Pasuruan (15/12/2023), Sebelum dimulainya KKN Tematik di Desa Wisata Kertosari ini, tepatnya waktu kami survey lokasi, kami mendengar kabar bahwa Desa Wisata Kertosari (DWK) ini terkenal dengan sebutan Kampung Tin.
Dengan adanya kabar tersebut, kami berfikir bahwa Desa ini pasti memiliki kebun buah tin yang luas, asri, dan terawat. Tidak hanya itu, kami juga sudah ingin sekali berkunjung ke kebun tersebut.
Survey lokasi hanya sebentar, hanya beberapa jam saja tidak lama. Setalah itu, waktu kami mulai KKN dimulai, 5 hari setelah waktu kami survey lokasi dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN kami.
Di hari pertama KKN dimulai, kami bertemu dengan kepala desa terlebih dahulu di kantor kepala desa yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN kami, untuk menginformasikan bahwa ada Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang ingin melakukan kegiatan KKN di Desa Kertosari, kecamatan Purwosari, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur tersebut.
Setelah bertemu dan diterima oleh Kepala Desa, artinya kami dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan KKN di Desa Kertosari ini dengan baik. Tentunya projek kerja KKN kami akan bermanfaat untuk desa itu sendiri.
Salah satu projek kerja yang kami rencanakan adalah membudidayakan buah tin. Karena memang desa tersebut sudah terkenal dengan sebutan Kampung Tin, yang tentunya sudah pasti memiliki pohon ataupun buah tin dalam kapasitas banyak.
Setelah beberapa hari berikutnya, kami mulai bergerak untuk mencari informasi keberadaan kebun tin yang ada di desa Kertosari ini. Salah satu narasumber yang kita temui adalah kepala dusun (kasun) Kertosari.
Di dalam pembicaraan tersebut, kami mendapatkan banyak informasi mengenai desa Kertosari tersebut, dimulai dari keadaan desa, wilayah desa, wisata desa, bahkan keberadaan kebun buah tin pun kami jadi tahu.
Mendengar awal pembahasan mengenai keberadaan kebun buah tin tersebut, kami mulai tidak enak rasa. Benar saja, Ibu kasun tersebut mengatakan di desa Kertosari ini belum ada kebun buah tin/kebun pohon tin seperti yang kami pikirkan sebelumnya jauh dimulainya kegiatan KKN ini.
Tentunya setelah mendengar kabar tersebut, kami semua merasa tertantang untuk belajar dan memulai bagaimana cara membudidayakan pohon tin yang tentunya akan dibimbing oleh mereka yang ahli di bidang tersebut di desa setempat.
Awal kami mulai belajar budidaya pohon tin adalah stek dan cangkok untuk memperbanyak pohon tin yang nantinya akan ditanam di media tanam kecil seperti polibag, sebelum di realisasikan ke tanah langsung di kebun tin.
Untuk penumbuhan akar pada cangkok pohon tin adalah kurang lebih 2 Minggu lamanya, tentunya tergantung pada kerapian pada cangkokan plastik dengan serabut kelapa di pohon tin tersebut. Semakin rapat maka semakin baik.
Total ada 20 cangkok yang kami kerjakan, dan akan terus bertambah selagi masih ada waktu dan tempat yang cukup. Kegiatan cangkok-mencangkok ini lumayan lama prosesnya. Karena memang pohon tin cangkok membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk bisa muncul akarnya, setidaknya 1 bulan kurang untuk bisa dipindah ke polibag.
Memiliki sebutan Kampung Tin ternyata tidaklah mudah, karena memang tidak ada kebun pohon tin di desa ini. Hal yang menjadikan unik adalah setiap warga desa disini memiliki setidaknya 1 pohon tin di depan rumahnya, yang menjadikan pinggir jalan masuk desa ini dipenuhi oleh pohon tin di tiap sisinya.
Hal tersebutlah yang menjadikan Desa Wisata Kertosari ini memiliki sebutan Kampung Tin itu. Bahkan pernah ada wisata edukasi untuk belajar mengenai beragam flora di desa ini.
Walaupun dahulu juga pernah ada rencana untuk membangun kebun tin di desa ini. Namun karena beberapa masalah yang terjadi, seperti musim kemarau yang panjang pada saat itu menjadikan pohon-pohon tin tersebut banyak yang mati.
Dengan begitu, kuantitas pohon pun menjadi hampir habis dan juga bisa dibilang langka. Karena tidak semua warga desa lagi yang mempunyai tanaman pohon tersebut.
Hal inilah yang menjadikan kami ingin merealisasikan kembali kebun pohon tin di Desa Kertosari ini. Hari demi hari sudah lewat, waktu kami menanam pohon pun tiba.
Kami merencanakan untuk membangun green house untuk tempat pohon tin dibudidayakan agar rapi dan mudah merawatnya. Lokasi green house tersebut ada di dusun Kertosari (dekat dengan kebun tin yang dulu).
Setelah dapat lokasi tepat green house, kami mulai membangun pondasinya dahulu. Green house ini dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana, seperti bambu, paranet, dan tali rafia, kawat untuk mengikat.
Menghabiskan waktu sekitar 2 Minggu untuk membangun green house ini, dengan total 9 mahasiswa KKN dan dibantu oleh kepala dusun dan warga setempat yang sangat antusias mengajari dan mencontohkan bagaimana cara yang baik dan benar.
Itulah juga yang menjadikan kami menikmati proses dan senang dalam pembangunan green house ini, merasa bahwa warga memiliki antusias yang tinggi memiliki green house di dekat rumahnya, karena nantinya warga yang akan menggunakan green house ini setelah kami selesai KKN di desa ini.
Selain untuk pohon tin sebagai tanaman utamanya, nantinya green house tersebut juga dapat ditanami tanaman yang warga inginkan, seperti kebutuhan dapur misalnya.
Setelah hari demi hari, bekerja membangun pagi hingga sore hari. Green house akhirnya telah selesai dibangun dengan baik dan memuaskan. Menggunakan plastik sebagai atapnya dan paranet untuk dindingnya sebagai dinWarga sekitar sudah tahu dan paham kenapa bangunan tersebut bisa rusak dengan atap yang patah tersebut. Di hari besoknya kami mulai memperbaiki bangunan green house tersebut yang dibantu oleh warga sekitar agar bangunan tersebut memiliki tingkat daya tahan yang tinggi daripada sebelumnya.
Atap diganti dengan paranet, pondasi atap ditambah banyaknya, pondasi tengah dengan bambu juga ditambah, ikatan kawat dan tali rafia juga ditambah, bahkan sampai pondasi tiang tiap sudut juga sudah diperkuat.
Akhirnya setelah berhari-hari, berminggu-minggu lamanya. Green house sederhana buatan kami bersama warga desa setempat pun jadi, dengan banyak perubahan dari segi kekuatan, kelayakan, dan kegunaan.ding pelindung dari hama.
Setelah jadi dan sempat di hari besoknya ada hujan yang cukup tinggi hingga waktu kita mengeceknya di pagi hari nya, green house beratapkan plastik itu pun rusak dengan pondasi atapnya yang sampai patah terbelah menjadi dua.
Warga sekitar sudah tahu dan paham kenapa bangunan tersebut bisa rusak dengan atap yang patah tersebut. Di hari besoknya kami mulai memperbaiki bangunan green house tersebut yang dibantu oleh warga sekitar agar bangunan tersebut memiliki tingkat daya tahan yang tinggi daripada sebelumnya.
Atap diganti dengan paranet, pondasi atap ditambah banyaknya, pondasi tengah dengan bambu juga ditambah, ikatan kawat dan tali rafia juga ditambah, bahkan sampai pondasi tiang tiap sudut juga sudah diperkuat.
Akhirnya setelah berhari-hari, berminggu-minggu lamanya. Green house sederhana buatan kami bersama warga desa setempat pun jadi, dengan banyak perubahan dari segi kekuatan, kelayakan, dan kegunaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI