya karena kurang berpendidikan, mereka begitu mudah dimanfaatkan oleh yang berpendidikan dan berambisi mencari jabatan.  

Jika negara lain bisa berjalan aman dan baik, sesungguhnya bangsa kita harus bisa lebih menciptakan kesejukan dalam pilpres maupun pilkada, sangat malu jika kita yang mengaku beragama tetapi  memanfaatkan fitnah dan hoax sebagai alat pemecah belah.  

Para elit politik  buat kesepakatan seolah-olah hoax dan fitnah itu tidak bisa dihindari jika tidak ada kesepakatan.  benarkah itu akan terwujud sesuai harapan ? perasaan hati kecil, tentu kurang yakin bisa terwujud, namun tetap salut karena masih ada kemauan. namun Kemauan  itu akan dibuktikan oleh rakyat sejauhmana kesepakatan itu ditaati Bersama.

Semoga fitnah dan hoax benar-benar bisa terwujud di pilpres 2019, membuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa besar, bangsa yang menjunjung tinggi nilai luhur dan nilai agama yang setia dan taat akan firman Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun