Britpop, telah meninggalkan jejak mendalam di hati para penggemar musik Indonesia. Sejak kemunculannya pada awal 1990-an, Blur berhasil menarik perhatian penikmat musik di tanah air dengan lagu-lagu yang khas dan unik. Namun, perjalanan mereka dimulai jauh sebelum itu.
Blur, sebagai salah satu perintis genreBlur awalnya terbentuk pada tahun 1988 dengan nama Seymour. Band ini dibentuk oleh empat anggota di London: Damon Albarn sebagai vokalis utama sekaligus pemain keyboard dan gitar, Graham Coxon sebagai gitaris utama, backing vokalis, dan pemain saksofon, Alex James sebagai bassis dan backing vokalis, serta Dave Rowntree sebagai drummer, pemain perkusi, dan backing vokalis. Nama Seymour sendiri terinspirasi dari cerita pendek karya J.D. Salinger, tetapi nama itu dianggap kurang cocok oleh label mereka, Food Records.
Pada bulan November 1989, Food Records memberikan daftar nama alternatif untuk dipilih oleh band tersebut. Dari berbagai pilihan yang diberikan, mereka memilih nama Blur, yang akhirnya menjadi identitas resmi mereka di dunia musik. Perubahan nama ini menjadi titik awal perjalanan Blur sebagai salah satu ikon besar Britpop, sebuah genre yang mendefinisikan era 1990-an.
Dari panggung kecil di Inggris hingga menjadi ikon global, Blur terus membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekadar band Britpop biasa, tetapi simbol revolusi musik yang masih relevan hingga kini, termasuk di Indonesia.
Era Britpop dan Pengaruhnya di Indonesia
Pada pertengahan 1990-an, gelombang Britpop yang dipelopori oleh band-band seperti Blur, Oasis, dan Pulp mulai merambah Indonesia. Lagu-lagu Blur seperti "Song 2" dan "Girls & Boys" menjadi hits di kalangan remaja dan mahasiswa, menciptakan komunitas penggemar yang solid. Gaya musik yang segar dan lirik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari membuat Britpop mudah diterima oleh pendengar Indonesia. Namun, sejarah Britpop sendiri memiliki akar yang lebih panjang, dan Blur memainkan peran penting dalam kemunculannya.
Blur merilis single "Popscene" pada tahun 1992, yang digadang-gadang sebagai lagu pertama Britpop. Single ini dianggap menandai pergeseran besar dari gaya shoegaze dan grunge yang saat itu mendominasi lanskap musik Inggris. Dengan riff gitar yang energik, tempo cepat, dan lirik yang kritis, "Popscene" memperkenalkan identitas baru musik Inggris, yang kemudian dikenal sebagai Britpop. Lagu ini menjadi landasan penting bagi perkembangan genre yang mengusung kebanggaan budaya Inggris dan sering kali berfokus pada kehidupan sehari-hari masyarakat urban.
Selain Blur, Britpop juga dipelopori oleh band-band lain seperti Suede, yang disebut-sebut sebagai band pertama yang memicu kebangkitan Britpop melalui album debut mereka yang ikonis. Pulp, dengan gaya lirik naratif khas dan eksplorasi tema sosial, serta The Verve, yang membawa sentuhan psikadelik, turut membentuk wajah Britpop. Kehadiran berbagai band ini menciptakan era yang penuh warna bagi musik Inggris, yang juga menyebar hingga ke Indonesia.
Di Indonesia, Britpop dengan cepat mendapatkan tempat di hati pendengar. Lagu-lagu Blur, yang menggabungkan gaya musik segar dengan lirik yang reflektif dan relatable, memberikan angin segar di tengah dominasi musik grunge dan pop internasional lainnya. Generasi muda saat itu, terutama remaja dan mahasiswa, menemukan identitas dalam lagu-lagu Britpop yang berbicara tentang pengalaman mereka sehari-hari. Dampaknya masih terasa hingga kini, di mana Britpop tetap menjadi bagian dari nostalgia dan inspirasi budaya musik lokal.
Konser Blur di Jakarta, 15 Mei 2013
Momen puncak bagi penggemar Blur di Indonesia terjadi pada 15 Mei 2013, ketika band ini tampil di Big Sound Festival di Lapangan D Senayan, Jakarta. Konser ini menjadi penantian panjang selama lebih dari dua dekade bagi para penggemar setia yang akhirnya bisa menyaksikan band idola mereka tampil langsung di tanah air.