Dalam sebuah perbincangan akrab dengan istri saya, dia berkata nanti kalau sudah tua nanti, kamu akan saya belikan gerobak. Untuk apa? Supaya dari rumah masa depan kita nanti yang rencananya dekat dengan lapangan golf, kamu bisa pakai gerobak itu untuk membawa peralatan tambal ban ke bengkel pinggir jalan. Ooops. Wah, kok masa tua saya malah harus dorong-dorong gerobak? Tapi pembicaraan ini membuka pikiran saya, mengenai mau melakukan apa saya setelah pensiun nanti. Saat sudah sepuh, kata istri saya. Jadi dengan seksama saya melihat ke dalam hati saya apa yang ingin saya lakukan pada masa tua saya nanti. Memang saya rencana untuk membuka bengkel kecil, tetapi itu untuk memperbaiki sepeda cucu saya saja. Sepertinya diperlukan rencana yang lebih matang untuk mempersiapkan diri untuk menyambut masa tua tersebut. Mari kita lihat beberapa contoh persiapan pensiun yang dilakukan.
Satu kisah nyata, Pak Nana (bukan nama sebenarnya) ditawarkan untuk menerima pensiun dini dari kantornya, dengan jumlah pensiun yang cukup besar, maka tawaran itu segera diterimanya. Dengan uang yang diterimanya, segera beliau merenovasi rumahnya, membeli kendaraan baru, TV layar lebar sepertinya mempersiapkan untuk menikmati hidup selama masa pensiunnya ini. Setelah semuanya terlaksana, apa kegiatan yang dilakukan sehari-hari? Pagi-pagi terlihat mengantar istrinya untuk bekerja dengan mengendarai sepeda motor, dan sore hari menjemput istri dari tempat kerja. Di hari kerja, mencoba membuka bengkel reparasi. Setelah beberapa bulan, semua kegiatan itu berhenti dan perubahan terjadi, Pak Nana yang merasa tidak berguna karena tidak dapat menghasilkan uang lagi, berubah menjadi seorang yang cemburuan, karena dia tidak lagi mengantar istrinya kerja, maka istrinya diantar tukang ojek. Sampai suatu hari Pak Nana terkena stroke..... Hmm sepertinya persiapan secara materi untuk menikmati hidup semasa pensiun, bukan seperti yang saya inginkan.
Kisah kedua, sukses bekerja dalam bidangnya, Pak Mumu (bukan nama sebenarnya) menanamkan modalnya kepada istrinya untuk mengembangkan usahanya. Dengan modal yang kuat dan kemampuan istrinya dalam mengelola usaha tersebut, maka usaha tersebut menjadi besar, dan memiliki banyak karyawan. Setelah Pak Mumu memasuki masa pensiun, maka sang istri menyerahkan kursi pimpinan ke suaminya.... Apakah berhasil.....? Tanpa pernah memiliki pengalaman memegang bisnis tersebut, maka terjadi pergolakan dalam bisnis ini dan sang istri terpaksa mengambil alih kembali kepemimpinan suaminya sedang sang suami hanya membantu administrasi kecil dalam bisnis ini... Persiapan membuat usaha tanpa keahlian dalam menjalankannya, bukanlah hal yang saya inginkan.
Salomo dalam kebijaksanaannya melakukan kesalahan yang fatal yang dilakukan juga oleh beberapa orang di negeri ini.... Menikah lagi di masa tua. Lee Iacocca dalam bukunya yang berjudul “Where Have All The Leaders Gone?” menyatakan bahwa dia melakukan kesalahan yang sama dalam mempersiapkan masa pensiunnya. Setelah gagal dengan pernikahan keduanya setelah istri pertama nya meninggal dunia, dia membagikan tentang apa saja yang seharusnya dilakukan dalam mempersiapkan masa pensiun. Inilah langkah-langkah yang perlu diambil untuk mempersiapkan masa pensiun:
Langkah Pertama: Milikilah Rencana
Seperti juga yang dikatakan oleh Peter Drucker—"The best way to predict your future is to create it." Cara terbaik untuk meramalkan masa depan Anda adalah dengan membuatnya sendiri. Jangan sekedar bermimpin akan masa depan, mari kita ciptakan sendiri masa depan kita.
Kita melakukan berbagai macam hal karena kita tidak mempunyai rencana. Perencanaan membuat kita hanya melakukan apa yang benar-benar penting bagi kita. Dan dahsyatnya lagi dari kitab suci berkata,”... mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.” Jika kita memiliki rencana, maka itu akan dapat dicapai.
Setelah mendengar ini saya membuat perencanaan untuk hidup saya:
40 – 47 tahun : berkarir setinggi mungkin sebagai karyawan, target menjadi country manager.
48- 55 tahun : memulai usaha membangun sarana pendidikan dari pendidikan dasar sampai universitas
56 – 63 tahun : membuka panti asuhan untuk anak-anak dan panti werdha untuk orang tua.
63-70 tahun :mentoring panti asuhan dan panti werdha
71-78 tahun : berkebun dan beternak di panti werdha
79 - 86 tahun : menikmati hidup di panti werdha
Ternyata kehidupan memiliki tiga tahapan. Tahap pertama belajar (0 – 40 tahun saya), kedua menghasilkan (40 – 55 tahun) dan ketiga mengembalikan (56 – 86 tahun). Masa pensiun merupakan waktu mengembalikan – memberi sesuatu kembali bagi masyarakat – hal ini bisa mentransformasi kehidupan kita. Dan ini membawa kita ke langkah selanjutnya.
Langkah Kedua: Kembalikanlah Sesuatu
Setelah kita menerima dari segalanya dalam kehidupan kita, maka langkah yang selayaknya kita ambil adalah mengembalikan sesuatu kepada dunia ini. Kalau diperhatikan dari rencana yang saya buat, maka pada usia pensiun (55 tahun) saya merencanakan untuk mengembalikannya dalam bentuk membangun panti asuhan dan panti werdha.
Lee Iacocca membagikan aturan-aturan dalam masa pensiun:
-Hitunglah berkah yang Anda terima
-Jangan mengasingkan diri dari kehidupan
-Temukan apa yang membuat Anda bahagia
-Kumpul-kumpullah dengan anak muda
-Jalani saja hidup Anda – sekarang
Langkah Terakhir: Gemakan Doa Anda
“Berdoalah untuk saya...” Ini yang pernah diucapkan Paus Yohanes Paulus II kepada Lee Iacocca. Kita perlu memiliki pemimpin spiritual yang mendoakan kita dan kita perlu juga berdoa untuk mereka. Memiliki kehidupan spiritual yang sehat memperpanjang umur hidup kita.
Dan akhirnya, seperti yang dikatakan oleh Oral Roberts, ”Setiap orang akan mati, dan mereka pergi ke suatu tempat. Jadi yakinlah rekening bank spiritualmu memiliki penerimaan kas lebih banyak dari utang.” Selama masih hidup di dunia, mari kita menabung di rekening bank spiritual kita. Selamat menempuh masa pensiun.
Salam Hikmat, Bijaksana dalam Bertindak,
Ong Budi Setiawan
www.KlubAmsal.com