Mohon tunggu...
Ong Budi Setiawan
Ong Budi Setiawan Mohon Tunggu... -

Klub Amsal - Hikmat Kebijaksanaan dalam Bisnis dan Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budi Beda Nasib

3 Maret 2012   04:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:35 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini diperkenalkan driver baru di kantor kami. “Perkenalkan nama saya Budi,” katanya. “Wah nama kita sama yah.” “Iya, sama persis Pak, hanya beda nasib.” Ternyata namanya Budi Setiawan sama persis dengan nama saya, tapi apa maksudnya beda nasib? Setiap kehidupan di mulai dari kelahiran yang dialami sama oleh setiap orang. Pendidikan dimulai dari SD, SMP, SMA yang dijadikan program wajib belajar bagi setiap warganegara jadi idealnya sama untuk setiap orang juga. Jadi sebenarnya tidak ada yang terlalu berbeda dalam latar belakang setiap orang. Jadi apa yang membedakannya?

Dalam kitab Amsal berkata, ”Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.” Dengan kata lain perhitungan kita dalam hal ini pikiran kitalah yang menentukan siapa sebenarnya kita ini. Keadaan dalam kitalah yang menentukan akan menjadi apa kita, bukan pengaruh dari luar. Guru Besar menyatakannya seperti ini, ”Jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu dapat memindahkan gunung.” Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.

David J. Schwartz dalam bukunya “The Magic of Thinking Big” memberikan tiga pedoman  untuk meningkatkan kepercayaan kita:

1.Berpikir Sukses Gambaran diri manusia terbentuk sejak dari lahir sampai berumur 10 tahun yang bahkan kita tidak menyadari itu sudah terbentuk. Biasanya dinyatakan sebagai pikiran bawah sadar. Selalu gantikan pikiran negatif dengan pikiran positif. Pikiran gagal dengan pikiran sukses. Pikiran kecil dengan pikiran besar.

2.Selalu tanamkan dalam diri kita bahwa kita lebih baik daripada yang kita kira Dalam seminar kesehatan ahli gizi Yohanes Sunardi, dia menampilkan video yang memperlihatkan terciptanya manusia. 200 juta sperma (hampir sejumlah seluruh penduduk Indonesia) memperebutkan satu sel telur. Dan setiap manusia yang dilahirkan, sebenarnya adalah seorang pemenang. Dia telah bertarung dan menang melawan 200 juta calon manusia lain untuk dapat menjadi manusia, bayangkan betapa hebatnya kita ini. Kita adalah seorang pemenang, bahkan dikatakan lebih dari pemenang.

3.Percaya Besar Kalau besar kecilnya keberhasilan kita ditentukan oleh besar-kecilnya kepercayaan kita, kenapa tidak berpikir besar saja? Besarnya rekening bank, besarnya rekening kebahagian pribadi seseorang dan besarnya rekening kepuasan umum seseorang ditentukan oleh besarnya cara berpikir seseorang. Disraeli, seorang filsuf besar berkata, “Hidup terlalu singkat untuk berpikir kecil dan berbuat hal yang kecil-kecil.” Jadi selalu berpikir besar dan percaya besar,

Jadi kesimpulannya, “Apakah nasib berlaku di hidup ini?” Seperti kata pepatah, “Lahir miskin itu takdir, tapi mati miskin itu pilihan.” Pilihan yang salah jika mati tetap miskin. Berpikir besar, percaya besar.

Salam Hikmat, Bijaksana dalam Bertindak, Ong Budi Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun