Tradisi KIrab Luwur Mbah Depok di Desa kaliputu sukses digelar pada hari Kamis malam 18 Juli 2024. Kirab ini merupakan tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Setiap tanggal 15 Suro (Muharram) di Desa Kaliputu, diadakan acara tradisi buka luwur Mbah Depok Soponyono. Dalam kirab ini, iring-iringan rombongan barongan berjalan pelan dari Balai Desa Kaliputu. Diikuti oleh beberapa rombongan warga di belakangnya. Kirab ini bertujuan menuju pesarean Eyang Depok Soponyono sebagai rangkaian prosesi buka luwur di makam tersebut. Beberapa hal yang ditampilkan dalam kirab itu antara lain barongan, rombongan rebana, pembawa obor, pasukan pembawa bendera merah putih, dan kain penutup cungkup Pesarean Eyang Depok Soponyono.
Tim KKN Giat Unnes 9 pada tahun ini berkesempatan untuk menjadi bagian dari acara kirab Mbah Dempok yang ada di Desa Kaliputu. Tim KKN Unnes diberi tugas untuk membawa bendera merah putih dan bergabung dalam barisan kirab. Acara ini bertepatan dengan kegiatan KKN/Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa UNNES di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Hal tersebut menjadi momentum yang baik bagi mahasiswa Unnes untuk mengenal lebih jauh tradisi dan kebudayaan yang ada di Desa Kaliputu. Partisipasi dalam acara tradisional seperti ini tidak hanya memperkaya pengalaman para mahasiswa, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal. Kegiatan KKN di Desa Kaliputu ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar, baik bagi mahasiswa Unnes maupun masyarakat setempat, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya.
Acara Kirab Mbah Dampok dilaksanakan pada malam hari, dimulai pukul 07.30 malam habis sholat isya' hingga pukul setengah sepuluh malam. Kirab ini diikuti oleh 3 RW yang ada di desa kaliputu. Masing-masing RW menampilan kreasinya masing-masing dalam acara kirab ini.
Sejarah
Alkisah, pada suatu hari tersebutlah seorang lelaki tua bernama Mbah Depok Soponyono yang sedang menghadiri kondangan pernikahan. Di kondangan itu, terdapat hiburan barongan yang menarik perhatian banyak orang, termasuk cucu Mbah Depok yang antusias menonton pertunjukan tersebut. Tanpa disadari, cucu Mbah Depok hanyut di aliran sungai yang berada tak jauh dari lokasi kondangan.
Beruntung, warga yang ada di sekitar sungai segera menolong anak tersebut, meskipun Mbah Depok sendiri tidak menyadari kalau cucunya kalap akibat ulah makhluk halus berupa banaspati. Ketika Sunan Kudus dan Syekh Jangkung lewat dan melihat kerumunan warga yang panik, Sunan Kudus beranggapan bahwa anak tersebut sudah meninggal. Namun, Syekh Jangkung berpendapat lain dan menyatakan bahwa cucu Mbah Depok tersebut hanya mati suri.
Untuk menyadarkan anak tersebut, Syekh Jangkung meminta ibu sang anak membuat penganan jenang dari bubur gamping dan menyuapkannya kepada bocah tersebut. Ajaibnya, anak itu akhirnya kembali siuman setelah memakan jenang tersebut.
Atas kejadian tersebut, Sunan Kudus bersabda bahwa pada zaman nanti, Desa Kaliputu, tempat kejadian tersebut, akan dikenal dari makanan jenang tersebut. Sesuai kenyataan yang ada saat ini, Desa Kaliputu menjadi salah satu desa di Kudus yang dikenal sebagai sentra industri jenang. Keterampilan membuat jenang diwarisi secara turun temurun oleh warga, menciptakan ekosistem bisnis tersendiri yang menghidupi banyak keluarga di desa tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H