Stunting (pendek) merupakan tragedi yang tersembunyi. Pendek terjadi karena dampak kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Kerusakan yang terjadi mengakibatkan perkembangan anak yang irreversible (tidak bisa diubah), anak tersebut tidak akan pernah mempelajari atau mendapatkan sebanyak yang dia bisa.Â
Meskipun angka stunting di Indonesia cenderung terus menurun yang semula ditahun 2018 berada diangka 30,8% turun menjadi 24,4% ditahun 2022 ini. namun, angka tersebut masih di atas angka yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%.
 Dengan adanya ini tentunya fokus pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota bahkan pemerintah desa sekalipun masih terdapat pada bagaimana menurunkan angka stunting dan mencari cara pencegahan yang tepat untuk mengatasi stunting, termasuk di Desa Mulyoarjo.
Desa Mulyoarjo ini adalah salah satu desa di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang yang juga terfokus pada pengendalian stunting. Meskipun angka stunting di Desa Mulyoarjo ini diangka 0% atau tidak terdapat stunting, namun status gizi buruk masih ada meskipun kecil yaitu diangka 0,7%.
Pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa Bapak Rokhim mengatakan bahwa meskipun Desa Mulyoarjo 0% stunting, tapi upaya untuk mempertahankan angka tersebut juga terus dilakukan sehingga Bapak Rokhim sangat mendukung dan mengapresiasi adanya Mahasiswa pengabdian masyarakat yang mengangkat tentang bagaimana upaya pencegahan stunting di Desa Mulyoarjo.
     Â
Dalam pelaksanaan sosialisasi mahasiswa pengabdian masyarakat tentang Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga melalui Keluarga Berencana dan Pencegahan Stunting yang menjelaskan tentang apa hubungan KB dengan stunting dan bagaimana cara mencegah stunting ini dilakukan di dua tempat yang berbeda dan di waktu yang berbeda yakni di TK Dorowati dan di KB TA Amanah Bunda yang dihadiri oleh orang tua wali murid.Â
Terdapat fakta menarik bahwa para orang tua wali murid ini belum mengetahui apa itu stunting. "Kita hanya pernah dengar mbak, tapi tidak tahu apa itu stunting" Kata salah satu wali murid.Â
Setelah sosialisasi selesai, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi ini, akhirnya orang tua wali murid mulai paham tentang pengertian stunting, pencegahannya yaitu 3 terlambat dan 4 terlalu, dan hubungan stunting dengan KB.Â
Tidak berhenti disini, dalam pencegahan stunting ini dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu penanaman bibit kelor. Daun kelor ini mengandung protein yang dua kali lebih banyak dari yogurt, kandungan potasium yang tiga kali lebih banyak dari pisang, dan kandungan vitamin A empat kali lebih banyak dari wortel sehingga sangat penting untuk di konsumsi balita penderita stunting dan ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan vitaminnya.Â
Salah satu cara menikmati manfaat daun kelor ini dengan cara diseduh air panas tanpa perlu dimasak sehingga vitamin yang terkandung di daun kelor tersebut tidak rusak, serta sayur hasil air seduhan tersebut bisa dikonsumsi dan baik bagi kesehatan anak dan ibu hamil demi mencegah anak menderita stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H