Bukan rahasia, bahwa ratusan gereja di Indonesia dibakar, kuil dibakar, penistaan agama terhadap agama Kristen begitu kencang bahkan sampai dikatakan kafir. Tidak ada hukum yang melindungi warga minoritas ini. Jika ada hukuman bagi pelaku kriminal terhadap minoritas, begitu ringannya hukuman yang dihitung hanya berkisar bulanan saja.
Peristiwa terkahir massa pilkada, saat Natal 2016, begitu banyak pelanggaran dan penghinaan terhadap agam Kristen, seolah-olah hanya angin liwat, walaupun kasusnya sudah dilaporkan pada Polisi. Â Berita medsos yang begitu gencar menghina agama minoritas sudah begitu ngeri, namun tidak ada tindakan hukum sama sekali.
Memang minoritas sudah dianggap terlalu lemah dibumi ini, Â mudah dianiaya seenaknya tanpa ada perlawanan. Seolah-olah minoritas itu seperti domba yang siap dibantai tanpa perlawanan. Â Apakah ini menjadikan dasar merendahkan tuntutan keadilan bagi minoritas ?
Asal diketahui saja, bukan minoritas itu lemah, melainkan kami minoritas diajarkan untuk saling mengasihi, saling menghormati tdak menaruh dendam pada yang menghina / merusak, hanya karena membuktikan bahwa ajaran kami bukan mengajarkan kekerasan, jahat dibalas dengan jahat dan kami dituntut untuk melakukan dengan kesadaran penuh. Â
Namun kami hidup dinegeri yang ada hukum untuk berlaku rsama pada semua orang, mengapa ini tidak dirasakan oleh minoritas ? Â Dimanakah Pancasila harga mati bagi bangsa ? Dimanakah pengakuan atas Ke- Bhineka Tunggal Ika kita, sebagai satu Bangsa, Satu Negara dan Satu Tanah Air ?
Minoritas Tionghua diisiukan dengan  mengatakan menguasai ekonomi di bumi Indonesia, itu awal darimana ? orang kaya dari keturunan Tionghua bisa terhitung jumlahnya, dan mereka itu semua sejak pemerintahan Order Baru sudah kaya sampai sekarang. Zaman KKN merajarela sampai sekarang orangnya itu-itu saja. Â
Berapa banyak yang non Tionghua yang kaya, sesungguhnya tidak terhitung juga bukan ? mereka yang kaya juga dari masa Order Baru, Â Â selain itu banyak juga yang kaya karena sebagai pejabat, uangnya tidak berbunyi, simpanannya ada dimana-mana. Triyunan uang disimpan di luar negeri yang belum mau ikut tax amnesti. Â Jadi janganlah hanya tertuju pada suku Tionghua yang jumlahnya belasan itu saja. Â Orang Tionghua yang menderita juga banyak terdapat dimana-mana. Kenapa kemarahan selalu ditujukan pada minoritas ?
Pemerintahan Jokowi yang baru berjalan 3 tahun. Tunjukan dimana orang Tionghua yang super kaya seperti yang disebutkan diatas karena sudah kaya sejak Order Baru ? satupun tidak ada ! Â Jika kita melihat dengan lebih jujur, orang- orang kaya dimana ikutan melawan pemerintahan Jokowi dan Ahok dalam pilkada dan Pilpres akan datang ? Â Sesungguhnya mereka itu semua adalah barisan sakit hati yang tidak lelua lagi bermain seperti pada zaman Order Baru sampai era sebelum Jokowi. Mereka bergabung dengan barisan sakit hati lainnya untuk melawan perubahan untuk menuju pemerintahan bersih dibawah Pimpinan Jokowi.
Kembali pada judul diatas, sesungguhnya kami dari moniritas tidak minta dan menuntut berlebihan untuk memperoleh fasilitas seperti dibangunkan rumah ibadah, kami sadar bahwa kepercayaan dan ibadah  bukan terbatas yang berwujud rumah ibadah, jauh lebih penting bagaimana hati kami yakin akan kuasa Allah yang penuh kasih. Yakin akan kedaulatan Allah pada manusia dan  melakukan ajaran Agama, itu sudah menjadi ibadah sesungguhnya.
Minoritas mohon pada pemerintah, cukup kami dihargai sama dihadapan hukum, janganlah kami disingkirkan, dikafirkan, dianiaya dan difitnah. Cukup sudah dibuktikan, rumah ibadah kami sudah banyak yang dibakar, pengikutnya disiksa dan diperlakukan kasar dengan hujatan-hujatan yang tidak layak, Â namun tidak sekalipun kami melawan dengan kekerasan. Adapun perlawanan hanya karena sudah keterlaluan yang dianggap minoritas bukan lagi manusia. Dimanakah keadilan bagi kami sebagai minoritas, ini yang dipertanyakan ?
Ahok dihukum 2 tahun penjara,  tiada perlawanan bagi dirinya. Sebagai warga dia patuh, tidak sekalipun mangkir atau minta diundur sidang-sidang yang diadakan untuk dirinya,  Bahkan dalam tahanan ia minta pendukungnya pulang, untuk menunjukan bahwa mereka cinta pada dirinya. Coba renungkan Dimana Habib Riziek saat ini ? habis membuat demo dia lari ke Arab. Apa daya Kepolisian untuk menangkapnya ? Berapa banyak kasus di kepolisian yang menyangkut dirinya ? Tuntutan terus meluas untuk bubarkan FPI, apa wujud pemerintah saat ini untuk meneruskan aspirasi daerah yang menuntut pembubaran FPI itu ? Dimana keadilan bagi minoritas ? kenapa Riziek tidak di cekal ? Jika Ahok kasusnya super cepat selesai, tetapi bagaimana lainnya ? Buni Yani ? Habib Riziek ? Anies dan Sandiaga yang katanya habis Pilkada mau diproses ? juga kasus lainnya yang menyangkut pejabat tinggi, orang super kaya ?  Apakah semua itu akan sirna karena Ahok sudah  dipenjarakan ? Kemudian kepada pejabat-pejabat yang menghujat dan mengancam RI-1 dan tersangkut kasus pajak dll itu bisa leluasa  menghilang. Adilkah itu semua ?
Seluruh rakyat Indoensia dari berbagai daerah sudah menyoroti minta keadilan, dunia sudah menyoroti Indonesia untuk minta  Indonesia berlaku adil bagi minoritas. Kita mengaku menghargai perbedaan, saat ini buktikanlah pada seluruh rakyat Indoensia, buktikan pada dunia, bahwa apa yang di klaim itu benar dengan bukti nyata, bukan sekedar menuduh negara luar tidak boleh intervensi hukum di Indonesia. Jika PPB sudah ikut menyoroti, apakah itu juga ikut campur ?
Jika saat ini orang-orang super kaya, oknum pejabat-pejabat yang sudah menikmati masa KKN dan anda masih bebas menikmati kekayaan berlimpah-limpah, cukuplah jangan diteruskan ketamakan itu dengan cara yang  brutal, apalagi memanfaatkan sumbu-sumbu pendek untuk mencapai niat jahatnya. Kenapa minoritas selalu dibentur dengan sumbu pendek untuk mencapai tujuan politik oknum haus kuasa ? Sangat menyedihkan, kalian masih bisa berpesta pora karena sudah menang dan Ahok ditahan.
Baru saja dirasakan rakyat jelata yang masih dibawah kemiskinan untuk menikmati hidup yang layak dibawah pemerintahan yang bersih dan pro rakyat, kalian hancurkan dengan cara-cara licik dengan dengan janji-janji kosong  untuk menghidupi budaya KKN, menakuti rakyat kecil dengan mengancam jika mati tidak di solat-kan.  Itupun dengan  bukti spanduk ratusan, provokator dan pengamcam tetap leluasa, tidak ada penindakan hukum. Dimana keadilannya ?
Pilpres masih dua tahun kedepan, sekarang sudah dirasakan suasana panas, sumbu pendek terus dijadikan alat permainan, issiu PKI dan kembalinya RRT akan menguasai Indonesia dihembuskan kembali. Yang paling mudah minoritas dijadikan korban kembali dengan kerusuhan-kerusuhan seperti 1998 dan issiu ini sudah dirasakan oleh minoritas.
Harapan minoritas, hanya butuh perlindungan dan hukum berlaku bagi semua anak bangsa. Setidaknya penegak hukum bergerak cepat dan tidak pandang pilih seolah-olah takut dengan kekuatan massa dari sumbu pendek yang memaksakan kehendak. Hanya gerak cepat dan tegas dari aparat penegak hukum yang tanpa pandang bulu yang bisa memberi bukti nyata dan memulihkan kekuatiran sebagai hak warganegara minoritas untuk diperlakukan adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H