Mohon tunggu...
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Mukhlisin Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi tips, pengalaman dan cerita kehidupan

Pengajar, Trainer, Penulis Modul, Fasilitator Pengembangan Pendidikan Toleransi dan Keragaman. Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru. Tulisan yang ada disini adalah pendapat pribadi. Mengutip harus seizin penulis. Email: m.mukhlisin@cahayaguru.or.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bagaimana Strategi Saya Bisa Bangkit dari Trauma?

8 Oktober 2019   16:29 Diperbarui: 14 Oktober 2019   10:22 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

26 September lalu, Maluku diguncang gempa 6.8 SR dan disusul dengan gempa-gempa yang lebih kecil. Kebetulan saya sedang bertugas di Ambon dan merasakan bagaimana gempa mengguncang gedung hotel yang saya tempati untuk pelatihan. 

Dalam artikel di Kompasiana, saya sudah menulis bagaimana detik-detik gempa di Ambon terjadi. Anda bisa lihat di tautan berikut: (LINK).

Acara pelatihan untuk guru yang seharusnya berjalan sampai sepekan, harus terpaksa kami batalkan di tengah jalan. Saya dan tim fasilitator segera mencari tiket kembali ke Jakarta. Saya yang belum pernah diguncang gempa sebesar itu, tentu sangat panik dan trauma. 

Hingga saya kembali ke Jakarta, saya masih dibayang-bayangi gempa. Beberapa kali, saya merasa tanah masih goyang. Bahkan dua hari lalu (Sabtu, 5 Oktober 2019), saat saya mau masuk gedung perpustakaan kemendikbud di lantai 2, saat naik tangga saya merasa ada gempa.

Teman saya, Rizal, meyakinkan "aman kok" dia menguatkan saya, karena teman saya ini tahu betul bahwa saya sedang trauma. Dia juga ikut perjalanan ke Ambon. 

Dia juga bilang selama di Ambon, muka saya pucat dan tegang. Saya juga berencana untuk pergi ke psikolog untuk konsultasi. Tapi, rencana itu saya urungkan. Saya lebih memilih untuk self trauma therapy.

Saya sesaat setelah mendarat di Bandara Soekarno Hatta: Dok. Rizal Lubis
Saya sesaat setelah mendarat di Bandara Soekarno Hatta: Dok. Rizal Lubis
Berikut ini strategi efektif yang saya lakukan untuk menghilangkan trauma gempa:

1. Menulis dan berbagi

Tulisan saya soal kejadian gempa yang saya terbitkan di kompasiana pekan lalu itu  adalah salah satu cara untuk terapi. Ketika saya menulis ingatan soal kejadian gempa itu masih sangat melekat. 

Tapi dengan menulis ada perasaan lega. Kurang dari sepekan, tulisan itu dibaca hampir 4000 kali oleh pembaca kompasiana.

Dari ribuan pembaca itu, 12 orang memberikan tanggapan inspiratif, bermanfaat, aktual, unik, dan menarik. Serta 6 komentar dari pembaca yang membuat saya semakin kuat dan semakin bersyukur. Terus terang, feed back dari pembaca juga sangat membantu saya untuk bangkit.

Selain menulis, ngobrol dan berbagi cerita bersama teman juga membuat saya semakin rileks. Saya menceritakan bagaimana saya lari dan gedung lantai dua hotel yang retak kepada teman yang benar-benar mau mendengarkan. 

Saya tidak butuh nasehat. Saya hanya butuh untuk didengarkan. Beruntung saya punya teman yang seperti itu.

2. Membaca buku

Saya menikmati sekali proses membaca buku. Di saat naik kendaraan umum dan di rumah, membaca membuat saya tenang. Buku-buku yang saya baca adalah buku-buku kesukaan saya soal personal development, mengembangkan kreativitas, parenting dan pendidikan.

Satu buku yang sangat membantu saya menghilangkan trauma adalah buku karya Howard Gardner. 

Buku berjudul Changing Minds; The Art and Science of Changing Our Own and Other People's Minds ini memberikan strategi bagaimana mengubah pikiran negatif ke pikiran positif. Buku ini sangat bermanfaat.

3. Minum kopi atau teh

Kata teman saya, minum kopi tidak bagus untuk terapi, karena akan meningkatkan denyut jantung. Tapi, saya tipe penikmat kopi yang fundamental. Jika tidak minum kopi, maka kreatifitas saya bisa berhenti. (terlalu berlebihan he)

Minum kopi atau teh bisa jadi pilihan. Yang penting adalah bagaimana anda meminumnya. Saya minum kopi atau minum teh secara perlahan dan tidak tergesa-gesa. 

Minumlah dengan penuh kesadaran. Rasakan bagaimana teh atau kopi pahit masuk ke mulut dan mengalir ke rongga tenggorokan. Duduklah rileks sambil menikmati udara segar. Jangan biarkan pikiran melayang kemana-mana. Cukup perhatikan saja apa yang terjadi di sekitar anda. Nikmatilah.

4. Hening

Disaat dunia sedang riuh, ramai, dan berisik, cobalah cari momen hening. Misalnya sesaat sebelum tidur. Hening dan rileks. Tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup duduk tenang sambil menikmati nafas yang keluar masuk.

Usahakan pikiran tetap tenang, fokus pada nafas dan perasaan-perasaan indrawi. Misalnya suara-suara yang anda dengar, udara malam yang dingin, dan nafas yang lembut.

5. Berlatih sadar penuh

Sadar penuh adalah kondisi di mana kita menyadari keadaan saat ini. Jika anda makan, fokuslah pada makan. Makan dengan perlahan, dan menikmati setiap makanan yang masuk ke mulut. Kunyahlah dengan tenang. Begitu juga saat kerja. Pikirkanlah fokus pada kerjaan. Kerjakan tugas anda dengan penuh perhatian.

Dan nikmatilah saat berkumpul bersama keluarga. Berkumpul dan berkomunikasi dengan anggota keluarga penuh kesadaran. Ketika saya melakukan ini, sedikit-demi sedikit ingatan-ingatan soal gempa mulai memudar. 

Meskipun saya masih merasa ada goncangan tiba-tiba, hal pertama yang ucapkan dalam batin adalah "sadar". Dengan begitu maka saya kembali fokus ke hal yang saya kerjakan.

Strategi self trauma ini terbukti berhasil menghilangkan trauma yang saya alami. Semoga pengalaman pribadi saya ini bisa memberikan manfaat buat anda.

Anda dapat melihat tulisan saya seputar tips, perjalanan, dan refleksi melalui akun berikut: Facebook | Medium | Instagram | Twitter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun