Adat yang dipegang oleh masyarakat Jawa untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Indonesia adalah dengan melaksanakan tirakatan. Tradisi disebut dengan malam tirakatan yang diadakan setiap tahun pada malam tanggal 16 Agustus yang dilaksanakan oleh masyarakat secara turun-temurun.
Di malam tanggal 16 Agustus, masyarakat akan berkumpul di tiap RT atau RW untuk mengadakan perayaan malam tirakatan menjelang 17 Agustus. Selama malam tirakatan, warga bersatu dalam berdoa untuk menghormati jasa-jasa pahlawan yang telah mengorbankan nyawa dalam usaha memperjuangkan dan memelihara kemerdekaan Indonesia.Â
Pada umumnya, acara malam tirakatan juga mencakup ucapan dari para tokoh terhormat atau sesepuh lokal, yang diikuti oleh kesempatan untuk menikmati hidangan bersama.
Tradisi tirakatan ini dilakukan oleh masyarakat Pasuruan dengan cara yang berbeda-beda. Masyarakat Kelurahan Pekuncen RT 04 RW 02 yang mayoritas adalah Islam melakukan tradisi ini dengan melaksanakan menyanyikan lagu Indonesia Raya, tradisi tumpengan dan sholawatan bersama-sama di halaman rumah warga setempat.Â
Sementara itu, di kawasan kelurahan Petamanan mengadakan malam tirakatan dengan membaca tahlil dan berdoa untuk para tokoh pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia Raya.
Secara substansial, faktor pemahaman agama memiliki peranan penting dalam memengaruhi pelaksanaan tradisi malam tirakatan, karena erat kaitannya dengan dinamika agama dan budaya.Â
Selain itu, tradisi ini dapat dipandang melalui tiga dimensi makna yang saling terkait: modernitas, agama, dan warisan budaya nenek moyang. Ketiga dimensi ini saling bersinergi dan saling berpengaruh dalam perhelatan tradisi malam tirakatan.
Perspektif modernitas menjadi relevan dalam konteks tradisi malam tirakatan karena tradisi ini diadakan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun kemerdekaan dan secara resmi diselenggarakan oleh pemerintahan.Â
Di sisi lain, konteks agama terlihat jelas dalam pelaksanaan tradisi ini, di mana keyakinan agama memengaruhi bagaimana tradisi malam tirakatan dijalankan. Pemahaman dan nilai-nilai keagamaan memainkan peranan sentral dalam upacara malam tirakatan.
Kerangka budaya nenek moyang juga merentang sebagai fondasi tradisi malam tirakatan. Tradisi ini telah tertanam dalam masyarakat Jawa sebagai suatu bagian dari identitas budaya. Perilaku tirakat digunakan oleh masyarakat Jawa sebagai alat untuk merenungkan diri dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.Â
Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat terikat erat dengan ketiga dimensi makna tersebut. Melalui tiga dimensi makna ini, jelas terlihat bahwa tradisi malam tirakatan memiliki makna yang beragam dan cocok dengan latar belakang sosial masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H