Penelitian demi penelitian mensugestikan bahwa kayu manis itu bisa membantu mencegah dan mengatur diabetes.
Kayu manis itu diambil dari kulit bagian dalam dari pohon Cinnamomum, dan punya sejarah yang panjang sebagai tanaman kuliner dan medis.
Dalam pengobatan tradisional, kayu manis antara lain digunakan untuk mengatasi demam, hidung tersumbat, dan diare.
Dan saat ini, ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa ternyata antioxidant yang terkandung di dalam kayu manis mungkin bisa membantu mengurangi resiko dari berbagai penyakit kronis, terutama diabetes.
"Kayu manis bukan cuma mengaktifkan enzym-enzym penting di dalam tubuh sehingga memicu receptor di dalam cell-cell agar merespon dengan lebih efisien terhadap insulin, tapi juga menghambat enzym-enzym yang bertugas untuk menonaktifkannya... yang menyebabkan insulin resistence," tulis David W Tanton dalam buku "Antidepressants, Antipsychotics, And Stimulants -- Dangerous Drugs on Trial."
"Kulit kayu manis itu sebenarnya mengandung kalsium, chromium, copper, iodine, iron, manganese, phosphorus, potassium, zinc, dan vitamin A, Bi, B2, dan C, yang banyak diantaranya, penting untuk pencegahan atau perawatan diabetes."
Sebuah review terhadap enam penelitian yang dilakukan pada manusia menyimpulkan bahwa kayu manis itu efektif dalam mengurangi level glucose dalam darah, baik sebelum maupun sesudah makan, dan itu mungkin bisa membantu mengurangi komplikasi dari diabetes.
Salah satu penelitian, contohnya, menemukan bahwa supplement kayu manis bisa menurunkan level glucose dan meningkatkan aktivitas antioxidant.
Penelitian lain menemukan bahwa supplement kayu manis bisa memperbaiki glucose dan respon insulin.
Dalam penelitian lain, supplementasi kayu manis bukan cuma bisa menurunkan level glucose, tapi juga persentase lemak tubuh secara keseluruhan.
Kemampuan kayu manis bahkan telah mengalahkan obat-obatan farmasi. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di "Journal of Diabetic Medicine," para peserta yang diberikan supplement kayu manis mengalami peningkatan yang lebih besar dalam level gula darahnya dibanding peserta yang diberikan obat standard untuk diabetes.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H