Setelah lulus S2, saya masih mengalami mimpi mengikuti ujian. Mimpi ini pernah saya sharingkan dengan istri saya dan dia juga mengalaminya karena memang dia sedang mengikuti kuliah. Setelah saya renungkan, ujian apa yah yang belum saya lewati? Ternyata saya belum lulus Taman Kanak-kanak (TK), karena waktu dulu langsung ke SD tanpa melalui TK. Jadi saatnya masuk ke TK sekarang.
Kebetulan kami membuka TK (Happy Holy Kids – Graha Raya) jadi saya bisa lihat kurikulum apa yang dipelajari di TK. Ini yang dipelajari selama dua semester:
Semester I:
1.Diri sendiri (aku dan panca indra)
2.Lingkunganku (keluargaku, rumah dan sekolahku)
3.Kebutuhanku (makanan, minuman, pakaian, kesehatan, kebersihan dan keamanan)
4.Binatang (pengenalan, perilaku, sifat, jenis makanan dan kehidupannya)
5.Tanaman (cinta lingkungan, jenis tanaman, buah-buahan dan manfaatnya)
Semester II:
1.Rekreasi (kendaraan, pesisir dan pegunungan)
2.Pekerjaan/profesi
3.Air, udara dan api
4.Alat komunikasi
5.Tanah airku (negaraku, kehidupan di kota dan di desa)
6.Alam semesta (mataharil, bulan, bintang, bumi, langit dan gejala alam)
Bayangkan betapa banyak yang telah saya lewati dengan tidak mengikuti pendidikan di Taman kanak-kanak.
Sebenarnya apa yang menjadi inti dari pendidikan usia dini ini? Visinya adalah pembentukan karakter sejak dini. Amsal berkata, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Arti “didik menurut jalan yang patut” sama seperti seorang seniman membuat karyanya, masing-masing diberikan sentuhan khusus, tidak ada perlakuan yang sama terhadap hasil karyanya. Mereka dibentuk sesuai sifat dasar masing-masing, berkembang menurut jalannya sendiri.
Dalam pelajaran pertama di semester I, mengenal diri sendiri, Marcus Buckingham dan Dr. Donald O. Clifton dalam bukunya “Recognizing Your Strengths” menyatakan, ”Mungkin manfaat utama sekolah adalah membantu anak-anak mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan terbesar mereka.”
Dalam salah satu kegiatan di TK ada pelajaran profesi, semua anak boleh memilih profesinya masing-masing. Coba tebak berapa anak yang memilih menjadi karyawan? Tidak satupun, mereka memilih menjadi polisi, tentara, pilot dokter dan impian-impian besar lainnya. Mengapa mimpi ini bisa hilang di tengah perjalanan pendidikan mereka? Karena mereka tidak dikembangkan menurut kekuatan terbesar mereka. Kebanyakan sekolah cenderung mencetak muridnya untuk cukup menjadi karyawan saja, tanpa pernah berusaha mengembangkan kekuatan terbesar mereka.
Dalam beberapa kesempatan, murid-murid TK tampil di panggung, mereka belajar untuk mengekspresikan diri mereka. Semua anak boleh tampil, semua boleh mengekspresikan diri mereka. Bayangkan seberapa kaya-nya negeri ini jika semua orang mempraktekkan bakat tertinggi mereka. Seorang Prof. Yohanes Surya,Ph.D membawa pengaruh dalam pendidikan Fisika di Indonesia, bayangkan jika ada ribuan profesor yang memberikan kontribusi sesuai dengan bidangnya di negeri ini.
Jadi kesimpulannya apa yang bisa dipelajari di TK:
1.Belajar membentuk karakter
2.Belajar mengenal kekuatan-kekuatan terbesar masing-masing individu
3.Belajar bermimpi
4.Belajar berekspresi
Mari kita kembali ke masa Taman Kanak-kanak kita, kembali menggunakan kekuatan-kekuatan terbesar kita, bermimpi besar dan mengeskpresikan mimpi itu menjadi kenyataan.
Salam Hikmat, Bijaksana dalam Bertindak, Ong Budi Setiawan
www.klubamsal.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H