Mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kelompok 331 melakukan kerja sama dengan melibatkan masyarakat dan perangkat desa dalam program pompanisasi air pada lahan pertanian. Salah satu desa yang menjadi fokus perhatian kelompok 331 adalah desa Tanggulwelahan. Desa ini terletak di Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung yang memiliki potensi luar biasa dalam sektor pertanian. Sektor pertanian di desa Tanggulwelahan telah berhasil mencapai IP-300 di mana setiap satu tahun sekali dapat menghasilkan tiga kali panen padi. "Terdapat tiga kali pola tanam padi dalam setahun di desa Tanggulwelahan" ujar Bapak Saminan.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari adanya program BUMDes berupa pompanisasi air. Program ini dibutuhkan karena topografi persawahan di desa Tanggulwelahan lebih tinggi daripada sungai. Program pompanisasi air ini menjadi solusi tercepat dalam mengantisipasi adanya gagal panen di desa Tanggulwelahan.
Awal mula diberlakukannya pompanisasi air di desa Tanggulwelahan atas inisiasi dari Bapak Saminan. Pompanisasi air ini telah beroperasi sejak tahun 1987 yang dilatarbelakangi dari temuan Bapak Saminan mengenai mesin pompanisasi air di daerah Pati, Demak, dan Kudus. Awal pemasangan pompa air di desa Tanggulwelahan mengalami beberapa hambatan seperti rasa ketidakpercayaan para petani dan masih kurangnya armada pompa air. Namun, setelah melihat hasil panen yang meningkat para petani mulai menggunakan pompanisasi tersebut untuk mengairi sawah. Pompa air dipasang pada beberapa titik strategis di mana satu titik pompa dapat mengairi sawah sekitar 60 hektare. Pada beberapa titik strategis terdapat enam pompa bertenaga diesel dan satu pompa bertenaga listrik. Aliran pipa air akan berhenti dalam waktu tiga hari tiga malam ketika air telah rata dengan permukaan sawah.
Pompanisasi air ini menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar BBM dan tenaga listrik dari PLN. Cara kerja pompanisasi air bertenaga diesel bermula dari air sungai diambil menggunakan tenaga mesin diesel yang dinyalakan selama lima hari lima malam, kemudian air dialirkan ke sawah melalui pipa-pipa air. Hal tersebut juga berlaku pada sistem kerja pompanisasi listrik, hanya saja pompanisasi listrik dinyalakan setiap hari. Adapun latar belakang penggunaan pompanisasi listrik dikarenakan pekerja mengalami kesulitan dalam mencari solar sehingga beralih ke listrik. Menurut pernyataan masyarakat desa, pompanisasi bertenaga listrik lebih efisien daripada pompanisasi bertenaga diesel. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat desa lebih memilih menggunakan pompanisasi bertenaga diesel karena daya tahan mesin bertenaga listrik tidak bertahan lama. Pada segi pendanaan, pompanisasi bertenaga diesel dibayar oleh iuran kelompok tani pasca panen dan subsidi pemerintah sedangkan pompanisasi listrik dibiayai oleh desa Tanggulwelahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H