Kendal, Jawa Tengah - Desa Pakis, yang terletak di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, merupakan salah satu daerah penghasil gula aren berkualitas di Jawa Tengah. Berada di lereng Gunung Ungaran, desa ini memiliki iklim sejuk dan tanah subur yang mendukung tumbuh suburnya pohon aren. Pohon-pohon ini menjadi sumber penghidupan utama bagi sebagian besar masyarakat setempat, terutama dalam produksi gula aren tradisional.
Pembuatan gula aren di Desa Pakis dilakukan secara tradisional dan diwariskan secara turun-temurun. Dalam rangka memahami dan berkontribusi pada proses produksi gula aren, mahasiswa KKN Reguler ke-83 Posko 23 UIN Walisongo Semarang turut serta dalam serangkaian kegiatan, mulai dari pengambilan nira hingga proses pemasakan dan pencetakan gula aren. Prosesnya dimulai dari pengambilan nira, yaitu cairan manis dari tandan bunga pohon aren, yang dilakukan setiap pagi sekitar pukul 5 dan sore hari pukul 4. Para petani memanjat pohon aren setinggi belasan meter dengan keterampilan yang sudah terasah, menggunakan alat sederhana seperti tangga bambu dan wadah penampung nira. Mahasiswa ikut mendampingi petani dalam proses ini, mempelajari teknik memanjat dan penggunaan alat sederhana yaitu tangga bambu.
Setelah nira segar terkumpul, mahasiswa KKN Reguler ke-83 Posko 23 UIN Walisongo Semarang membantu dalam tahap perebusan. Nira direbus di atas tungku kayu selama sekitar empat jam hingga mengental. Pada tahap ini, mahasiswa KKN Reguler ke-83 Posko 23 UIN Walisongo Semarang mendapatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga suhu api agar nira tidak gosong. Selama proses perebusan, mereka juga mencatat perubahan warna dan aroma nira yang menjadi indikasi kualitas gula yang dihasilkan.
Tahap berikutnya adalah pencetakan gula. Setelah mencapai konsistensi tertentu, cairan kental ini dituangkan ke dalam cetakan berbentuk lingkaran atau silinder kecil, tergantung preferensi. Cairan kemudian dibiarkan mengeras secara alami hingga membentuk gula aren padat yang siap dipasarkan.
Meskipun proses pembuatan gula aren terbilang sederhana, kualitasnya tidak selalu konsisten. Menurut Giarto, salah satu petani aren di Desa Pakis, hal ini disebabkan oleh variasi kualitas nira yang dipengaruhi oleh kondisi pohon, cuaca, dan metode pengambilan nira. Meski demikian, para petani tetap berusaha memberikan yang terbaik agar menghasilkan gula aren yang memiliki cita rasa khas dan aroma alami yang kuat.
Gula aren dari Desa Pakis dijual dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu Rp20.000 per kilogram. Harga ini dianggap kompetitif mengingat proses pembuatannya yang memakan waktu dan tenaga. Selain untuk konsumsi lokal, gula aren ini juga memiliki peluang besar untuk dipasarkan lebih luas, baik ke kota-kota besar maupun sebagai produk ekspor.
Keterlibatan mahasiswa KKN dalam kegiatan ini memberikan pengalaman berharga, tidak hanya dalam mempelajari proses tradisional pembuatan gula aren, tetapi juga memahami tantangan yang dihadapi oleh petani. Selain itu, mahasiswa juga memberikan masukan terkait pengemasan dan strategi pemasaran untuk memperluas jangkauan gula aren Desa Pakis melalui diadakannya kegiatan Sosialisasi UMKM mengenai Digital Marketing yang dilaksanakan pada tanggal 16 November 2024. Dukungan seperti ini diharapkan mampu meningkatkan nilai jual gula aren dan memperkenalkannya ke pasar yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H