1. Jangan sombong, kita hanya butiran debu di tengah jagad raya
Selama ini manusia menganggap dirinya sebagai penguasa di bumi. Makhluk lain di muka bumi dianggap sebagai pelengkap saja, bahkan dianggap sebagai pelayan dan bahan konsumsi manusia belaka.
Hewan-hewan setiap hari kita makan. Hutan-hutan di berbagai penjuru dunia semakin menipis. Apakah seperti ini makna manusia sebagai khalifah di bumi? Sampai sekarang, belum ada penemuan sebuah planet yang bisa kita tempati, kecuali bumi.
Kita hanya satu bumi, tapi setiap hari kita terus merusaknya. Jika kita menjaga bumi dengan baik, maka bumi juga akan menjaga umat manusia dengan baik.Â
2. Sebagai manusia kita harus lebih bertanggung jawab
Saat terjadi gempa Maluku itu, masyarakat semakin panik ketika seseorang berteriak air laut sudah naik. Warga semakin panik dan berbondong-bondong mengungsi ke perbukitan.
Saya sendiri melihat anak-anak, ibu, dan lansia menangis karena ketakutan. Hoax berbahaya. Tapi akan lebih berbahaya jika dalam situasi seperti ini.Â
Seminggu sebelum gempa melanda Maluku, di Ambon sudah beredar berita ribuan ikan laut mati tiba-tiba. Kabar burung itu ramai di sosial media. Kabar ini memperparah kepanikan warga. Beberapa saat setelah gempa, polisi menangkap seseorang yang menjadi sumber berita bohong tersebut.Â
3. Berbuat baiklah mulai dari sekarang
Saya merasa sangat beruntung bisa selamat dari Gempa Kamis lalu. Artinya saya masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk berbuat baik.
Kesempatan ini tentu tidak akan saya sia-siakan. Rencana-rencana untuk berbuat baik harus saya segerakan. Sebagai manusia biasa, saya tidak tahu kapan ajal menjemput. Begitu juga anda.Â
Tidak ada salahnya untuk berbuat baik segera mungkin.Â
4. Jangan gegabah, ikuti instruksi petugas
Gempa terjadi saat saya berada di lantai dua, dan semua orang turun menuju tangga darurat. Tangga darurat hanya bisa dilewati oleh dua orang. Sementara dalam kondisi seperti ini tentu banyak orang yang berjejalan.
Saya sempat terpikir, "jika hotel roboh, maka saya akan tertimpa puing-puing bangunan yang berlantai tujjuh ini, habislah saya", saya terpikir untuk lompat saja dari lantai dua. "Paling kaki saya patah, tapi saya bisa selamat" sungguh begitulah pikiran saya ketika sedang panik.Â