Mohon tunggu...
agil siludin
agil siludin Mohon Tunggu... Pelaut - swasta

untuk bercerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Ruang dan Waktu

9 Mei 2023   13:49 Diperbarui: 9 Mei 2023   18:58 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"ibnu..! Hiro...! kalian tidak apa apa? apa yang sedang terjadi...?" tanyAku sambil jalan sempoyongan, Aku terkejut dan shock melihat Hiro telah menjadi kerangka, tubuhnya tertindih baja pesawat ulang alik yang penyok.
"Hiro...!! ti.. tidak mungkin, astaga.. apakah kami gagal? tunggu dulu, ibnu.. ibnu..!" teriAku berjalan menuju mesin tidur milik ibnu. 

kemudian Aku melihat mesinya, kacanya masih utuh, masih terlihat es dan uap bersuhu minus 150 derajat. samar samar Aku melihat wajahnya dibalik kaca setebal ilma centimeter. Aku mulai mengambil besi bekas patahan kursi baja dan memukulkanya untuk memecahkan tabung mesin ibnu, berkali kali Aku mencoba hingga akhirnya pecah, keluar asap dingin.

Terus kucoba untuk mengeluarkan ibnu. suhunya benar benar sangat dingin, kAku seperti balok es, mungkin itu yang terjadi ketika Aku tak bisa bergerak tadi. Aku membuat peralatan sederhana dari mesin kapal yang tersisa dan anehnya sudah berkarat, Aku berasumsi bahwa kapal berkarat karena beroksidasi dengan permukaan Mars yang berkarat juga. Aku merangkai alat itu menjadi sebuah alat pengejut jantung dengan tegangan lIstrik kecil, mencoba untuk menghidupkan ibnu yang tertidur selama kurasa setahun.

"ibnu bangunlah..! ibnu..!" Aku terus meneriakinya berharap ia terbangun.
Ia pun tersadar, namun tubuhya masih tak bisa bergerak. Aku menemaninya berjam jam menunggunya bangkit. ia membuka mulutnya dan mulai bicara padaku, ia sangat kebingunan sama seperti Aku.
"Dr. oky.. di.. dimana kita?" ucapnya disertai tubuh yang menggigil. "Apakah sudah sampai?"
"ibnu, pendaratan kita gagal. kita mengalami kecelakaan, dan..."
"dan apa..?"
"Dr. Hiro, meninggal."

Akhirnya kita berdua bisa mulai mencari tahu apa yang terjadi. kapal kami rusak parah, semua sistem hancur, komputer mati dan ada beberapa hal yang aneh. kenapa semua besi disini sudah berkarat? ibnu dan Aku terheran heran melihat Hiro tinggal kerangka yang lazimnya sudah mati bertahun tahun.

"ini aneh oky... bagaimana mungkin Dr. Hiro sudah menjadi kerangka, jika kita mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu, seharusnya tubuhnya masih utuh, belum menjadi kerangka seperti ini.." ujar ibnu heran melihat tubuh Hiro menjadi kerangka.

"kau benar, ini biasa terjadi pada orang yang meninggal bertahun tahun."

Kami belum bisa berpikir jernih setelah tertidur selama setahun. kami mengenakan helm yang masih berfungsi dan pakaian yang sedikit koyak, kami mulai mempertimbangkan untuk keluar karena radiasi matahari yang tak tersaring atmosphere Mars bisa saja membunuh kami berdua, tapi jika kami tetap di dalam kapal, kami akan membusuk tanpa berusaha apapun.

oky..?"
"Ayo..". Kami pun memberanikan diri untuk keluar, berusaha mencari tahu sesuatu, kami mulai berpikir jika kami akan mati disini karena tak ada makanan dan kapal telah hancur, kami tak bisa kembali ke bumi. Aku dan ibnu sangat rindu keluarga kami. sebelum keluar kami mencoba mencari mesin semacam black box yang merekam kejadian dan masalah sistem di dalam pesawat. 

kami melihat komputer macet dan berhenti fungsi saat pendaratan, itu yang menyebabkan kami tak dibangunkan dan pesawat tidak mengeluarkan mode pendaratan yang menimbulkan benturan keras yang menghancurkan pesawat kami. dan anehnya black box itu langsung penuh dan mati, padahal itu bisa merekam data selama sepuluh tahun. kapal kami terkubur pasir dan batuan merah Mars, kami berusaha keluar dengan susah payah.

Walaupun terlihat seperti gurun tandus dan panas, namun suhu disini seperti di kutub karena jauh dari matahari dan ditambah atmosphere Mars yang tak mampu membuat efek rumah kaca. kami berjalan menyusuri Mars, Aku membantu ibnu meneliti tanah dan tanda tanda kehidupan, berkilo kilo kami berjalan sangat pelan karena gravitasi yang sangat kecil disini. dan kami terkejut melihat sebuah rumput kecil tumbuh dari pecahan batu, kami tercengang, dan ternyata di Mars ada kehidupan walau berupa tumbuhan. Namun kejutan terbesar bukan disitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun