Di seluruh Dunia tidak terkecuali indonesia saat ini sedang marak-maraknya wabah coronavirus. Coronavirus itu sendiri adalah virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat yakni Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gelaja umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi Coronavirus Diseases 2019 rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.Â
Tentunya dalam hal ini pandemic covid-19 mengancam pelajar dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas dan pelajar dari pendidikan tinggi di seluruh dunia. Seperti kebijakan yang diambil pemerintah indonesia meliburkan seluruh aktivtas pendidikan, dan membuat alternatif baru yakni proses pembelajaran dilakukan dengan belajar mengajar jarak jauh (belajar online) atau belajar dari rumah dengan pendampingan orang tua.Â
Penerapan ini mungkin tidak begitu menjadi masalah bagi perguruan tinggi yang sudah memiliki sistem akademi berbasis daring. Tapi hal ini menjadi masalah bagi sebagian perguruan tinggi lain yang tidak memiliki sistem tersebut. Apalagi di pendidikan level dasar akan lebih banyak mengalami berbagai kendala seperti tidak adanya akses internet atau bahkan tidak memiliki handphone yang akan menyebabkan ketinggalan pembelajaran ketika tugas belajar disampaikan melalui aplikasi WhatsApp atau yang lainnya.Â
Hal tersebut bagi peserta didik pun mungkin terasa lebih sulit dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka contohnya seperti hal yang dialami oleh siswa-siswa SD N Rejosari yang minat belajarnya menurun dikarenakan mereka  merasa lebih gampang bosan karean tidak dapat berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya.
Oleh karena itu, dengan belajar di rumah, orang tua dituntut untuk memaksimalkan perannya dalam mendampingi putra-putrinya, karean mereka memiliki sifat-sifat yang unik, energi, aktif, manja dan keangkuhan yang tinggi.Â
Pembelajaran dirumah pun membuat para orang tua merasa stress dalam mendampingi belajar putra-putrnya dirumah karena kurang pahamnya karakter dari putra-putrinya, selain itu para orang tua juga dituntut dapat menjelaskan banyak hal terkait dengan materi pembelajaran, sementara tidak semua orang tua siap untuk hal itu dan tak jarang ditemukan para orang tua memberikan pendampingan belajar kepada putra-putrinya dengan cara keras, seperti: mengancam, memaksakan kehendak, atau bahkan memukul jika anak tidak menurut. Pola asuh yang demikian akan membuat anak menjadi penakut, pemalu, pendian, suka melanggar aturan dan lain sebagainya. Â
Dilihat dari penjabaran di atas kami dari KKN STKP Nurul Huda PPDC 09 yang di tempatkan di desa Rejosari melakukan bincang-bincang kepada para guru SD N Rejosari dan para orang tua murid bahwa hal tersebut memang benar oleh sebab itu kami dari KKN STKP Nurul Huda PPDC 09 yang di tempatkan di desa Rejosari melakukan berbagai kegiatan salah satunya adalah kegiatan bimbel yang bertempat di aula kantor balai desa kegiatan bimbel ini tentunya mematuhi protokol kesehatan. yang dilaksanakan setiap hari sabtu  yang tujuannya tentu agar peserta didik happy dalam kegiatan belajar mengajar dan mereka tidak merasa jenuh walau pun belajar di massa pandemic seperti sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H