Mohon tunggu...
Kmas ArdaniAmalsyah
Kmas ArdaniAmalsyah Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Lewat Tulisan

Putra asli daerah Dompu, dan berniat berbakti untuk Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sarabi Darawari Dompu: Kuliner Tanpa Minyak yang Menyimpan Semua Memori Ramadhan Masyarakat Dompu

3 April 2022   21:16 Diperbarui: 3 April 2022   21:34 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kmas Ardani Amalsyah - Dompu dan masyarakatnya begitu kuat mempertahankan eksistensi budayanya ditengah gempuran moderenisasi global seperti saat ini, salah satu yang tetap dipertahankan saat ini adalah kuliner dengan nama Sarabi Darawari. 

Panganan yang berbahan baku tepung beras ini adalah salah satu inovasi masyarakat dalam memanfaatkan potensi daerah sebagai lumbung padi pada masa lalu dan terjaga hingga hari ini, entah siapa dan kapan sarabi darawari ini mulai dibuat di Dompu, yang pasti panganan yang biasa dihidangkan dengan kuah santan mentah dan gula ini selalu jadi menu yang tersaji dimeja kala berbuka puasa dan bersanding dengan makanan modern yang sudah banyak hadir di Dompu dengan aneka rasa dan bentuk, sedang sarabi sendiri selalu tampil polos apa adanya seperti awalnya, noted: tidak pernah ada sarabi dengan varian lain misanya sarabi darawari keju atau coklat.

Sarabi darawari tenyata hanya dibuat dan dijual dibulan puasa, muncul bersama hilal 1 Ramadhan dan hilang bersama takbir idul fitri, hal ini yang membuat panganan ini bernilai rindu, tiap masyarakat disini punya cerita sendiri yang terekam bersama gigitan sarabinya. 

Bukan sekedar rasa yang membuat masyarakat ingin menyantapnya namun kerinduan mereka akan moment-moment terbaik dalam hidup mereka sebelumnya. 

Magenda, Kelurahan potu menjadi sentra produksi Sarabi Darawari ini tiap tahunnya, menjelang ramadhan tiap rumah berbenah menyiapkan dapur dadakan dan mengumpulkan kayu bakar sebanyak mungkin serta berburu beras dengan kualitas terbaik untuk dijadikan bahan baku pembuatan panganan ini, mereka mulai beraksi dari siang, mulai merendam beras, menumbuknya dengan alu, ada yang sudah menggunakan mesin giling, lalu disangrai, dan dijadiin adonan, malam setelah taraweh baru dibakar sampai subuh, lalu paginya mereka mengisi baskom mereka dengan sarabi, dengan menggunakan Rimpu (Pakaian Khas Dompu) mereka beranjak kepasar dan duduk disepanjang jalan pasar untuk menjajalkan Sarabi Darawari terbaik nya. 

Industri rumahan ini sangat membantu ekonomi masyarakat, dengan penghasilan mereka memproduksi hingga memasarkan sarabinya, mereka mampu mencukupi kebutuhan mereka selama ramadhan hingga lebaran, sarabi darawaripun tergolong panganan sehat dan alami, karena tidak menggunakan minyak atau penyedap rasa. Pewarna pun masih menggunakan daun pandan, ada pula yang cuma bnerwarna putih polos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun