Mohon tunggu...
KKNTI Desa Klesem
KKNTI Desa Klesem Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Publikasi KKNT-I Klesem

Berisi publikasi kegiatan dan permasalahan yang ditemukan selama KKNT-I Desa Klesem, Kab. Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKNT-I IPB Lakukan Sosialisasi dan Demo Pembuatan PHT di Desa Klesem, Kabupaten Pekalongan

27 Juli 2023   01:00 Diperbarui: 27 Juli 2023   01:11 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kendala penting dari budidaya pertanian adalah adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hama dan penyakit seperti serangga, jamur, virus, dan bakteri berpotensi besar merugikan petani hingga jutaan rupiah jika tidak ditangani dengan baik.

 Untuk mengatasinya, petani biasa menggunakan obat-obat kimiawi yang tersedia di toko pertanian. Akan tetapi, jika dipakai terus-menerus, hama akan kebal terhadap obat sehingga kemanjurannya menurun atau yang biasa disebut dengan resistensi hama. 

Hal ini seperti yang terjadi pada lahan pertanian di Desa Klesem, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan. Petani Desa Klesem terbiasa mengendalikan hama ataupun penyakit yang menyerang tanaman menggunakan obat yang ditawarkan oleh toko-toko pertanian.

Pak Dedi, salah satu petani cabai merah keriting Desa Klesem mengaku sudah menggunakan berbagai macam obat mulai dari yang murah hingga mahal untuk mengendalikan hama ulat, namun hasilnya nihil. 

Sebagian besar tanaman cabai milik Pak Dedi masih mengalami layu dan terserang ulat. Harga obat yang biasa digunakan ini berkisar Rp50.000,00 sampai Rp150.000,00 per botol. Sama seperti Pak Dedi, Ibu Manda yang menanam cabai merah besar juga mengalami hal serupa. 

“Modale rong puluh juta, tapi balike malah patang juta tok, ya aku rugi mbak, wong ulere akeh banget”, keluh Ibu Manda yang artinya “Modal 20 juta tapi hanya balik 4 juta saja, aku rugi mbak, ulatnya banyak sekali”. 

Selain itu, obat kimiawi memiliki efek samping negatif sehingga mampu menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif pencegahan yang efektif dan ramah lingkungan untuk merawat tanaman agar tidak terserang hama dan penyakit. Salah satunya dengan cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Melihat permasalahan pertanian yang dialami masyarakat Desa Klesem, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi (KKNT-I) IPB berinovasi dan mengajak masyarakat memanfaatkan bahan-bahan yang ada di desa untuk diubah menjadi obat pengendalian hama dan penyakit. Program yang ditujukan untuk petani ini terdiri dari sosialisasi dan praktik Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Kegiatan tersebut dilaksanakan di dua dusun pada waktu yang berbeda, yakni pada hari Kamis sore (20/07) di Dusun Pringamba dan hari Senin malam (24/07) di Dusun Klesem.

Dalam kegiatan sosialisasi dan praktik PHT dijelaskan tiga metode untuk mengendalikan hama dan meningkatkan kualitas hidup tanaman, yakni pestisida nabati, Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan yellow sticky trap. Ketiga metode ini mudah diterapkan karena dibuat dengan bahan dan alat yang sudah ada di lingkungan Desa Klesem sehingga tidak memerlukan biaya tambahan yang besar.

Pestisida nabati yang dibagikan kepada warga Desa Klesem (Dokumentasi pribadi)
Pestisida nabati yang dibagikan kepada warga Desa Klesem (Dokumentasi pribadi)

Produk yang pertama adalah pestisida nabati (pesnab), sebuah pestisida organik yang dibuat dari tanaman yang berbau menyengat dan terasa pahit, seperti daun pepaya dan bawang putih. Produk ini dibuat berdasarkan fakta bahwa serangga tidak menyukai rasa pahit. Pembuatan pestisida ini terbilang mudah. Daun pepaya diulek atau diblender hingga halus terlebih dahulu, kemudian hasil ulekan dicampur dengan air dan direndam semalaman. 

Campuran ini kemudian disaring untuk diambil airnya saja. Setelah air bersih dari residu, ditambahkan deterjen atau sabun cair kurang lebih 1 sendok makan lalu diaduk. Pestisida nabati siap untuk digunakan. Cara pemakaian pestisida nabati adalah dengan mencampur dua gelas pestisida dengan 10 liter air, lalu disemprotkan pada tanaman sekali seminggu atau 3-4 hari sekali, tergantung kebutuhan.

Adapun PGPR bertujuan untuk menyehatkan tanaman dan menyuburkan tanah dengan bantuan bakteri baik bernama rhizobacteria. Pembuatan PGPR dimulai dengan merendam akar bambu atau akar ilalang dalam air sumur atau air hujan selama 2-4 hari. Sambil menunggu akar direndam, bahan-bahan gula, terasi, dan dedak direbus dalam wadah yang besar selama 20 menit. 

Kemudian hasil rebusan didinginkan dan dicampur ke dalam air rendaman akar, lalu jerigen ditutup. Jerigen dibuka dan dikocok-kocok sehari sekali selama 15 hari. Cara pemakaian PGPR adalah melarutkan 5 ml dengan 1 liter air lalu disiramkan pada tumbuhan sekali seminggu atau lebih, tergantung kebutuhan.

Yellow sticky trap yang dibagikan kepada warga Desa Klesem (Dokumentasi pribadi)
Yellow sticky trap yang dibagikan kepada warga Desa Klesem (Dokumentasi pribadi)

Terakhir adalah yellow sticky trap, sebuah perangkap serangga yang dibuat dengan mengecat botol plastik kosong dengan warna kuning, kemudian dimasukkan dalam plastik bening, dan dioleskan lem tikus pada plastiknya. Perangkap ini cocok untuk menangkap serangga-serangga seperti wereng dan ngengat yang menyukai warna cerah seperti kuning. Disarankan untuk menaruh yellow sticky trap secara menyebar agar dapat menangkap serangga yang berpotensi menjadi hama.

Antusiasme warga saat sosialisasi PHT (Dokumentasi pribadi)
Antusiasme warga saat sosialisasi PHT (Dokumentasi pribadi)

Mahasiswa KKN memberikan sosialisasi PHT (Dokumentasi pribadi)
Mahasiswa KKN memberikan sosialisasi PHT (Dokumentasi pribadi)

Partisipasi warga kedua dusun sangat antusias. Mereka datang berbondong-bondong hingga memenuhi ruangan sampai penuh untuk mendengarkan sosialisasi PHT yang diselenggarakan mahasiswa KKNT-I IPB. Warga bertanya-tanya tentang masalah hama yang menimpa tanaman mereka dan dijawab dengan lengkap oleh para mahasiswa. Ketika acara berakhir, mahasiswa membagikan pestisida nabati, PGPR, dan yellow sticky trap yang sudah dibuat kepada warga. 

Selain itu, terdapat brosur cara pembuatan yang digunakan sebagai panduan warga untuk dapat membuat sendiri obat alami ini. Warga menerimanya dengan gembira. Salah satu pastisipan sosialisasi, Ibu Marjono, mengungkapkan rasa terima kasihnya secara langsung kepada mahasiswa KKNT-I IPB. “Suwun ya mbak wis diwei ngerti cara alamine semoga manjur” ungkap beliau di akhir acara, artinya “Makasih ya mbak, jadi mengerti cara yang alami, semoga manjur”.

Program sosialisasi seperti PHT diharapkan mampu membuka wawasan petani terhadap metode yang lebih baik untuk menangani hama dan cara pembuatannya sehingga tanaman lebih tahan hama, berbuah lebih banyak, dan akhirnya tidak merugikan petani. Selain itu, mahasiswa juga belajar untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal dan menerapkan pengetahuannya sesuai dengan kondisi khas daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun