Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Mempermainkan Koalisi PDIP?

7 Oktober 2014   19:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:02 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SBY Mempermainkan Koalisi PDIP ?

Banyak jalan menuju Roma, demikianlah kira-kira SBY menuju Roma dengan keliling mengolor waktu dulu ke China,  Amerika kemudian barusan ke Roma.  SBY berkeliling untuk bersikap tentang pikada langsung. Ia akan mempermainkan PDIP terlebih dulu apakah bisa melunakan diri untuk transaksional. Coba dibayangkan sejak DPR membahas pilkada melalui DPRD, SBY sudah berpesan kepada petinggi partainya untuk berkoalisi dengan PDIP untuk memenangkan pilkada langsung, namun dirinya keluar negeri. Dalam sidang nampak sekali, petinggi Demokrat berbuat aneh-aneh, diukung koalisi Indonesia Hebat, malah sebaliknya walkout. Menyebabkan DPR menggoalkan pilkada melalui DPRD. Disini sandiwara terbentuk,  SBY merasa kecewa kenapa pilkada langsung digagalkan. Caci maki masyarakat dilemparkan kepadanya.  Kemudian melihat marahnya rakyat, ia berdalih untuk membentuk dewan untuk mengusut siapa yang menjadi otak walk out. Namun sampai detik tulisan ini dibuat rasanya tidak ada hasil yang artinya tidak bakal ada korban yang dijadikan dalang walk out, karena memang itu sandiwara.  SBY kembali menegaskan untuk membuat perpu pilkada langsung. Untuk itu ia bermanuver mengajak ingin bertemu dengan bu Mega, setelah diseriusin oleh bu Mega untuk mengirim JK dan Jokowi bersama teman lainnya untuk menjajaki apa maunya SBY ? namun itu ditolak oleh SBY. Kemudian ngoceh di twitter yang mengatakan bu Mega tidak mau menemuinya. Padahal pengakuan SBY sendiri, bahwa ia telah ketemu Hatta Raharja, menerima ajakan untuk bergabung dengan koalisi merah putih untuk menggoalkan pilkada langsung denganntukar guling jabatan di DPR /MPR, walaupun dikatakan sebagai catatan, setelah bertemu Mega. Koalisi Indonesia Hebat keok kedua kalinya dikerjain oleh SBY. Karena merasa mendapat angin segar dari koalisi merah putih, bu Mega kirim utusan namun  JK dan Jokowi ditolak mentah-mentah lagi, dengan alasan seharusnya ketua umum harus  ketemu terlebih dulu.

Tentu SBY tidak akan duduk diam, sebisanya koalisi Indonesia Hebat akan dipermalukan, disamping menebar kebencian kepada bu Mega juga kepada  Jokowi – JK yang dianggap sombong dengan non traksaksionalnya. Jika mungkin bisa digagalkan,  itu akan merupakan tujuan akhir.

SBY bermain cantik nan licik, UU pilkada DPRD datangnya dari usulan pemerintah, dalam hal ini SBY. Setelah ditolak oleh DPR, kembali mencuat karena koalisi merah putih kalah dalam pilpres, untuk menjegal koalisi Indonesia Hebat, maka pilkada oleh DPRD diungkit kembai, yang awalnya ditolak sekarang  didukung penuh oleh KMP. Jika SBY benar tulus, menyesal akan usulan pemerintah pada masa lalu, dan SBY menyatakan Demokrat akan menjadi penyeimbang, seharusnya pada awal DPR bahas UU pilkada ini, sudah menunjukan sikap pro aktif menggandeng koalisi Indonesia Hebat, dan pasti menang, karena jumlah suara yang memungkinkan. Namun dengan walk out, menjadi pertanyaan kembali akan ketulusan SBY ? atau SBY berhasil bermain licik dalam hal ini. Kedua kalinya dengan alasan tidak bisa menemui bu Mega, SBY bermain cantik nan licik kedua, karena sudah menggandeng kembali dengan KMP karena transaksionalnya berhasil memperoleh buah jabatan di DPR.

Ujung-ujungnya, SBY memperoleh kursi terhormat di DPR dan bakal di MPR yang didukung oleh KMP,  Apa yang di klaim oleh SBY sebagai penyeimbang, sebenarnya hanya untuk memposisikan diri atau kelompok dalam keadaan aman. Bukan penyeimbang yang berlandaskan kepentingan rakyat, namun kepentingan rakyat dijadikan alasan untuk melindungi diri.  SBY hebat, memiliki kemampuan apik dalam bermain sayangnya tidak didukung ketulusan hati membela rakyat. Oleh sebab itu jika tujuannya tidak tercapai, maka nampak sekali mudah tersinggung dan galau hati.

KMP bersama Demokrat, sudah menggores dan melukai hari rakyat yang ingin ada perubahan yang lebih baik, namun mereka tidak memberikan jaminan itu, sebaliknya orang yang diharapkan rakyat Jokowi – JK yang dianggap bisa, diganjal dan dimusuhi. Jokowi – JK belum dilantik, sudah menggelorakan kemarahan yang berlebih-lebihan, mengapa tidak sabar menanti hasil dari pemerintahan resmi Jokowi- JK, apakah mereka itu pro atau anti kepentingan rakyat ? tidak akan terlambat untuk berbuat mengkritisinya. Kenapa harus penuh kebencian dan menolak ? dimanakah kenegarawan dan kebangsaan seorang SBY  bersama Demokrat  dan KMP yang berkuasa mutlak di DPR ?  Bukankah sesungguhnya adalah partner antar pemerintah dan DPR ! bukti dari status quo memang dikehendaki oleh Demokrat dan KMP. Gagasan Indonesia Baru terutama non transaksional dan penegakan hukum dan Ham akan mengancam mereka ( KMP dan Demokrat ) yang sudah dikenal banyak masalah. Hanya waktulah yang membuktikan itu semua.  Sedia payung sebelum hujan itulah yang menjadi semangat KMP dan Demokrat untuk bermain di DPR / MPR. Selain itu tidak ada lagi peluang yang terbuka. Bahkan jika mungkin KPK juga bakal menjadi sasaran berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun