Unsika) saat ini tengah menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di beberapa kecamatan di Kabupaten Karawang. Salah satunya adalah Kelompok KKN Unsika yang terdiri dari 15 mahasiswa dengan 1 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang berada di Desa Pulosari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang. Mahasiswa KKN Unsika sukses menggelar acara sosialisasi dan pelatihan. Acara tersebut yaitu sosialisasi “Metode Pertanian Modern: Komparasi Teknologi Pertanian Thailand dan Indonesia” dan pelatihan “Pemanfaatan jerami, Agar Bernilai Jual Bagi Petani” yang digelar pada Sabtu (6/7/2024) di Desa Pulosari, Kecamatan Talagasari, Kabupaten Karawang.
Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (“Desa Pulosari memiliki komoditas utama yaitu pertanian ditunjukkan terbentangnya persawahan yang luas. Namun sayangnya mayoritas pertanian di Desa Pulosari hanya berupa padi dengan luas lahan pertanian di Desa Pulosari mencapai 218 hektar dari jumlah total luas desa Pulosari sendiri. Melihat luasnya lahan pertanian tersebut, kami lantas mengadakan dialog bersama para petani yang ada di lapangan untuk tahu permasalahan nyata yang dialami petani di Desa Pulosari,” tutur Salsabila selaku Penanggung Jawab Program Kerja Metode Pertanian Modern KKN Unsika.
“Mulai dari ketergantungan pada penggunaan pestisida kimia dalam mengatasi hama seperti Sundep, Penggerek Batang dan Wereng. Sundep menjadi musuh utama yang menyebabkan petani sering gagal panen, seperti yang disampaikan oleh salah satu petani, terdapat sawah seluas 2 hektar yang mengalami gagal panen karena banyaknya Sundep yang menyerang tanaman padi. Diperburuk dengan Tikus dan Penggerek batang membuat petani harus ekstra dalam melakukan penyemprotan pestisida seperti 6 hari sekali atau terkadang 3 hari agar tidak mengalami gagal panen. Disisi lain, jerami sebagai limbah tanaman pertanian tidak dimanfaatkan, sehingga menjadi sorotan bagi mahasiswa KKN Pulosari yang melahirkan ide untuk mencanangkan sebuah acara berkesinambungan tersebut,” lanjutnya.
Dalam penyelenggaraan sosialisasi, Tim KKN Pulosari juga menggandeng Anita Dewi Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang dari Fakultas Pertanian yang pada tahun 2024 lolos Student Exchange/Pertukaran Mahasiswa di Mahidol University, Thailand. Pada kesempatan tersebut Anita Dewi turut memberikan presentasi materi mengenai Komparasi Teknologi Pertanian di Thailand dan Indonesia, “Thailand dijuluki sebagai lumbung padi Asia Tenggara bahkan digadang-gadang sebagai negara yang memiliki sistem pertanian yang baik di dunia,” ujar Anita.
Anita menjelaskan bagaimana metode pertanian modern yang dapat dijadikan komparasi, “Thailand juga menerapkan Bank of Agriculture atau Bank Pertanian yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi 2 standar (GAP dan GMP) yang didanai pemerintah. Sistem Contract Farming dimana perusahaan melakukan kontrak dengan petani dan jika harga pasar diatas harga kontrak maka petani bebas menjual ke pihak lain. Kebijakan Budidaya Tanaman yang hanya fokus pada sedikit jenis spesies bibit unggul dan menerapkan pola monokultur.”
Sebagai perbandingan, Anita juga menjelaskan bagaimana keadaan pertanian Indonesia, “Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Maret 2024 nilai impor beras mencapai Rp6,02 triliun dengan alasan impor beras yaitu nilai produksi beras belum tercapai dan terjadi peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Sekarang, jumlah penduduk Indonesia sekitar 281. 603. 800 jiwa dan menjadi nomor empat terbanyak di dunia, dengan perkiraan satu orang makan minimal 3 kali sehari dan budaya orang Indonesia kalau belum makan nasi belum bisa disebut makan maka kebutuhan beras Indonesia sangatlah tinggi.”
Sehingga sebagai respon dari permasalahan tersebut dibutuhkan peningkatan Produktivitas dan inovasi. Salah satunya adalah varietas unggul yaitu penanaman padi Ratun R5 merupakan model penanaman padi dengan satu kali tanam benih dalam satu tahun dapat menghasilkan panen berkali kali. Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengatakan bahwa “panen Ratun R5 menjadi komitmen Karawang sebagai salah satu lumbung padi Indonesia.”
Anita menyarankan beberapa metode modern yang dapat diterapkan dan dipelajari para petani dengan mengacu pada buku ‘Strategi Hijau: Pengendalian Hama Terpadu Padi Bo-Intensif untuk Pertanian Berkelanjutan’ karya Lutfi Afifah dan Nurcahyo Widyodaru Saputro yang berisi materi seputar konsep Pengendalian Hama Terpadu Bio-Intensif (Parasitoid, Entomopatogen, dan Predator), Hama Pertanaman Padi (Penggerek batang padi putih, penggerek batang padi kuning, wereng batang coklat, wereng hijau, kepik hijau,walang sangit, hama tikus), Refugia sebagai Konservasi Musuh Alami, Aplikasi Biosaka Sebagai Penyehat Tanaman, Aplikasi Cendawan Entomopatogen sebagai agen pengendalian hama. Serta pengendalian tikus, penggerek batang padi dengan Parasitoid Trichogramma spp sampai Pengendalian penyakit dengan agen antagonis. Hingga memperkenalkan Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) seperti traktor, combine harvester, pompa irigasi, seeder dan planter, mesin perontok padi, alat sortir, dan drone sampai satelit untuk memantau sawah.
Adapun untuk kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini diikuti oleh 19 orang petani yang terdiri dari Ketua Kelompok Tani dan perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan inovasi dan membuka wawasan para petani terkait metode pertanian yang modern seperti di Thailand dan bagaimana cara memanfaatkan jerami sebagai limbah pertanian. Harapannya selepas acara ini para petani dapat membagi pengetahuan yang didapatkan ke seluruh anggota kelompok tani di Desa Pulosari dan merealisasikannya serta bersifat berkelanjutan.
Kemudian, kegiatan ini dilanjutkan dengan praktik pembuatan Pupuk Kompos yaitu pupuk organik yang dihasilkan dari penguraian bahan organik seperti dedaunan, jerami, kotoran hewan, dan lain-lain. Dan Pakan Ternak Fermentasi yaitu jerami dapat dimanfaatkan sebagai penyedia pakan ternak terutama untuk mengatasi kekurangan hijauan pada musim kemarau. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan bahan nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak. Dengan menjalankan salah satu program kerja yaitu mengolah limbah pertanian jerami menjadi salah satu bentuk upaya mahasiswa KKN Unsika Pulosari dalam pemanfaatan limbah jerami yang dapat diimplementasikan guna menambah nilai fungsi dan nilai ekonomis.
Menurut Maulana, selaku Penanggung Jawab Program Kerja Pemanfaatan Jerami menyatakan bahwa, pengolahan jerami perlu dikembangkan karena di Desa Pulosari limbah pertanian jerami justru dibakar yang menyebabkan polusi dan pemanfaatan hanya sekedar pakan ternak warga sekitar. Oleh karena itu, pengolahan pupuk organik menjadi pilihan untuk memanfaatkan jerami yang dapat diaplikasikan untuk mengembangkan nilai fungsi yang akan berpengaruh terhadap pengurangan polusi dan penghasilan tambahan bagi para petani.
“Pertama-tama, kita harus membuat alat komposter dengan bahan-bahan sebagai berikut yaitu ada drum, fiber, paralon, dan keran. Cara selanjutnya adalah bapak-bapak bisa memotong bahan organik menjadi ukuran lebih kecil dan mencampurkan air dengan dekomposer probiotik EM4 dan molase. Selanjutnya, menyusun jerami dengan ketebalan 5 cm dan menyusun potongan bahan organik lainnya seperti potongan batang pohon pisang serta susunan selanjutnya adalah kotoran hewan ternak. Setelah itu, dapat menyiramkan air campuran dekomposer dan molase pada jerami” jelas Maulana seraya mempraktikan tata cara pembuatan pupuk kompos.
Dalam materi yang disampaikan, Maulana juga menjelaskan bagaimana prosedur pembuatan Pakan Ternak Fermentasi yaitu dengan menjemur jerami selama kurang lebih 3 hari yang setelahnya harus dipotong-potong sepanjang 15 cm. Setelah itu, siram dengan air campuran dari Probiotik EM4 Pertanian dan molase dengan menumpuk secara teratur dari ketebalan terendah dari 3 cm hingga 25 cm. Selanjutnya, lapisan jerami diciprati campuran probiotik, air, dan molase untuk fermentasi dengan memasukkannya ke dalam drum atau tutup dengan terpal. Tahapan terakhir adalah diamkan agar terjadi proses fermentasi secara aerob dengan suhu lingkungan (25 Celcius) dan pH netral (6- 8) yang dilakukan selama 15 sampai 21 hari.
Untuk praktik pembuatan pupuk organik dan pakan ternak fermentasi bersama Kelompok Tani Desa Pulosari pada 06 Juli 2024, terjadi proses interaksi timbal balik yang positif antara petani dengan mahasiswa sehingga dapat saling bertukar informasi maupun berbagi ilmu. Dengan mengajak para petani untuk andil dalam proses praktik pupuk kompos, pelaksanaan praktik pembuatan pupuk pada hari itu disambut antusias para petani yang memiliki minat tinggi untuk memanfaatkan limbah pertanian Desa Pulosari yaitu jerami. Diharapkan dari pelaksanaan pelatihan pemanfaatan jerami ini, para petani di Desa Pulosari akan terinspirasi dan terus mengembangkan pemanfaatan jerami yang lebih inovatif serta berkelanjutan agar menambah nilai fungsi dan nilai ekonomis limbah pertanian jerami.
Penulis: Siti Salsabila
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI