Pada tanggal 22 Juli 2024 tepat hari senin, mahasiswa KKN Kolaboratif periode 2024 dilepas dalam acara yang diadakan di kantor pemerintah Kota Jember. Kegiatan ini melibatkan 18 perguruan tinggi dari Jember, Malang, dan Surabaya. Acara pelepasan tersebut diselenggarakan dengan penuh semangat dan dihadiri oleh Bupati Jember, Ir. H. Hendy Siswanto, ST. IPU, beserta sejumlah pejabatnya. Momen pelepasan mahasiswa KKN ditandai dengan pelepasan burung merpati, yang melambangkan kebebasan mahasiswa dalam Kurikulum Merdeka, serta sebagai harapan agar mahasiswa dapat menggunakan potensi mereka untuk membantu membangun Desa seperti merpati yang bebas terbang.
Sebanyak 248 kelompok KKN Kolaboratif dikerahkan ke berbagai desa di Kabupaten Jember selama periode 40 hari, dimulai dari 22 Juli 2024 dan akan berakhir pada 28 Agustus 2024. Salah satu kelompok yang turut serta dalam KKN Kolaboratif ini adalah Kelompok 053, yang terdiri dari 17 mahasiswa dari Universitas Jember (UNEJ), Universitas Islam Jember (UIJ), dan Universitas Muhammadiyah Jember (UNMUH), Universitas PGRI Argopuro (Unipar), Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achamad Sidiqq Jember (UIN). Mereka ditempatkan di Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Jember.
Pada tanggal yang sama 22 Juli 2024, juga diadakan acara penghargaan mahasiswa KKN Kolaboratif di Balai Kecamatan Silo. Para pejabat kecamatan dengan antusias menyambut kedatangan mahasiswa KKN Kolaboratif dan memberikan dukungan penuh untuk program kerja yang akan dilaksanakan oleh masing-masing kelompok.
Desa Sempolan sendiri terletak di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, salah satu dari sembilan desa di sana dengan luas wilayah mencapai 560,966,5 hektar. Administratif desa ini terbagi menjadi tiga dusun: Plalangan, Krajan, dan Onjur. Mayoritas penduduk Desa Sempolan menggunakan bahasa Madura dalam kehidupan sehari-hari mereka. Saat mengunjungi Desa Sempolan, kita akan menemukan banyak area persawahan yang luas dan sumber-sumber air alami yang digunakan oleh penduduk untuk beraktivitas.
Di persawahan Desa Sempolan, jenis tanaman yang umum ditemui meliputi padi, tembakau, dan cabai. Menurut Bapak Sugeng Riyadi, salah satu pejabat Desa Sempolan, potensi utama desa ini terletak pada sektor pertaniannya yang mencapai sekitar 60-80% dari aktivitas ekonomi, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Tanaman tembakau dominan ditanam di Dusun Plalangan. Dusun Plalangan sendiri berlokasi agak jauh dari balai desa sehingga suasana di dusun tersebut masih alami dan asri, Dusun Plalangan merupakan dusun paling luas. "menurut kepala desa Sempolan, Dusun Plalangan merupakan dusun yang masih tertinggal dari pada dusun-dusun yang lain di desa Sempolan karena pengetahuan warga tersebut juga masih rendah diantara dusun yang lainnya. Sementara di Dusun Krajan dan Dusun Onjur, mayoritas tanaman yang ditanam adalah padi dan cabai."
Sebagian jalan menuju pemukiman warga di Desa Sempolan masih kurang memadai, tidak semuanya beraspal tetapi masih dapat dilalui dengan sepeda motor. Tetapi Suasana malam di desa ini sangat tenang dan sepi, sesuai dengan karakteristik pedesaan yang dapat membantu kita untuk bersantai sejenak dari kesibukan yang ada di kota. Meskipun ada sedikit hambatan dalam perbedaan bahasa, penduduk Desa Sempolan sangat ramah dan menyambut baik kedatangan para mahasiswa KKN. Itupun menjadikan kita semangat dan betah di desa ini.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh desa ini adalah salah satunya yang di katakan oleh Bapak kepala desa  bahwa Desa Sempolan sering mengadakan pengajian rutin satu bulan sekali pada malam Sabtu Pon dalam kalender jawa yang terbuka untuk umum, serta pengajian rutin mingguan yang disebut muslimatan, diikuti oleh kelompok ibu-ibu Desa Sempolan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di Balai Desa Sempolan dan selalu ramai dihadiri oleh jamaah. Pengajian rutin ini, yang diikuti hampir seluruh warga, memiliki potensi besar untuk memperkuat tali silaturahmi dan rasa gotong royong di Desa Sempolan. Sehingga kita para mahasiswa dapat mengikuti acara tersebut untuk menambah wawasan selama KKN di desa tersebut.
Salah satu hal yang patut kita contoh dari masyarakat Desa Sempolan adalah mereka tetap menjaga agenda pengajian rutin, yang menjadikan desa ini memiliki budaya yang unik dan berbeda dari kebanyakan desa lainnya. Budaya ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan modal sosial masyarakat, memfasilitasi pemecahan masalah bersama, serta memperkuat rasa saling percaya dan hubungan sosial antar warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H