Mohon tunggu...
JELAJAH HERITAGE PEKUNCEN
JELAJAH HERITAGE PEKUNCEN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UNIWARA KKN-T Kelurahan Pekuncen Kota Pasuruan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Makna Barikan, Tradisi Malam Tasyakuran Peringatan HUT RI pada Masyarakat Kelurahan Pekuncen

31 Agustus 2023   05:38 Diperbarui: 31 Agustus 2023   06:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sie Dekdok/Dok Pribadi

Adat yang dipegang oleh masyarakat Jawa untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Indonesia adalah dengan melaksanakan tirakatan. Tradisi disebut dengan malam tirakatan yang diadakan setiap tahun pada malam tanggal 16 Agustus yang dilaksanakan oleh masyarakat secara turun-temurun.

Di malam tanggal 16 Agustus, masyarakat akan berkumpul di tiap RT atau RW untuk mengadakan perayaan malam tirakatan menjelang 17 Agustus. Selama malam tirakatan, warga bersatu dalam berdoa untuk menghormati jasa-jasa pahlawan yang telah mengorbankan nyawa dalam usaha memperjuangkan dan memelihara kemerdekaan Indonesia. 

Pada umumnya, acara malam tirakatan juga mencakup ucapan dari para tokoh terhormat atau sesepuh lokal, yang diikuti oleh kesempatan untuk menikmati hidangan bersama.

Tradisi tirakatan ini dilakukan oleh masyarakat Pasuruan dengan cara yang berbeda-beda. Masyarakat Kelurahan Pekuncen RT 04 RW 02 yang mayoritas adalah Islam melakukan tradisi ini dengan melaksanakan menyanyikan lagu Indonesia Raya, tradisi tumpengan dan sholawatan bersama-sama di halaman rumah warga setempat. 

Sementara itu, di kawasan kelurahan Petamanan mengadakan malam tirakatan dengan membaca tahlil dan berdoa untuk para tokoh pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia Raya.

Secara substansial, faktor pemahaman agama memiliki peranan penting dalam memengaruhi pelaksanaan tradisi malam tirakatan, karena erat kaitannya dengan dinamika agama dan budaya. 

Selain itu, tradisi ini dapat dipandang melalui tiga dimensi makna yang saling terkait: modernitas, agama, dan warisan budaya nenek moyang. Ketiga dimensi ini saling bersinergi dan saling berpengaruh dalam perhelatan tradisi malam tirakatan.

Perspektif modernitas menjadi relevan dalam konteks tradisi malam tirakatan karena tradisi ini diadakan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun kemerdekaan dan secara resmi diselenggarakan oleh pemerintahan. 

Di sisi lain, konteks agama terlihat jelas dalam pelaksanaan tradisi ini, di mana keyakinan agama memengaruhi bagaimana tradisi malam tirakatan dijalankan. Pemahaman dan nilai-nilai keagamaan memainkan peranan sentral dalam upacara malam tirakatan.

Kerangka budaya nenek moyang juga merentang sebagai fondasi tradisi malam tirakatan. Tradisi ini telah tertanam dalam masyarakat Jawa sebagai suatu bagian dari identitas budaya. Perilaku tirakat digunakan oleh masyarakat Jawa sebagai alat untuk merenungkan diri dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun