Wadunggetas (24/07/2023) - Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro (Undip) telah meluncurkan program inovatif dalam upaya meningkatkan kesadaran lingkungan di Desa Wadunggetas. Kegiatan ini mengusung konsep optimalisasi bank sampah dan berhasil meraih perhatian serta partisipasi aktif dari masyarakat lokal.
Dalam upaya mewujudkan konsep pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan, tim KKN Undip, yang terdiri dari sekelompok mahasiswa berdedikasi, berkolaborasi dengan masyarakat Desa Wadunggetas. Proses kolaboratif ini mencapai puncaknya pada tanggal 24 Juli, dengan masyarakat desa yang antusias terlibat dalam setiap tahapan program ini.
Salah satu hasil nyata dari program ini adalah karya ecobrick dengan tulisan "I Love WG." Ecobrick ini dibuat dari botol-botol bekas yang diisi dengan sampah limbah plastik yang telah melewati proses pembersihan. Keindahan ekobrick tersebut terpancar dari filosofi yang diusungnya, yakni bahwa sampah memiliki potensi untuk diubah menjadi objek yang menarik dan bermanfaat. Penempatan ecobrick di lokasi tempat pembuangan sampah sebelumnya tidak hanya sebagai simbol, tetapi juga mengilhami masyarakat untuk melihat potensi positif dalam setiap bahan yang sering dianggap tak berguna.
"Inisiatif ini kami lakukan untuk mengajak masyarakat melihat sampah dengan sudut pandang yang berbeda. Sampah bisa menjadi bahan kreatif dan konstruktif jika dikelola dengan benar," kata ketua tim KKN Undip dalam sebuah wawancara.
Proses dimulai dengan mengumpulkan sampah limbah plastik yang tersebar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Wadunggetas. Tim KKN Undip lalu melakukan proses pembersihan pada sampah-sampah tersebut. Tak hanya itu, botol-botol air mineral yang sejenis juga dikumpulkan sebagai wadah untuk menyimpan sampah plastik yang telah dibersihkan. Sampah-sampah ini diolah menjadi bahan baku untuk membuat ecobrick.
Ketika semua botol telah diisi dengan sampah dan ecobrick telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah memasangkan botol-botol tersebut pada kerangka yang telah dirancang sebelumnya. Proses ini memerlukan ketelitian agar ecobrick terlihat rapi dan sesuai dengan desain yang diinginkan.
Setelah pengerjaan ecobrick selesai, dilakukan tahap finalisasi. Ecobrick dengan tulisan "I Love WG" dipasang dengan teliti pada TPA tempat sampah tersebut berasal. Langkah ini tidak hanya menjadi simbol filosofi bahwa sampah dapat diubah menjadi objek yang menarik, tetapi juga mengilhami masyarakat untuk menghargai lingkungan dengan cara yang lebih baik.
Respon dari masyarakat Desa Wadunggetas sangat menggembirakan. Bapak Tri, salah satu warga, berbagi pandangannya, "Saya merasa bangga bisa berkontribusi dalam kegiatan ini. Ecobrick yang kami hasilkan adalah bukti nyata bahwa kami peduli terhadap lingkungan dan ingin mewariskan nilai-nilai keberlanjutan kepada generasi mendatang."
Dengan partisipasi dan semangat yang tulus dari masyarakat, program optimalisasi bank sampah ini telah menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. Melalui upaya kolaboratif, kreativitas, dan perubahan paradigma terhadap sampah, Desa Wadunggetas telah mengambil langkah nyata dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengajarkan pentingnya mendaur ulang sampah secara inovatif.