Mohon tunggu...
kknt91 upnvjt2022
kknt91 upnvjt2022 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa KKNT-MBKM UPN "Veteran" Jawa Timur

Kuliah Kerja Nyata Tematik-MBKM Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pekan Aksi Konservasi Ekopariwisata Kebun Salak Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang

2 Mei 2022   19:15 Diperbarui: 11 Mei 2022   15:16 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SENIN (25/04) Tanggal 5 Juni biasa diperingati sebagai hari lingkungan hidup sedunia, mungkin sebagian orang bertanya : apa yang telah terjadi di lingkungan kita sehingga harus ada hari khusus untuk memperingatinya? Untuk menjawab hal tersebut sebenarnya dalam Al-Qur'an Ar Ruum:41 disebutkan; "Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

 Telah jelas dari ayat tersebut bahwa kerusakan lingkungan di bumi sudah ada sejak berabad-abad lalu, sehingga jelas harus ada hari khusus bagi kita untuk merenungkan bagaimana keadaan bumi sekarang dan akan datang.

Lahan dengan luas 2.000 m2 dengan harga tiket masuk Rp. 5000 per orang, wisatawan dapat menikmati wisata edukasi di kebun salak Desa Galengdowo, adanya penyampaian ilmu mengenai pembibitan, pembuahan, jarak tanam, pemupukan dapat menambah ilmu pengetahuan. Selain edukasi yang ditawarkan, ada juga petik salak dengan harga Rp. 7000 perkilo tanpa batas maksimal, dan dapat makan sepuasnya di tempat, cap Ariesta 25/03/22.

Mengingat kerusakan lingkungan yang banyak terjadi. Maka, konservasi lingkungan untuk mengimbangi laju kerusakan di bumi ini memang mutlak diperlukan. Konservasi merupakan upaya untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang masih alami dari ancaman kerusakan sehingga konservasi cocok dilakukan di Indonesia. 

Konservasi memang beda dengan rehabilitasi, konservasi lebih menitikberatkan upaya perlindungan sumberdaya alam dari kerusakan yang mulai ada sedangkan rehabilitasi adalah upaya untuk membuat keadaan lingkungan kembali seperti semula setelah adanya kerusakan yang fatal.

Dokpri
Dokpri

Konservasi lingkungan bisa berupa konservasi lingkungan hutan, air, tanah, tanaman dan hewan. Sebagai contoh konservasi kebun salak di kawasan Dusun  Pengajaran, Galengdowo, Kabupaten Jombang. Lingkungan di Dusun pengajaran harus dikonservasi, dilindungi dari kerusakan. Sudah ada bibit-bibit kerusakan di dusun tersebut akibat ulah manusia dimana kurangnya kesadaran dalam merawat SDA yang sudah lama ada, 

"Kurangnya penataan ulang pada lahan, dapat mengakibatkan bakal buah tumpang tindih dengan seresah yang mengakibatkan bakal buah membusuk, dan tidak dapat di kawinkan, dimana serbuk salak lanang disebarkan ke salak wedok" ucap Ariesta. 

Perlindungan lingkungan Dusun Pengajaran dengan dijadikan sebagai kawasan konservasi sudah tepat. Upaya konservasi bisa melibatkan penduduk sekitar sehingga bisa menjadi program ekopariwisata. Sebagai contoh yaitu ekopariwisata kebun salak di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. 

Masyarakat sekitar sudah faham manfaat kebun salak dan akibat yang ditimbulkan jika kebun salak rusak sehingga mereka mengkonservasinya dan selanjutnya menjadikannya sebagai kawasan ekopariwisata. Masyarakat mendapat penghasilan tambahan dari jasa transportasi, pelancong, atau kuliner yang dijajakan.

Dokpri
Dokpri

Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur berpendapat bahwa pendidikan konservasi perlu ada sejak pendidikan usia dini dan berlanjut ke jenjang pendidikan berikutnya. Perlunya contoh tingkah laku mencintai lingkungan memang perlu ada dan ditanamkan sejak usia dini. 

Kurikulum pendidikan yang mendidik siswa berkarakter mencintai lingkungan dengan cara membumikan sikap cinta lingkungan harus mendapat dukungan dari semua pihak. Kita harus berfikir global untuk menjaga bumi dari kerusakan tetapi dengan jalan bertindak secara lokal mendukung upaya mencintai lingkungan yaitu dimulai dari lingkungan keluarga kita sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitar.

Kita harus memahami bahwa pada hakekatnya bumi dan alam seisinya adalah titipan anak cucu kita, bukan milik kita yang bisa digunakan dengan semena-mena. Marilah kita bersama-sama menjaga lingkungan hidup kita yang masih alami di Indonesia agar tidak rusak. Kita tidak ingin anak cucu kita hanya bisa membaca dari buku, tidak melihat langsung bahwa Indonesia merupakan Negara dengan Biodiversitas tertinggi di dunia.

Penulis : Kusuma Wardhani Mas'udah.S.Si., M.Si ; Detta Anugrah Heni'19 ; Adinda Solinaputri Nurfadhila'19 ; Alvina Aryanti'19 ; Salmadina Putri P'19 ; R. Vanji Ubaiyi'19 ; Putu Nandhika Pratama'19 ; Alief Faza'19. (Dosen Pembimbing Lapang & Anggota Kelompok 91 KKNT - MBKM UPNVJT)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun