Mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang menciptakan solusi untuk memaksimalkan potensi dari lahan sayuran RW 01, Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri dengan menciptakan sistem Bank Sayur. Berawal dari ditemukannya potensi bagi perekonomian RW 01 dari Pekarangan Pangan Lestari atau yang biasa disebut dengan P2L.Â
Sayangnya terdapat kendala dari pengelolaan P2L tersebut yaitu masih belum berkelanjutan karena tidak adanya kegiatan ekonomi. Hal ini jelas selaras dengan ide penciptaan sistem Bank Sayur sebagai jalan keluar atas permasalahan tersebut.
Celine, penanggung jawab dari program kerja KKN mengungkapkan tercetusnya ide bank sayur ini berasal dari permasalahan yang dihadapi oleh warga RW 01 mengenai pengelolaan lahan sayuran. Selama ini hasil panen dari lahan tersebut hanya digunakan untuk kegiatan sosial seperti dibagikan kepada masyarakat sekitar.Â
Karena tidak ada pemasukan, warga hanya mengandalkan kas RT untuk melakukan penanaman sayuran kembali. Dari fenomena yang terjadi, terpikirlah ide untuk menciptakan bank sayur sehingga lahan yang tersedia dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
"Kami ingin menciptakan sistem pengelolaan bank sayur organik yang berkelanjutan serta mendorong masyarakat Kelurahan Mojoroto dalam mewujudkan kampung yang independen", kata mahasiswi tersebut.
Bank sayur adalah organisasi yang menampung, mengelola dan memasarkan hasil sayur dari P2L untuk kemudian dipasarkan kepada masyarakat, perumahan atau minimarket sekitar. Â
Pada tahap awal Bank Sayur hanya menerima hasil panen dari P2L yang kemudian dikemas dan dipasarkan. Sedangkan pada rencana pengembangan dikarenakan perkiraan keadaan Bank Sayur yang sudah mandiri dan independen secara ekonomi, maka Bank Sayur dapat membiayai fasilitas pembelian perlengkapan dan kebutuhan yang diperlukan untuk penanaman sayur.Â
Perlengkapan dan kebutuhan yang dimaksud adalah bibit sayur, polybag, dan juga pupuk organik yang nantinya akan diberikan kepada warga RW 01. Pemberian fasilitas tersebut bertujuan agar warga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan operasi Bank Sayur.Â
Hasil panen dari warga tersebut nantinya akan disetorkan pada Bank Sayur untuk kemudian dibeli oleh Bank Sayur. Selanjutnya hasil panen dari warga maupun P2L akan dikemas dan dipasarkan kepada masyarakat, perumahan atau minimarket sekitar.
Perbedaan sayur yang dijual oleh Bank Sayur RW 01 Mojoroto dengan sayur yang biasanya dijual di pasar  adalah kemasannya menggunakan teknologi food vacuum. Food vacuum ini berguna untuk mempertahankan kesegaran dari sayur yang dijual. Sehingga sayuran lebih tahan lama masa penyimpanannya.Â
Selain menggunakan food vacuum, Bank Sayur menggunakan pupuk organik untuk membudidayakan sayuran yang ada di P2L maupun yang dikelola oleh warga. Sayur organik mempunyai kelebihan karena lebih aman secara kimiawi, kaya akan gizi, dan menyehatkan tubuh.Â
Karenanya harga yang ditawarkan akan sedikit lebih mahal daripada sayuran yang dijual dipasaran. Namun hal ini sebanding dengan manfaat yang diberikan oleh sayuran organik Bank Sayur kepada para calon pembeli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H