Mohon tunggu...
KKN Reguler 79 Posko 40 UINWS
KKN Reguler 79 Posko 40 UINWS Mohon Tunggu... Mahasiswa - KKN Reguler 79 Posko 40 UIN Walisongo Semarang

KKN Reguler 79 Posko 40 UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bangun Jiwa Wirausaha, Asah Kualitas Pemuda Bersama Pelaku UMKM Desa Ketanggi

14 November 2022   01:30 Diperbarui: 14 November 2022   01:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kab Semarang. 20/10/2022 -  Peserta KKN Reguler 79 Posko 40 UIN walisongo Semarang mengadakan kunjungan UMKM beras hitam serta peternakan ayam milik Pak Munarji (masyarakat Desa Ketanggi) pada Rabu 19 Oktober 2022.

 Beras hitam kini menjadi salah satu jenis beras yang banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi, sebab kandungan nutrisi pada beras hitam amatlah tinggi, sangat cocok jika dikonsumsi pada orang yang memiliki penyakit gula darah.

Merujuk penelitian yang dilakukan Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, dan telah dipublish di web uns.ac.id, beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen antosianin dan antikolesterol yang tinggi, mencapai 200-400 miligram per 100 gram paling baik diantara jenis beras lainnya seperti beras merah.

Beras hitam juga menjadi superfood baru, karena nutrisinya yang prima, harga yang elatif mahal dan disukai oleh para pelaku hidup sehat, mungkin tak banyak yang tahu terkait beras hitam, padahal beras hitam mengandung banyak khasiat, manfaat kesehatan yang dimiliki beras hitam juga banyak, antara lain dapat melawan kanker, diabetes hingga penyakit jantung, bahkan untuk detoksifikasi. Nah, di Ketanggi memang beras hitam sudah lama dikembangkan, bahkan menjadi unggulan, "Beras hitam lebih tinggi serat dari pada beras merah, beras hitam juga bagus untuk media diet". Terang Ibu Munarti.

Terkait peternakan ayam, dalam hal ini SDM (Sumber Daya Manusia) dari masyarakat sendiri, dengan merekrut anak muda, sehingga untuk ternak yang memegang adalah anak remaja.
Beliau juga menjelaskan "ada nya covid juga masyarakat Desa Ketanggi gagal untuk kirim ke luar negeri, yaitu Timur Tengah, padahal sudah tanda tangan di atas materai, imbas nya adalah 6,5 ton yang mengalami kerugian, jika di total hampir 250 juta". Tutur Bapak Munarji.

Pengembangan produksi beras hitam sendiri sudah dimulai dilakukan sejak empat tahun lalu di Desa Ketanggi, kemudian, konsumsi beras hitam dilihat dari respon pasar dalam negeri cukup baik, daerah pemasarannya meliputi Bandung, Jakarta, Bali, serta kota lainnya di Jawa, termasuk tertinggi ada di Solo dan Bali.

"Beras hitam perlu disosialisasikan, sehingga masyakarat dapat mengenal serta mengembangkannya menjadi salah satu produk berdaya saing tinggi". Tambah Dian peserta KKN 79 posko 40.

Ditinjau dari segi harga, beras hitam cukup menggiurkan bagi petani yang mengembangkan karena harga gabah beras hitam dihargai Rp. 13.500 per kilogram atau dua kali lipat dari beras putih biasa dan harga berasnya juga lebih tinggi dari harga beras biasa, peluang besar untuk bisa kita sebarluaskan ke petani demi memajukan UMKM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun