Pemilik ketiak saja menghargainya dgn sebutan TKD. Itu kata netizen. Maaf, pemilik ketiak ini maksudnya Bupati/Wakil dalam kebersamaannya dengan beberapa wartawan muda.Â
Bupati/Wakil ini adalah orang terhormat, karena dia sebut kata terhormat, TKD. Sedangkan penulis berita tidak sesuai narasumber yang terhormat itu, ia malah menulis TEKO, oleh karena itu ia pas disebut orang tidak terhormat, turunan pengomsumsi TEKO dari kampung.
RITI TEONG TEKO
Ada sastrawan asli Manggarai Barat, yg kini dosen di Bima,namanya Bapak Usmand Ganggang, pernah menulis cerpen atau puisi ya, saya lupa-lupa ingat, antara lain, " riti teong TEKO". Itu nama satu jalan kaki mendaki dari kampung Rempong menuju Rekas.
Dulu murid esde dari Rempong berangkat pagi pergi sekolah di Rekas, Bawa bekal, antara lain TEKO. Karena jalan mendaki dengan hati-hati, tangan pegang nyantol di pohon-pohon, maka bekal TEKO diikat di pinggang, dan TEKO itu nyaman di lengas riti ( diantara paha pantat).
Menurut Pak UG, tempat tersebut dulu terkenal dgn nama "TUKE RITI TEONG TEKO" (tebing pendakuan pantat tegantong umbi teko). Hingga sekarang. Ingat, TEKO itu tempatnya di lengas riti, di belakang. (lengas = celah. Riti = pantat). Jangan salah sebut, huruf K diganti L, karena yang L itu posisinya di lengas depan.
Menurut Pa Usmand, kalau dalam pendakian itu TEKO terjatuh, maka yang disalahkan adalah yang huruf L di depannya, krn temannya maki te*o gau, gecokdempo!!!
Begitulah. Mari biasakan menggunakan kata terhormat di Mabar. Jauhkan kata yang menyinggung perasaan sesama kita dari desa. Mari gunakan kata TKD, bukan TEKO.
*** Ngopi sambil makan TEKO di Labuan Bajo, juga sambil membaca status efbe netizen atas reaksi rencana Bupati untuk merumahkan sebagian besar TKD Manggarai Barat
Penulis : Jon Kadis, SH (Sekjend KLC Labuan Bajo)