Kamis, (28/07/2022) kelompok KKN Kolaboratif 132 Desa Kaliglagah, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember melakukan kunjungan ke kebun kapulaga milik salah satu warga.
Kegiatan KKN Kolaboratif merupakan salah satu kegiatan pengabdian dengan menjalin kerja sama dengan 13 perguruan tinggi se-Kabupaten Jember.
KKN Kolaboratif mulai resmi dibuka pada tanggal 23 Juli 2022 oleh Bupati Jember Bapak. Hendy Siswanto. Kegiatan KKN diharapkan dapat dijadikan sebagai wujud pengabdian mahasiswa untuk membangun desa miskin menjadi lebih maju.
Desa Kaliglagah merupakan salah satu desa di Kecamatan Sumberbaru memiliki potensi alam yang membentang didalamnya. Desa Kaliglagah terdiri dari Dusun Krajan, Dusun Pakisan, dan Dusun Pasirian.
Mayoritas masyarakat Desa Kaliglagah bermatapencaharian sebagai pekerja kebun, petani kopi, peternak, dan wirausaha. Salah satu komoditas yang memiliki potensial pengembangan tinggi adalah kapulaga.
“Ya sekarang ini banyak yang mulai nanam kapulaga mbak, soalnya dulu pas ada Covid itu harga kapulaga mahal banget mencapai Rp.350.000 per kilonya. Jadi banyak masyarakat lain yang tergiur untuk mulai menanam kapulaga di lahan kebun rumah masing-masing”, ujar Pak Tosis salah satu petani kapulaga.
Kapulaga adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang memiliki khasiat baik bagi tubuh. Kapulaga dapat memberikan manfaat sebagai penghangat tubuh, bahan aroma terapi, karminatif, meredakan batuk, mulut berbau, dan gatal tenggorokan.
Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab permintaan kapulaga meningkat karena banyak dicari pada saat pandemic Covid-19. Saat ini, harga kapulaga menurun drastis sekitar Rp. 55.000 per kilo seiring dengan penurunan permintaan kapulaga.
Masyarakat desa Kaliglagah menyadari bahwa budidaya kapulaga cukup menguntungkan untuk diusahakan. Hampir setiap rumah mengeringkan biji kapulaga di depan halaman rumah sebelum dijual kepada pengepul.
Potensi yang cukup baik ini belum mampu dikembangkan secara maksimal karena belum ditemukannya peran yang aktif dari Gapoktan untuk membantu petani kapulaga dalam memasarkan produknya.
Masyarakat hanya menjual kepada pengepul setelah biji dikeringkan. “Biasanya dijual keringan aja ke pengepul soalnya kan masyarakat disini memang belum ada wadah yang membantu. Jadi dijual ke pengepul biar lebih mudah”, ungkap salah satu warga.KKN Kolaboratif UNEJ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H