Mahasiswa peserta KKN Tematik Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang dalam melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan pendanaan untuk mengikuti Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) dari Kemendikbud tahun anggaran 2021 melakukan pelatihan pengolahan cabai segar menjadi produk cabai bubuk serta sosialisasi kemasan terhadap masyarakat di Desa Gunungrejo.
Masyarakat Desa Gunungrejo masih menjual cabai mereka berupa cabai segar saja, hal ini tentu belum bisa membuat nilai ekonomis cabai meningkat. Pengolahan cabai segar menjadi sebuah produk kemasan dapat membantu meningkatkan nilai jual dari cabai segar. Proses pengolahan cabai segar menjadi cabai bubuk dipilih oleh Mahasiswa KKN-T untuk membantu meningkatkan daya jual serta nilai ekonomis cabai segar di Desa Gunungrejo.
Daya tahan cabai kering dan bubuk sendiri sekitar 6 bulan, yang mana proses pembuatannya cukup mudah serta menggunakan alat dan bahan yang mudah didapat.
Alat yang dipakai dalam pengolahan cabai berupa panci kukus, blender, mangkok, sendok, spatula, baskom, dan timbangan. Serta bahan yang diperlukan meliputi cabai rawit, bawang putih, lada, garam, MSG, Minyak
"Pengolahan cabai segar menjadi cabai bubuk dapat menambah wawasan tentang bagaimana pengelolaan cabai, misalnya cabai turun harganya dapat disiasati dengan mengolah cabai menjadi bubuk cabai sehingga cabai akan terus terjual dan masyarakat di Desa Gunungrejo akan tetap menadapat pemasukan" imbuh Fajar selaku sekertaris BUMDES.
Baik para pengurus desa maupun masyarakat punya harapan tinggi terkait pengolahan cabai segar menjadi cabai bubuk. Sebesar 22% penduduk desa Gunungrejo berprofesi sebagai petani, profesi kerja kedua tertinggi di desa tersebut. Hal ini membuat pelatihan pengolahan cabai menjadi cabai bubuk menjadi penting terutama pada para petani
"Nilai ekonomis cabai yang seharusnya dapat dikontrol bahkan terus bertambah oleh pasar pastinya justru malah banyak merugikan petani. Dipilihnya pelatihan pengolahan cabai ini serta sosialisasi terhadap kemasan juga bertujuan untuk agar memberdayakan masyarakat desa Gunungrejo" ungkap Dira selaku ketua KKN-T.
Pengolahan cabai segar menjadi cabai bubuk diawali dengan pencucian cabai yang telah disortas menggunakan air bersih untuk menghilangkan segala macam kotoran. Setelah cabai bersih lalu cabai dikukus selama 10 menit.
Kemudian cabai dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 minggu tergantung panas matahari nya
Selanjutnya cabai dimasukkan kedalam oven selama 2 jam sembari dibolak balik agar kering merata. Kemudian haluskan cabai menggunakan blender
"Cabai yang telah halus dicampurkan dengan lada serta MSG sebagai cita rasa. Dimana takaran untuk cabai bubuk sebesar 3 sendok lalu untuk campuran lada dan MSG nya sebesar 2 sendok. Lalu cabai dan lada serta MSG yang telah dicampur diblender kembali agar merata" ungkap Annisa Sakina sebagai pemegang kendali pembuatan cabai bubuk.
Pelatihan cabai berlangsung dari pukul 13.30 sampai 16.15. Kegiatan ini dihadiri oleh 10 orang termasuk petani didalamnya. Hal ini menunjukkan minat masyarakat terhadap pengolahan cabai cukup bagus.
"Kegiatan pelatihan ini sangat menarik serta menambah wawasan juga. Langkah-langkah prosesnya juga diterapkan dan dijelaskan secara detail. Luaran dari kegiatan ini kedepannya dapat membantu ekonomi pastinya, serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru" ucap Bu Anita selaku perwakilan Pokja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H