Mohon tunggu...
KKNT UNESA NGANJUK 54
KKNT UNESA NGANJUK 54 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa KKN Tematik Unesa Tahun 2023 yang ditugaskan di Kampung Adat Desa Bajulan Kabupaten Nganjuk

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari

Mengenal Bajulan Sebagai Desa Petirtaan

20 Juni 2023   16:09 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:15 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Desa Bajulan menjadi zona penyangga yang menyumbang ketersediaan air di Kabupaten Nganjuk. Hal inilah yang membuat Desa Bajulan juga memiliki predikat sebagai Desa Petirtaan. Menurut data Tim Ekspedisi Mata Air mencatat, jumlah Mata Air di Desa Bajulan mencapai 16 titik sumber.  

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54

Sumber mata air Jolotundo merupakan salah satu sumber yang ada di Desa Bajulan, tepatnya terletak di Dusun Curik yang juga telah ditetapkan menjadi Kampung Adat sejak 22 Desember 2022. Sumber ini memasok kebutuhan air di Kampung Adat. Menurut keterangan warga setempat, sumber mata air Jolotundo sudah ada dan digunakan sejak zaman penjajahan kolonial Belanda.

Pada awal mulanya, air dari sumber didistribusikan menggunakan bambu. Namun pada masa sekarang ini, dari telaga air sumber sudah tersambung langsung dengan pipa yang terhubung ke tandon sebelum didistribukan ke rumah-rumah warga. Hal terserbut diprakarsai oleh Bapak Waejan selaku ketua RT. 7 RW. 1.

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54

Bagi warga Kampung Adat, sumber mata air Jolotundo merupakan lokasi yang sakral, maka dari itu harus selalu dijaga akan keasriannya. Dengan kata lain, tidak boleh membuat bangunan atau mengubah bentuk asli dari telaga sumber air tersebut. Sehinggha ada satu permasalahan yang timbul akibat hal tersebut, yaitu tidak dapat membangun suatu sistem filtrasi air untuk mencegah batang, dedaunan maupun ikan atau kecebong yang nantinya masuk dan bisa menyumbat pipa.

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54

Maka dari itu mahasiswa KKN-T UNESA kelompok Nganjuk 54 menyiasatinya dengan menambahkan jaring mengelilingi ujung pipa untuk mencegah benda benda yang tidak diinginkan tersebut masuk ke dalam pipa air.

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54

Keunikan dari sumber mata air ini adalah tetap mengalir walupun telah memasuki mangsa ketigo.

Mangsa Ketigo merupakan musim kemarau, ditandai dengan tidak adanya hujan yang turun sama sekali

Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54
Dok. KKN-T UNESA Nganjuk 54

Ketika memasuki mangsa ketigo, aliran air ke rumah-rumah warga akan dimatikan sementara pada malam hari. Kemudian air tersebut akan dialih fungsikan sebagai air irigasi sawah. Sehingga siklus kehidupan dapat tetap berjalan dan tidak ada yang merasa dirugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun