Sebagai salah satu desa yang terkenal akan perkebunan tebunya Desa Wonokerso merupakan desa mitra UM (Universitas Negeri Malang) sebagai tempat kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi sivitas akademikanya. Desa Wonokerso terletak di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang 804'42"S 11237'27"E. Wonokerso sendiri berbatasan dengan 4 desa yakni sebelah utara Desa Karangduren, aebelah selatan Desa Curungrejo, sebelah timur Desa Wandanpuro, dan sebelah barat Desa Sutojayan. Desa Wonokerso memiliki luas tanah sawah 163,74 Ha dan tanah perkebunan 4,00 Ha, sehingga dengan luasnya tanah yang ada kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat lebih dioptimalkan. Pemanfaatan lahan pertanian
adalah sebagai salah satu program yang akan dilaksanakan untuk optimalisasi kegiatan tersebut.
Kegiatan positif pemanfaatan lahan pertanian desa yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa n telah mendapat dukungan serta persetujuan baik dari pihak pemerintah desa setempat dan pihak lembaga. "Alasan pemilihan kegiatan tersebut adalah karena  adanya peluang yang baik untuk beredukasi mengenai ilmu pertanian yang dilakukan dengan uji coba" ujar Nindy pada Kompasiana, Jumat (21/05/2021).
"Dalam melakukan kegiatan tersebut apakah sudah terpikirkan sayuran apa yang akan diuji cobakan?" Tanya warga desa. "Rencananya untuk mengoptimalkan lahan pertanian desa akan dilakukan edukasi uji coba sayuran Pakcoy (Sawi Daging) dan Ipomea Reptans
Poir (Kangkung Darat). Pemilihan dua sayuran tersebut sebagai uji coba, karena setelah mengulik informasi dari kepala desa dan melihat lahan pertanian secara langsung diketahui Desa Wonokerso belum pernah menanam sawi daging dan kangkung darat, disamping itu kedua sayuran tersebut perawatannya tergolong mudah bagi mahasiswa yang masih asing dengan ilmu pertanian" jelas penanggung jawab program kegiatan
pengabdian kepada masyarakat pada Kompasiana, Jumat (21/05/2021).
"Setelah ada gambaran mengenai sayuran yang akan diuji coba, tentunya ada langkahlangkah ataupun tahap yang harus dicapai agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai harapan, lalu langkah apa yang dilakukan dalam proses pemanfaatan lahan tersebut?"
Tanya lanjut warga desa (dalam sebuah obrolan).
"Ada 5 langkah atau tahapan yang dilakukan, yang pertama kegiatan tersebut dimulai dari penyemprotan obat (pembasmian) tanaman liar, selanjutnya pengolahan lahan (pembajakan) dengan mesin traktor kecil dan cangkul, yang ketiga penabaran bibit sayuran, kemudian pindah tanam, kelima pemupukan, dan terakhir panen" kata Cici salah satu anggota kelompok pada Kompasiana (21/05/2021).
Seluruh rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam kurun waktu 45-60 hari. Kegiatan ini tentu tidak lepas dari adanya hambatan-hambatan atau kendala. Kendala ini berupa adanya genangan air yang cukup banyak pada 10 hari setelah pembasmian tanaman liar lahan. Akibatnya tanah yang akan diolah menjadi sangat sulit menyerap air. Kendala lainnya adalah tanah yang sulit menyerap air dan sulit
kering menyebabkan pada saat pembajakan tanah sering kali terjadi lengket pada roda rotary traktor. Dengan kondisi cuaca yang sering kali berubah-ubah pada bulan Maret - April dan kandungan tanah kurang dari 6,5 PH menyebabkan sawi daging pada penebaran bibit yang pertama gagal tumbuh.
Kegiatan tersebut sangatlah berdampak pada desa dan kelompok kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Diharapkan masih banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh para sivitas akademika untuk membantu masyarakat dengan atau tanpa ilmu yang dimiliki, karena apapun yang ditanam suatu hari tentunya akan dipetik kemudian hari sesuai dengan yang dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H