Mohon tunggu...
Muhammad Hanafi
Muhammad Hanafi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Merupakan Mahasiswa UM yang sedang melakukan KKN di Desa Pulungdowo, Tumpang, Malang.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Batik Khas Desa Pulungdowo Hasil Kreatifitas Mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang

31 Januari 2020   21:17 Diperbarui: 31 Januari 2020   21:21 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai guys, hari ini bahasannya adalah sebuah budaya yang kami jadikan kegiatan kepelatihan dan program kerja kami yaitu batik atau pembuatan motif batik baru nih! Mau tau keseruannya? Yuk simak artikel ini!

Batik adalah sebuah hasil karya seni dari para leluhur yang masih dikenal hingga saat ini  bahkan setelah melalui perjalanan yang sangat panjang, eksistensi batik tidak menghilang. Batik merupakan sebuah budaya kriya yang mencirikan kerumitan dan kehalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan. Karena memiliki seni yang tinggi maka batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai batik yang sempurna keindahannya. Kini batik bukan lagi hanya menjadi sesuatu yang identik dengan orang tua, batik sudah menjadi gaya hidup untuk semua kalangan.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan sudah menjadi bagian budaya dari bangsa Indonesia khususnya di daerah Jawa yang juga merupakan warisan dari nenek moyang. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun temurun dalam suatu keluarga, bahkan ada beberapa motif batik yang hanya dapat digunakan oleh keluarga kerajaan di Jawa. Saat ini batik bahkan sudah menjadi salah satu warisan budaya dunia. Maka dari itu kita sebagai bangsa Indonesia harus berbangga diri menggunakan batik dalam kegiatan sehari-hari ya guys!

Indonesia memiliki banyak sekali motif batik yang berbeda di setiap daerahnya, seperti Batik Megamendung khas Cirebon yang sangat khas dengan bentuk awan besar berwarna cerah dan mencolok. Ada pula Batik Pekalongan yang didominasi oleh motif tumbuh-tumbuhan dan hewan serta masih banyak motif lainnya. Tidak ingin kalah dari daerah yang lain yang memiliki batik khasnya sendiri, kami mencoba untuk membuat motif khas Desa Pulungdowo yang dimana niat kami ini sangat didukung oleh ibu lurah yang sudah sedari dulu menginginkan desanya memiliki motif batik sendiri. Kami pun mendiskusikan  hal ini agar kemudian kegiatan ini dapat dijadikan program kerja dalam pelaksanaan KKN kami.

Langkah awal yang kami lakukan untuk menciptakan motif batik khas Desa Pulungdowo adalah mengobservasi hal-hal atau ciri khas dari Desa Pulungdowo yang dapat digunakan sebagai desain motif batik. Dari hasil observasi tersebut kami menemukan beberapa ciri khas yang menarik dan dapat gunakan sebagai desain awal. Dari beberapa desain yang telah kami konsultasikan kepada Bu Ika selaku ibu lurah, maka disepakati satu desain motif batik yang dijadikan batik khas Desa Pulungdowo dan dijadikan contoh saat pelatihan.

dokpri
dokpri
Target pelatihan kami yaitu ibu-ibu PKK yang ada di desa tersebut, maka kami harus mendiskusikannya terlebih dahulu. Dengan senang hati para pengurus ibu-ibu PKK mengajak kami rapat kecil yang mengagendakan pelatihan batik khas Pulungdowo ini. Dari rapat tersebut maka disepakati bahwa kegiatan pelatihan batik akan dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 Januari 2020. Dari pihak PKK akan mengkaderkan 10 orang ibu-ibu dari masing-masing RW yang ada di desa Pulungdowo. Teknis dan rangkaian acarapun harus segera kami persiapkan. Kemudian desain motif batik yang dipilih untuk kemudian dilatihkan kepada ibu-ibu PKK ini adalah desain "topeng gunung sari dan padi".

Kurang beberapa hari sebelum kegiatan ini dilaksanakan, kami sesegera mungkin mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat batik yaitu antara lain gawangan, spons alas cap, kompor, canting, cap, wajan, pewarna kain remasol, waterglass, dan kuas. Beberapa dari itu semua adalah alat dan bahan yang kami punya sendiri. Kemudian untuk keperluan yang masih kurang kami dapatkan dari pinjaman teman dan juga dari inventaris jurusan Seni Desain kampus kami, ya yang mana lagi kalau bukan kampus Universitas Negeri Malang. Khusus alat cap batiknya kami buat sendiri dengan menggunakan kertas duplex dan karton yang ditekuk-tekukkan hingga membentuk motif batik yang sesuai desain awal, yang tujuannya juga untuk mengurangi budget awal ya teman-teman..

Persiapan selanjutnya yaitu pewarnaan dasar  yang kami lakukan sehari sebelum pelatihan dilaksanakan. Ini dilakukan agar mempermudah dan mempercepat proses menggambar sket motif batik sebelum mencanting pada kain. Pewarnaan kami lakukan dengan menggunakan bahan waterglass untuk mengikat warna, dimana warna kuning adalah warna yang dibutuhkan. Kain katun primisima dengan kurang lebih 5 x 1 meter yang sudah kami warnai tersebut kemudian dibagi menjadi potongan kecil.  Kami berencana ingin membuat hasil jadi kain batik ini menjadi selendang atau syal yang bisa langsung digunakan.

dokpri
dokpri
Hari pertama perlatihanpun tiba! Dengan diawali sambutan oleh ibu lurah, kegiatan pelatihan membatik ini pun dimulai. Ada beberapa kader yang belum bisa menyempatkan hadir karna memiliki kesibukan, namun hal tersebut tidak menyurutkan niat kami untuk mengajarkan dan berbagi ilmu kami dalam bidang membatik. Partisipan yang hadir pun mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Melihat hal tersebut kami pun ikut bersemangat melaksanakan salah satu program kerja utama kami ini.

dokpri
dokpri
Tahap awal yang dilakukan yaitu melakukan penyekatan motif batik diatas kain dengan menggunakan pensil. Sebelumnya kami telah menyiapkan contoh motif batik untuk memudahkan ibu-ibu dalam menggambar sket tersebut.

Tahap kedua yaitu memberi malam batik pada motif batik yang telah disket. Tehnik pemberian malam batik yang kami latihkan ini dibagi menjadi 2 yaitu tehnik canting dan cap. Dari partisipan yang hadir kemudia kami bagi menjadi 2 kelompok, sebagian ada yang mencoba mencanting dan sebagian lagi ada yang melakukan pengecapan.

Antusias dari para ibu-ibu sangat tinggi, mereka sangat menikmati kegiatan tersebut bahkan sampai sampai lupa untuk makan siang. Mereka tetap menikmati kegiatan ini walaupun matahari sudah mulai terbenam. Kegiatan hari pertama diakhiri dengan makan bersama secara prasmanan yang disediakan dari ibu-ibu yang mengikuti kegiatan tersebut.

Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan pewarnaan dan pengeblokan. Warna yang dibutuhkan yaitu warna hitam yang kemudian diaplikasikan pada kain yang telah diberi malam batik dengan menggunakan kuas. Sembari menunggu hasil dari pewarnaan tersebut kering, beberapa dari ibu-ibu tersebut melatih kemampuan mencanting mereka bahkan ada beberapa ibu-ibu yang  meminta kain yang belum di canting untuk berlatih lagi.

Setelah kain yang diwarnai sudah kering, kemudian dilanjutkan dengan proses pelorotan. Pelorotan merupakan proses dimana kain yang sudah di beri malam dan warna itu dicelupkan ke air panas agar malam-malam batik yang sebelumnya menempel tersebut lepas. Setelah malam batik lepas barulah dikeringkan kembali untuk menunggu hasil akhir

dokpri
dokpri
Ada beberapa hal yang dirasa sebagai kendala di hari kedua ini. Kendalanya adalah menunggu hasil pewarnaan dan pelorotan karena lambatnya kain tersebut untuk kering. Tetapi ibu-ibu yang mengikuti kegiatan pelatihan ini untungnya memiliki kesabaran dan ketelatenan yang pantas diapresiasi. Mereka tetap menunggu untuk melihat hasil kerja mereka walaupun sampai sore hari. Disini kami dapat merasakan ketertarikan ibu-ibu tersebut terhadap batik. Mereka menggali informasi dengan bertanya bahan-bahan apa yang kami gunakan, dari mana kami memperoleh alat dan bahan yang digunakan dan beberapa hal lainnya. Kami pun turut senang dapat berbagi ilmu dan informasi yang kami miliki. Karena berbagi itu indah, ya kan guys?  

Nah! Kegiatan pelatihan membatik ini pun berakhir. Kami sangat senang dengan antusias dari para partisipan. Kami sangat berharap bahwa motif batik khas Pulungdowo yang kami serta ibu lurah dan PPK buat ini dapat bertahan, dikembangkan, serta dilestarikan. Semoga nantinya generasi penerus dan anak cucu mereka dapat dengan bangga memperlihatkan bahwa mereka memiliki batik khas daerah mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun