Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Bijak, Mencintai Rakyat Berdiri atas Keadilan

30 Maret 2014   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin Bijak, Mencintai Rakyat Berdiri Atas Keadilan.

Dalam pemilihan caleg dan capres yang sudah diambang pintu, kita harus bisa memilihpemimpin yang bijak yang mencintai rakyatnya denganberdiri teguh dalam keadilan. Pemimpin ini yang nantinya yang bisa menciptakan Indonesia Baru dengan berpijak pada empat pilar.

Pemimpin tidak bertumpu pada tegas dan berwibawa, karena ini akan berbahaya dan mudah terbawa emosi negative. Pemimpin demikian nampaknya akan bagus sementara , kemudian akan bergeser karenalebih condong bertindak otoriter, kemudian secara tidak terasa bangsa ini akan dibawa kembali pada zaman order baru.Kekuasaannyaakan melupakan kepentingan rakyat secara menyeluruh.

Pemimpin tidak hanya mengumbar janji, namun tidak memiliki track record yang baik. Apalagi pemimpin hanya bisa menjelekkan kompetiter, membuktikan dirinya jika jadi pemimpin kelak pasti tidak bisa berdiri dalam keadilan.Karena sudah membuktikan dirinya hanya memenuhi kepenting kelompok dan menjatuhkan kelompok lain. Pemimpin demikian sangat berbahaya jika berseberang pendapat dengannya. Mudah dijadikan kambing hitam. Masa lalu telah menjadi bukti nyata dinegara kita yang tercinta ini.

Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang bisa mendidik rakyatnya berpelaku baik, memahami tanggungjawab dan taat akan hukum / konstitusi. Disamping mendidik rakyat bisa bekerja keras, bukan rakyat yang pemalas, dan kelas pembantu di negara orang. Pemimpin demikian haruslah pemimpin yang bisa mencintai rakyatnya, sebagai panggilan hati, supaya kehidupan rakyatnya meningkat dari waktu kewaktu.

Pemimpin yang baik, akan berupaya memberikan dukungan / mendidikrakyatnya supaya mampu ulet berdikari dalam usaha, bukan sekedar memberi santunan hidup yang akhirnya menjadi ketergantungan. Masa lalu bukti apa yang dikerjakan oleh pemerintah lama, memberi santunan, tunjangan hidup dan subsidi semuanya itu lebih membudayakan budaya ketergantungan, dan kemalasan untuk bekerja keras. Budaya malas akan menambah angka kemiskinan, oleh sebab itu kasih kepada rakyat harus dilandasi dengan keadilan, tanpa keadilan maka kehancuran / kerusakan mental akan merajarela.

Pemimpin yang baik berani berdiri dan bermain dalam aturan ( hukum / konstitusi dan undang-undang ), berani transparan supaya semua bisa melihat dan mengikutinya dengan baik. Pemimpin demikian pasti bisa mendidik rakyatnya taat akan aturan, karena dirinya sudah menjadi panutan yang baik. Berani tegas menindak siapa saja yang melanggar aturan.

Kita sudah melihat calon-calon pemimpin yang sudah mencalonkan dirinya sebagai capres. Mudah bagi kita melihat sepak terjang satu persatu, siapa pemimpin yang bisa dihandalkan memimpin RI.Siapapun pemimpin kedepan haruslah pemimpin yang ada panggilan hati terdalam, mencintai rakyatnya dengan berpegang teguh dalam keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Hanya mereka yang berpikir waras, jujur mencintai kedamaian, keadilan dan mau menjaga / taat akan undang-undang atau hukum yang berlaku, mendambakan pemerintahan yang transparan bebas dari kkn akan memilih pemimpin yang tepat. Siapa dia, semoga hati-nurani setiap pemilih akan berjalan dengan baik dan mampu memilih sesuai harapan bangsa secara menyeluruh. Jangan salah pilih lagi, orang bijak tentu tidak akan mengulangi kebodohan masa lalu. Mengulangi kebodohan masa lalu hanya kehancuran yang diperolehnya dan itu adalah orang bebal yang tidak berpengharapan.

Partai dan capres adalah satu paket jika kita ingin pemerintahan kuat, semogapemilu tahun ini tidak terjadi koalisi yang menggila-gila seperti beberapa periode kepimpinan, hanya lebih mementingkan kelompok dan memperkaya diri sendiri. Negara digerogoti senak udel tanpa merasa salah. Dianya hidup dengan poligami, menjadi penderma yang bermotif menguntungkan diri dan kelompok. Memiliki rumah mewah dengan menggerogoti uang rakyat.Oleh sebab itu janganlah kita memilih capres dari partai yang berbeda, secara tidak langsung kita ikut menciptakan / mendukung pemerintah yang lemah.Suatu pembelajaran yang wajib kita ketahui sebelum memilih.

Selamat memilih ! Jelilah melihat pemimpin yang menjadi harapanBangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun