Mohon tunggu...
KKN RDR77
KKN RDR77 Mohon Tunggu... Lainnya - KKN RDR-77 UIN Walisongo Semarang

Kelompok 112

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bicara Kesetaraan Gender dan Feminisme, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gelar Diskusi Online

19 November 2021   14:20 Diperbarui: 19 November 2021   14:28 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kaitannya dengan feminisme", lanjut Khairani, "merupakan kesadaran mengenai ketimpangan pembagian gender yang dialami perempuan. Ada juga yang mendefinisikan sekumpulan ide dan pemikiran dalam pembebasan kaum perempuan yang mengalami ketidakadilan karena factor jenis kelamin. Namun ada juga yang mendefinisikan bahwa feminisme adalah suatu gerakan krusial dan kesadaran yang saling berkesinambungan dengan berdasarkan pada tindak kekerasan yang menimpa kaum perempuan."
Dapat disimpulkan bahwa feminisme berarti perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan diri.

Sesi selanjutnya dibuka pertanyaan, Nadia selaku moderator menanyakan mengenai peranan Megawati sebagai satu-satunya pemimpin negara wanita di Indonesia. Khairani mengatakan bahwa hal tersebut sah-sah saja terjadi karena perempuan juga berhak menjadi pemimpin meskipun masih banyak pandangan konservatif tradisional yang masih menganggap tabu pemimpin perempuan.

Vella, selaku audiens bertanya mengenai bagaimana cara agar stigma di masyarakat bisa berubah mengenai perempuan dituntut harus serba bisa, padahal laki-laki juga harus bisa melakukan itu. Kemudian Khairani memaparkan bahwa saat ini banyak kita lihat dalam suatu keluarga perempuan cenderung lebih aktif dibandingkan laki-laki. 

Untuk mengubah stigma, kita bisa mulai dari lingkungan terdekat kita soal pembagian peran, mulai dari keluarga, lingkungan pertemanan dan hal-hal terdekat kita. Bisa mulai diskusi dengan lingkungan terdekat,tentang pembagian peran karena stigma tersebut dibentuk oleh masyarakat karena kebiasaan.

Di akhir diskusi online, Khairani juga berpesan "jika kita ingin menuntut kesetaraan hak, peluang untuk mendapatkan hak tersebut sudah sangat terbuka, kita harus tetap menjaga dan jangan berlindung dibalik feminism radikal, harus tetap mengingat kodrat. Kita harus bersikap moderat, bukan berpandangan konservatif tradisional dan bukan juga berpandangan feminism yang radikal dimana terjadi separatisme antara laki-laki dan perempuan yang berlebihan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun