Hai guys, gimana kabar kalian? Aku harap baik semua ya! Hari ini kita mau ngebahas sebuah topik menarik nih, yaitu tentang kesenian tradisional yang ada di Desa Pulungdowo. Penasarankan kesenian tradisional apa saja yang ada di desa ini.. yuk meluncur ke bawah!
Indonesia memiliki beraneka ragam seni dan kebudayaan yang mencerminkan kemajuan dan intelektual masyarakatnya. Jawa Timur sebagai sebuah provinsi di Indonesia hadir dengan mengusung keunikan tersendiri dalam hal seni dan budaya. Hal ini ditandai oleh beberapa kesenian tradisional yang dihadirkan dari berbagai tempat di Jawa Timur. Wawasan tentang kesenian tradisional yang ada di Jawa Timur menjadi penting Dengan mengetahuinya, kedepannya kita bisa mulai berfikir untuk menjaga dan melestarikannya.
Seni tradisional Jawa Timur datang dari berbagai kategori yang sebagian besar merupakan seni drama, seni tari dan seni musik. Kebanyakan kesenian hadir dalam bentuk seni pertunjukan yang pada umumnya adalah tetap bertahan pada bentuk seninya yang cenderung dijadikan ciri khas. Masuknya beragam kebudayaan modern turut serta mempengaruhi keberadaan kesenian yang ada di Jawa Timur khususnya di Kabupaten Malang. Awalnya pengaruh budaya modern lebih pada unsur-unsur pendukung seperti Panggung, Iringan, Rias dan Tata Busana, namun pengaruh-pengaruh tersebut sangatlah riskan terhadap sebagian besar kesenian tradisional.
Kini, umumnya seni tradisional sangatlah sulit beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa keberadaan kesenian di Kabupaten Malang sangat sulit untuk berkembang dan cenderung berada diambang kepunahan. Setidaknya dengan mengetahui beragam jenis seni tradisional yang ada di Kabupaten Malang, akan bertambah wawasan kita perihal seni dan budaya yang ada di Kabupaten Malang khususnya Di Desa Pulungdowo.
Kami sebagai mahasiswa dan kauwla muda berinisiatif melakukan pendataan kesenian tradisional apa saja yang terdapat di Desa Pulungdowo, tujuan utama dari pendataan ini adalah sebagai sumber informasi yang akurat dan juga supaya banyak dari kalian-kalian semua yang mengetahui bahwa sebenarnya kesenian tradisional itu tidaklah punah, kami melakukan pendataan secara mendetail tentang segala aspek yang berkaitan dengan kesenian tradisional tersebut, dan dari hasil wawancara kami menemukan bahwa memang benar bahwa kesenian tradisional di Desa Pulungdowo masih ada dan terus berkembang. Berikut ini adalah kesenian tradisional apa saja yang terdapat di Desa Pulungdowo, kuy di cek!! :
- Sanggar
Sanggar Tari Cokro Buwono mulai diberdiri pada tahun 2009 dan diresmikan pada tahun 2011 oleh Bupati Malang. Sanggar milik Ibu Ika Wahyu Widyawati, S.Pd, M.Pd ini bermula dari keresahan Ibu Ika sewaktu kuliah yang sulit mencari tempat berlatih menari karena minimnya fasilitas kampus pada waktu itu.Â
Semakin kesini Sanggar Tari Cokro Buwono terus berkembang dan akhirnya menjadi sekolah menari hingga sekarang. Pembelajaran yang diterapkan pada Sanggar Tari Cokro Buwono berkonsep tari sebagai media pembelajaran, oleh sebab itu kelas dibagi sesuai kemampuan siswa bukan sesuai umur. Dalam satu kelas terdapat 3 jenis tarian yang berbeda, dan diujikan setiap 3 bulan sekali. Selain berlatih menari Sanggar Tari Cokro Buwono juga mengikut sertakan siswanya pada event-event lokal maupun nasional.
Hal menarik dari Sanggar Tari Cokro Buwono adalah pembiayaan sanggar yang didapat dari  SPP yang hanya diberlakukan kepada siswa yang berasal dari luar dusun Glagahdowo, sedangkan untuk siswa dari dusun Glagahdowo tidak dipungut biaya, hal ini sebagai bentuk terimakasih kepada desa sekaligus membantu anak-anak yang ada di linggukan sanggar tumbuh dan berproses bersama Sanggar Tari Cokro Buwono.Â
Selain rutin berlatih menari dan ujian tes kemampuan. Satu tahun sekali Sanggar Tari Cokro Buwono juga membuat Pergelaran Besar yang tahun ini dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2020Untuk tahun ini terdapat 20 tarian yang disajikan. Banyak warga yang mengapresiasi pergelaran ini. Selain ditonton langsung, Batu TV juga ikut menyiarkan lewat media televisi.
Sanggar Tari Setyo Utomo merupakan sanggar tari topeng yang terdapat di Desa Pulungdowo. Sanggar Tari Setyo Utomo mulai didirikan pada tahun 2000, pada waktu itu sanggar masih memiliki Induk Sanggar. Bapak Utomo pemilik sekaligus pendiri Sanggar Tari Setyo Utomo sudah sejak lama berkecimpung dalam dunia seni, tari, membuat topeng, dan wayang topeng.Â
Sanggar Tari Setyo Utomo awalnya merupakan pendopo terbuka di halaman rumah Bapak Utomo yang dalam perjalannya berpindah di dalam rumah Bapak Utomo. Berawal dari uang pribadi dan modal nekat, ketekatan hati dan semangat Pak Utomo untuk mempertahankan budaya dan tradisi membuatnya terus berjuang untuk Sanggar Tari Setyo Utomo. Prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Pak Utomo adalah yang penting kesenian tradisi, kesenian topeng yang ada di desa tidak mati.
Berawal dari orang-orang yang berlatih menari kepada istri dari Bapak Utomo, yaitu Ibu Endang. Semakin lama semakin banyak pula yang belajar menari dan rutin setiap minggunya. Waktu berlatihnya sendiri pada hari minggu mulai dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, kecuali topeng malangan latihannya malam. Untuk bapak-bapak latihannya malam minggu.Â
Untuk metode pembelajarannya sendiri tidak ada guru ataupun siswa, namun berlatih bersama-sama dan tidak menggunakan metode kelas. pada tahun 2014 sampai 2015.Â
Pada tahun 2016 pak utomo beserta istri brnekat untuk membangun kembali sanggar tersebut, Selain untuk kembali aktif berkesian ini juga merupakan wujud syukur keluarga Bapak Utomo karena telah selesai membangun rumah juga. Pertunjukan itu diberi judul "Gebyak Topeng Glagahdowo" yang terlaksana pada tahun 2017.
- Macapat
Macapat merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.
Di Desa Pulungdowo sendiri juga terdapat seniman macapat, yaitu Bapak Parlan yang berusia 78 tahun. Bapak Parlan belajar macapat sejak kecil melalui sang ayah, kemudian beliau belajar kepada Mbah Ceret yang merupakan seorang dalang wayang dari Bululawang. Pada awalnya sebelum Bapak Parlan diajarkan macapat kesenian macapat belum berkembang di Pulungdowo melainkan kesenian wayang, kemudian dari perkumpulan seniman wayang mengusulkan untuk mengganti dalang wayang dengan dalang macapat.
Di Malang sendiri hanya ada dua seniman macapat pada waktu itu yaitu Bapak Tajap dan Mbah Ceret. Kemudian bersama dengan Bapak Parlan dan Bapak Priyanto kesenian macapat diteruskan sampai ke Surabaya. Dalam proses belajarnya sendiri tidak ada sanggar yang menjadi tempat berlatih, namun belajar turun temurun dan dari kenalan-kenalan.
- Jaranan
Jaranan merupakan salah satu pertunjukan seni yang menampilkan serombongan orang yang siap beraksi dengan jaran kepang. Jaranan sendiri merupakan tiruan bentuk kuda yang dibuat dari kepangan bambu atau kepangan kulit. pada dasarnya rombongan jaran kepang ini mbarang (ngamen) dari kampung satu ke kampung lainnya.Â
Hal yang paling ditunggu dari pertunjukan jaranan adalah saat sang pemain mengalami kesurupan atau yang disebut orang malang sebagai kalap saat kalap mereka bisa memberikan pertunjukan yang menarik seperti makan beling (pecahan kaca), dan hal unik lainnya yang tak bisa dilakukan oleh orang biasa. Akhir pertunjukan biasanya ditandai dengan pembacaan mantra oleh pimpinan rombongan. Pemimpin tersebut membacakan mantra tertentu untuk menyadarkan kembali pemain yang kalap tersebut.
Di Desa Pulungdowo sendiri banyak berdiri grup Jaranan, salah satunya adalah Garuda Sakti milik Bapak Pakat. Grup jranan Garuda Sakti ini didirikan pada 01 Agustus 1989, berawal dari kesenian yang secara turun temurun diwariskan dari orang tuanya.Â
Grup Jaranan Garuda Sakti eksis hingga saat ini. Ciri khas yang membedakan dengan grup lain adalah dari bentuk kuda lumpingnya, yaitu berbeda pada lukisan di kuda lumpingnya. Anggota dari Garuda Sakti tidak secara resmi tertulis dan terdaftar, melainkan siapa saja yang berminat dapat mengikuti latihan.Â
Untuk latihannya sendiri setiap dua minggu sekali. Garuda Sakti juga memiliki alat musiknya sendiri untuk melaksanakan pertunjukan, yaitu gamelan, jidor dan angklung. Pak Pakat adalah generasi ke-3 yang memegang Grub Jaranan garuda Sakti. Untuk pembiayaannya sendiri, dana dihasilkan dari anggota jaranan tersebut dan hasil dari tanggapan atau undangan tampil.
- Campursari
Campursari adalah kolaborasi musik tradisional gamelan Jawa dengan alat musik modern yang saat ini sudah sangat memasyarakat, bahkan hingga ke luar Jawa. Di Malang banyak terdapat kesenian campursari. Salah satunya adalah Grup Campursari Asri Budoyo dari desa Pulungdowo.
Grup yang berdiri sejak 18 Juni 2007 ini didirikan oleh Bapak Pakat yang sekaligus pemilik Grup Jaranan Garuda Sakti. Alasan terbentuknya Grup Campursari Asri Budoyo adalah setiap ada permintaan pertunjukan campursari, Bapak Pakat selalu mengundang grup campursari dari luar. Dari situ Pak Pakat berpikir untuk membuat Grup Campursari sendiri.Â
Dalam prosesnya anggota grup campursari sebagian besar adalah pemain musik dari grup jaranan Garuda Sakti. Kemudian untuk penyanyi campursari tergantung permintaan. Untuk pemain musik gamelan berasal dari seniman-seniman Glagahdowo dan anggota grup campusari, sedangkan untuk pemain musik modern (dangdut) mengambil dari luar.
- Patrol
Terbentuknya grup patrol Arum Dalu bermula dari warga yang sedang melakukan siskamling, kemudian ketika Bapak Lurah lewat yaitu Alm.Bapak Kibat beliau mengusulkan untuk membuat seragam untuk siskamling. Dari situ warga juga berinisiatif melakukan latihan untuk patrol dan dipertunjukkan untuk acara-acara desa. Seiring berkembangnya seni patrol, Bapak Pakat membentuk grup patrol dengan menambah instrumen musik lain. Grup Patrol Arum Dalu telah tampil dalam berbagai event di Desa Pulungdowo, Malang Raya, hingga ke luar Kota.Â
- Ludruk
Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur khususnya Surabaya, Jombang dan Malang. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Di Desa Pulungdowo seniman ludruk yang masih aktif hingga sekarang adalah Pak Bero. Dalam perjalannya Pak Bero tergabung dalam Grub Ludruk Bintang Purnama dari tahun 1982 sampai 1990 dan sekarang aktif sebagai anggota Grub Ludruk Armada.Â
Selain ludruk beliau juga aktif dalam kesenian Bantengan, Jaran Kepang, Topeng Malangan dan kesenian lain. Tak jarang Pak Bero juga mendapat Job untuk menyusun konsep sekaligus kostum untuk acara kirab budaya.Â
Dalam perjalan berkeseniannya sendiri, Ludruk masih menjadi pekerjaan utama Pak Bero. Bersama rombongan Grub Ludruk Armada undangan yang datang bukan hanya dari Kota Malang saja, sudah banyak kota di Jawa Timur yang pernah mengundang grub ludruk Armada.
Selain mendapat untuk untuk pentas secara langsung, Pak Bero juga membuat acara di Batu TV yang bernama " Cak Brokir Uklam-uklam". Â Karena baginya kesenian tradisi harus tetap dilestarikan bagaimanapun caranya. Seniman yang juga berprofesi sebagai petani ini juga memiliki sanggar yang bernama "Darma Wijaya" yang berdiri sejak tahun 2005. Sanggar yang dibuat di halaman rumahnya ini mewadahi banyak kesenian tradisi, antara lain seni kaligrafi dengan media batok kelapa, grub Ludruk rintisan milik Pak Bero sendiri yang bernama "Krida Budaya", kesenian jaran kepang dan juga seni topeng malangan.Â
- Hadrah
Di Desa Pulungdowo sendiri memiliki grub hadrah yang beragam. Mulai dari kesenian hadrah murni yang bernama Darul Patah dari rw 4 dan hadrah kontempoper yang bernama Januraji dari rw 5 yang dibentuk oleh Bapak Nur Koliq. Hadrah Darul Patah berdiri sejak 1969 sedangkan hadrah Januraji berdiri sejak 2002. Â
Untuk grub Hadrah Darul Patah yang dibina oleh Bapak Basori ini bernuansa krasik dengan menggunakan alat musik terbang sebagai pengiring sholawatnya. Anggota yang tergabung kebanyakan sastri lulusan pondok pesantren sehingga dalam metode pembelajarannya tidak terlalu susah, karena dari masih-masing anggota sudah memiliki keahlian dalam memainkan musik hadrah. Bapak Basori menjelaskan bahwa grub Hadrah Darul Patah juga sering mendapat undangan untuk menjadi pengisi acara dari desa lain.
Selain Darul Patah Bapak Basori juga tergabung dalam grub Janur Aji. Pada awalnya grub ini terbentuk dari ketidak sengajaan. Melihat potensi dalam kesenian yang begitu besar di Desa Pulungdowo, Bapak Nur Kholiq membentuk Janur Aji untuk mewahadi pada pemuda pemudi di Desa Pulungdowo yang jauh dari agama agar lebih dekat dengan agama islam.Â
Dengan menggunakan pendekatan akulturasi budaya, Janur Aji mencoba untuk memasukan unsur  kontemporer dalam sajian musiknya. Nama Janur Aji sendiri diambil dari bahasa arab yaitu Ja'an Nur dan Aji yang berasal dari bahasa jawa. Artinya sendiri adalah setelah datangnya petunjuk semoga semua memiliki "Aji" dalam bahasa jawa yang berarti harga diri atau kehormatan. Disini Pak Nur Kholiq mengajak pelaku seni lain seperti orkes dan jaranan dari Desa Pulungdowo untuk membuat grub hadrah kontemporer atau mereka namakan terbang jidor modern.
Metode pembelajarannya sendiri belajar bersama. Lagu yang dimainkan oleh grub Hadrah Janur Aji diambil dari sholawat-sholawat Nabi yang diaransemen ulang menggunakan alat musik kontemporer. Janur Aji banyak mendapat undangan untuk mengisi acara pada kegiatan-kegiatan warga Desa Pulungdowo seperti acara pernikahan, halah bihalah dan acara pada hari-hari besar islam.Â
Dalam perjalanannya semakin kesini Janur Aji juga pernah di undang di Luar Kota seperti Jember, Jombang dan Pasuruan. Untuk metode pembelajarannya grub Janur Aji menggukan metode berlatih bersama tanpa ada guru. Karena tujuan utamanya adalah menyebarkan agama islam dan merangkul remaja di Desa Pulungdowo. Dalam sekali penampilan jumlah pemain hadrah grub Janur Aji sebanyak 25 orang. Untuk latian rutinnya sendiri hanya dilakukan di malam minggu.
Nah itu tadi seni-seni tradisional yang ada di desa Pulungdowo yang berhasil kami cari informasinya. Banyak ya ternyata! Tapi jelas ini belum seberapa disbanding kesenian yang ada di Indonesia, jelas lebih banyak lagi. Kesenian tradisional ini jangan sampai kita lupakan ya teman-teman kalau bukan kita siapa lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H