Mohon tunggu...
Ramadhan
Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - de omnibus dubitandum

sekelumitpandang.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Bladerunner: Tentang AI dan Emosi

18 November 2019   19:11 Diperbarui: 18 November 2019   20:27 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
redsharknews.com ›

Pertanyaan itu, akan bagaimana caranya manusia hidup dan merasakan. Gerak fundamen apa yang ada di dalam tubuh manusia sehingga menjadikan mereka manusia. Apabila memang sekumpulan mekanik kimiawi yang ada bukankah pembuatan manusia baru oleh manusia itu sendiri sangat dimungkinkan. 

Apa saja yang bisa dilaksanakan manusia untuk membuat dirinya lagi. Mungkin itulah yang melandasi produser film Bladerunner membuat filmnya. Film mengenai masa futuris manusia yang memperlihatkan dimana manusia telah mampu membuat benda artifisial yang menyerupai manusia sehingga dapat diperkerjakan di tempat yang tidak bisa dijangkau manusia.

Replicant namanya, sebuah artificial human yang dibuat secara fisik dan lain sebagainya mampu melebihi manusia. Hanya satu yaitu tidak diberikan kekuatan emosi dan kesadaran, karena tujuan pembuatan memang sedari awal demi membuat mesin. 

Masalah kemudian timbul. Replican ini kadang kala menjadi rusak dan bahkan tidak mentaati aturan yang dibuatkan untuknya maka dibuatlah juga sebuah satuan kepolisian yang mana ditugaskan untuk memburu para replicant rusak ini yang disebut sebagai Bladerunner.

Henry ford adalah seorang Bladerunner dan menjadi karakter utama di film ini. Dia memiliki kemampuan mendeteksi replicant dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berdampak ke emosional. 

Hal inilah yang ditonjolkan dalam film ini. Bahwa Replican tidak terlalu menguasai dalam masalah emosi sehingga pertanyaan yang dibuat adalah pertanyaan yang mampu membuat mereka gelisah dan pupil mata mereka bergerak cepat yang kemudian menandakan mereka adalah seorang Replicant.

Hingga kemudian perusahaan yang bernama Tyrell Corporation yang mana adalah pemrpoduksi massal Replican-Replicant ini memutuskan dan menganggap bahwa Replicant yang diberikan emosi ternyata dapat lebih mudah dikendalikan. 

Maka muncullah Nexus 6 generasi paling unggul dalam Replicnat yang dipekerjakan di batas-batas tata surya, karena umat manusia telah menjalankan misi kolonialisasi di planet-planet dan luar angkasa. Sayangnya ternyata ada beberapa Nexus 6 yang lepas kenadli dan menimbulkan masalah sangat pelik karena mereka berhasil mencapai ke Bumi.

Henry Ford adalah yang ditugaskan untuk memburu Replicant-Replicant ini. Dia menemui Tyrell sang pemimpin korporasi sendiri, dimana dia bertemu dengan Rachael yang adalah juga seorang Replicant tetapi tidak mengetahui bahwa dirinya adalah Replicant. 

Setelah dilaksanakan tes yang Henry Ford lakukan, yang baisanya untuk mengetahui apakah Replicant atau bukan dia hanya perlu beberapa puluh pertanyaan saja kali ini dengan Rachael dia membutuhkan ratusan pertanyaan. Oleh Tyrell dikatakan bahwa Rachael diberikannya selain emosi dan belajar juga sebuah hal lain yang nyatanya penting yaitu memori.

Memori tersebut lah yang kemudian membuat emosi Rachael makins eperti manusia dan bahkan jatuh cinta kepada Henry Ford. Dan ketika dia berhasil menemui para Nexus 6 lain yang terlepas karena megnetahui mereka akan bisa mati, karena amsa hidup Nexus 6 hanyalah 6 tahun. Muncullah emosi baru mereka yaitu takut akan kematian. Perjalanan mereka sampai ke bumi adalah demi untuk menemui pencipta mereka dan meminta hidup yang lebih laam dan tentu saja tidak bisa dilakukan oleh Tyrell dan Tyrell dibunuh oleh mereka.

Setelah itu Henry Ford membunuh satu persatu dari mereka, sebelum hingga saat dia bertemu dengan pemimpin komplotan Nexus 6 yang lepas. Mengejutkannya pertarungan yang dimenangkan oleh Roy(pemimpin nexus 6) yang kemudian malah menyelamatkan Henry Ford dan mengatakan pesannnya yang juga dikatakan oleh Rachael apakah dia pernah mencoba tes-tes yang ia lakukan ia coba kepada dirinya sendiri.

Roy mengatakan bahwa dia pernah melihat hal yang tidka akan pernah dipercaya olehnya, menyerang kapal angkasa disaat terbakarnya dan melihat sinar laser dikeremangan malam. Dan hal itulah yang menjadi memorinya bersama kawan-kawan pemberontaknya di masa hidup mereka yang pendek. Tetapi kemudian hal itu akan hilang bersama waktu dan kematian dirinya bersama teman-temannya.

Sebuah kisah yang sesungguhnya merupakan salah pertanyaan filosofis jua. Yaitu apabila kita mampu membuat manusia artifisial apakah hal tersebut hanya menjadi mesin zombie yang dapat menjalankan makan, minum, bekerja layaknya manusia tetapi nyatanya tidak memiliki kaidah emosi dan lain sebagainya. 

Atau apakah apabila hal tersebut diberikan emosi serta hal lain yaitu memori sama seperti memori Rachael dengan Henry Ford atau memori Roy dengan Nexus 6 lainnya. Lantas apakah dengan begitu manusia telah berhasil membentuk manusia lainnya yang kemudian aptut menjadi bagian manusia juga. 

Maka apabila manusia juga telah berhasil membaut manusia berarti keberadaan kita sendiri pun secara tidak langsung bukanlah sebuah keistimewaan yang luar biasa akan tetapi yang menjadi menakjubkan adalah memori yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun