Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Gate, Penting  bagi Pembenci Ahok!

28 Februari 2017   18:15 Diperbarui: 1 Maret 2017   02:01 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok Gate diangkat oleh partai dan oknum yang sangat benci akan Ahok, mereka sudah tidak sabar menanti putusan pengadilan, karena hanya mengejar target asal bukan Ahok yang jadi gubernur DKI.  Dari awal Ahok dituntut dalam kasus penistaan agama yang sesungguhnya tidak masuk akal, dijadikan pemaksaan kehendak dengan menggerakan ratusan bahkan jutaan manusia untuk menghukum Ahok. Sehingga kepolisian kewalahan dengan super cepat menaikan kasus Ahok ke kejaksaan, tanpa menghiraukan keputusan Kapolri bahwa calon dalam masa kampanye tidak boleh dijadikan tersangka. Begitu sampai di Kejaksaan, masih tidak puas, penekanan pada kejaksaan segera untuk menaikan sampai ke pengadilan, dalam waktu sehari dua, sudah menjadi wewenang pengadilan. Namun proses keadilan dirasakan lambat, mereka tidak betah sehingga memaksakan kehendak Ahok di berhentikan setelah pilkada selesai. Karena tidak terpenuhi, maka Ahok Gate diangkat untuk segera mencari jalan pintas, hal ini bisa terbaca karena masih ada putaran kedua dilakukan bulan April, diperkirakan kasus Ahok belum juga bisa rampung. Maka kemarahan demi kemarahan dilampiaskan asal bukan Ahok yang menang.

Ahok aktif kembali, menjadi sorotan pembenci Ahok, mereka takut nama Ahok terangkat lebih kuat, peresmian RPTRA setidaknya membawa hasil kerja nyata. tidak cukup disitu peninjauan proyek sedang berjalan bersama Jokowi juga dijadikan sasaran kritik dan mencari opini masyarakat bahwa Jokowi melindungi seorang terdakwa. Terlebih Ahok diajak naik semobil bersama, membuat mereka kebakaran jenggot, Fadli dan Fahri kelihatan sekali bencinya membawa dan menyabet sana sini untuk mencari pendukung. Tidak lagi melihat bahwa itu tugas pemerintah untuk memperhatikan proyek yang sedang berjalan, tidak asal asbun dari bawahan untuk mneyenangkan pimpinannya.

Ahok gate diperoleh penolakan enam partai, membuat mereka begitu menambah kebencian, karena nasibnya akan kandas. DPRD DKI juga ikutan memboikot Sidang bersama Ahok. Apa maksud itu semua ? jika bukan hanya untuk menjatuhkan Ahok dan Jokowi. Sangat mudah terbaca sejak Ahok keluar dari Gerinda dan Jokowi naik jadi presiden RI, kelompok yang sama ini tidak henti-hentinya dengan membabi buta kritik yang tidak masuk akal,  setelah koalisi hancur, tersisa Gerinda dan PKS, maka kebencian dan lontaran kritik sudah sulit bisa disambut oleh partai lainnya. Bagaimana Demokrat ? begitu posisinya terjepit, karena amunisinya tidak berfungsi, maka sulit untuk bisa menjadi penyeimbang yang digembar – gemborkan, gengsi dicampur malu, membuat namanya terus jatuh. Kroni-krinonya terus menjadi kejaran KPK. Bahkan terancam terus kedepannya. 

Demokrat sudah kehilangan paslonnya, yang kalah dalam putaran kedua, kebencian pada Ahok, masih tersisa, sehingga Ahok Gate juga didukungnya, mungkin bisa sedikit mengangkat kembali namanya, itu hanya mimpi siang bolong. Sambil melihat kiri kanan, siapa yang bakal didukung dalam Putaran kedua. Apakah itu dijadikan alat negosiasi  bisa jadi begitu.

Ahok gate, nampaknya sulit terpenuhi, kita menanti waktunya. Jika gagal tentu mereka ( Gerinda dan PKS ) tidak tinggal diam karena berkepentingan untuk memenangkan paslonnya Anies – Sandiaga. Gerilya merupakan strateginya, berupaya mencari simpati dengan kampanye gelap, mendatangi mesjid dan mengadakan pertemuan dengan ulama, itu salah satunya.  Tentu ada janji-janji diberikan dibalik semua itu. Hanya saja KPU sulit mendeteksi karena lihainya bermain. Ada tokoh besar yang sangat hebat bermain strategi menjadi tulang punggung.

Diakui atau tidak, Ahok aktif kembali merupakan ancaman bagi mereka, setidaknya Ahok menjalankan tugas kerja melekat kuat selaku paslon kedua. Ini yang menjadikan mereka kalah dan kuatir, sehingga harus dihancurkan si Ahok ini, setidaknya harus diberhentikan, karena kasus penistaan.

Tidak akan tinggal diam ( Gerinda & PKS ), dipelopori oleh Fadli dan Fahri dengan dukungan partai anti Ahok di DPRD selama masih ada napas sebelum pilkada putaran kedua. Mereka akan putar otak, dengan dorongan kebencian. Yang pasti akan menunjukan kekerdilan jiwa yang mengaku wakil rakyat dan sekaligus asal ucapnya akan menunjukan kebodohan dan kekanak-kanakannya. Alasan tidak tinggal diam karena ada opsi kedua yang ditakutkan, jika pengadilan membebaskan Ahok, karena jika ikuti persidangan, nampaknya Ahok akan lolos dari jeratan penistaan agama. Ini juga membuat mereka sangat takut dalam menyusun pilpres 2019.

Ahok jika diinginkan mati, sudah sejak ia jabat wakil Gubernur sudah mati, tidak sampai bertahan saat ini, bahkan akan dilanjutkan pada yang akan datang. serangan yang dhadapkan ke Ahok, bukan serangan kecil,  bahkan sehebat bom, yang nyaris mematikan dan sudah menggoncangkan Republik ini.  Jika Ahok bukan orang yang jujur, berani dan tidak korupsi serta berdiir atas konstitusi membuat dia selalu terlindungi dan didukung oleh yang berpikiran waras, bukti pilkada dimenangkan olehnya walaupun tidak satu putaran. Coba paslon lawan Ahok yang akan datang ( berita di media sudah banyak negatif yang di expose, sejauhmana benarnya kita lihat saja tanggal mainnya. Anehnya tidak ada bantahandari mereka ! ), jika tidak sebersih Ahok, yang santun tidak seberingis Ahok. Jka  hanya pemimpin berman dengan win win solution ( apa ati win-win solutioan ? kita pasti tahukan ? ), hancurlah DKI kembali seperti awal. Mereka yang akan kaya, rakyatnya tetap saja kere, karena yang jual hanya tong kosong nyaring buninya. Sejarah sudah membuktikan itu !

Yang pasti Ahok Gate, pasti gagal ! lihat saja perkembangannya, namun babak berikut pasti akan datang lag !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun